"Ada kemungkinan pasien mengalami Amnesia Disosiatif yang disebabkan oleh trauma yang ia rasakan. Boleh dikatakan ia ingin melupakan sebagian memori untuk melindungi dirinya sendiri. Dalam kasus Roy, mungkin kau merupakan pemicu dari trauma yang ia alami kali ini." Kata psikolog yang biasa menangani Roy kepada Sheila saat Sheila menemui psikolog itu di luar kamar inap Roy.
Roy menolak untuk menemuinya, ia juga tidak mengijinkan ayahnya untuk menjenguk dirinya. Yang bisa menemuinya hanyalah Nadia, sekertaris Roy. Para dokter yang memeriksa Roy juga mengatakan jika secara fisik Roy sudah pulih sepenuhnya. Roy mengingat semua yang terjadi padanya, namun tidak pada Sheila. Seolah Sheila tidak pernah ada dalam hidup Roy. Hingga ayah Roy akhirnya memanggil dokter psikis yang biasa menangani Roy sejak awal hingga kini.
"Dia tidak mengingatku. Dia bahkan tidak ingat jika dirinya sudah menikah denganku." Kata Sheila dengan raut wajah sedih yang tidak bisa ia sembunyikan.
"Sampai kapan ia tidak akan mengingatnya?" Tanya Sheila kepada psikiater itu.
"Tergantung pada pasien. Karena kita tidak tahu sejauh mana trauma yang ia alami. Kita bisa melakukan hypnoterapy jika ingin mengembalikan ingatan Roy. " Kata Dokter itu kepada ayah Roy dan juga Sheila.
"Separah itukah trauma yang dialami oleh Roy?" Tanya ayah Roy dengan khawatir.
"Terkadang trauma psikis tidak hanya didapat dari sebuah kecelakaan ataupun sebuah benturan yang terdapat pada kepala saja. Tapi juga beberapa peristiwa yang terjadi juga bisa menyebabkan trauma. Pasien yang mengalami hal ini biasanya mengalami rasa sakit yang tidak bisa ia tanggung sendirian. Jadi ia lebih memilih untuk menutup memori itu sendiri dari dirinya, itu adalah bentuk perlindungan dirinya sendiri. Sama seperti jika anda pernah terkena percikan minyak panas, jika anda menggoreng lagi, maka anda akan menjaga jarak dengan penggorengan itu. Itu salah satu contoh sederhananya." Sang dokter memberikan penjelasannya kepada ayah Roy dan juga Sheila.
"Apa kalian ingin melakukan hypnoterapy? Itu juga harus dengan persetujuan pasien, tapi juga saya tidak menjamin 100% metode ini akan berhasil. Semuua tergantung pada pasien sendiri."
Sheila memikirkan apa yang dikatakan oleh dokter itu kepadanya. Jika dirinya adalah sebuah luka untuk Roy. Tidak akan ada yang lebih baik untuk Roy selain melupakan dirinya. Mungkin dengan kondisi Roy saat ini, Roy akan tetap bisa melindungi dirinya sendiri dari rasa sakit ketika bersamanya.
"Tidak perlu. Biarkan saja Roy seperti ini." Kata Sheila sambil menghela nafas panjang menahan air matanya yang sudah berada dipelupuk matanya.
"Apa kau serius? Kau tidak ingin Roy mengingatmu?" Tanya ayah Roy seakan tidak percaya akan keputusan
Sheila.
Meskipun ia ingin mengatakan hal itu juga kepada psikiater Roy. Sheila mengangguk pelan.
"Aku adalah pemicu trauma yang ia alami saat ini. Ada baiknya jika ia tidak perlu mengingat apa yang sudah terjadi. Dan tentang bayi kami yang juga sudah tiada, Roy tidak perlu merasakan kepedihan itu juga. Mungkin ini adalah yang terbaik. Roy bisa melanjutkan hari-harinya lagi seperti dulu. Mengingatku juga akan membuatnya mengingat hal yang menyakitkan lagi." Jawab Sheila memaksa dirinya tersenyum didepan ayah Roy.
"Aku juga tadinya ingin Roy seperti ini saja. Tapi dia pasti akan mengetahui tentang pernikahan kalian. Dia juga lambat laun akan mengetahui tentang kehidupannya selama kalian menikah. Apa yang akan kau lakukan?" Tanya ayah Roy secara rasional akan kemungkinan yang akan terjadi jika Roy sudah keluar dari rumah sakit.
"Aku tidak bisa berbohong. Aku akan segera pergi dari rumah Roy. Anda saja yang mengatakan padanya, jika kami mengalami pertengkaran dan akhirnya bercerai." Pinta Sheila pada ayah Roy.
"Apa alasan pertengkaran kalian? Kau kira Roy akan mempercayainya begitu saja?"
"Katakan saja padanya, aku yang sudah menjebaknya dalam pernikahan ini. Kami melakukan pernikahan kontrak dan aku menikahinya karena ingin mengambil keuntungan secara finansial dari dirinya. Alasan itu cukup masuk akal untuk Roy. Aku akan segera mengurus surat cerai secepatnya." Bibir Sheila tersenyum namun tidak airmata yang sudah jatuh dari matanya.
"Aku akan pulang untuk berbenah. Anda cukup mengulur waktu untuk Roy tetap berada disini satu hari lagi. Aku akan mengembalikan tatanan di rumah Roy seperti dulu lagi." Kata Sheila sambil berjalan meninggalkan ayah Roy dan juga psikiater Roy disana.
Sheila menguatkan hatinya , mungkin ini memang hukuman untuknya. Karena sudah menyakiti Teddy dan juga sudah menyia-nyiakan Roy. Dia memang ditakdirkan untuk tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam waktu yang lama. Sheila merasa harus mulai sadar diri akan siapa dirinya. Sheila harus menerima ini semua, ia harus menanggungnya dengan dirinya sendiri.
Sheila meminta pertolongan kepada Nadia untuk merombak area pribadi Roy seperti sedia kala. Hanya Nadia yang memahami setiap sudut yang diinginkan oleh Roy. Dan Nadia dengan segera membantu Sheila untuk mulai mengepak barang-barang milik Sheila dari area pribadi Roy.
Ditengah dirinya sedang mengepak barang, Sheila melihat foto pernikahan dirinya dan Roy yang terpajang di dinding di ruang tamu.
"Nadia, apa kau tahu tempat dimana Roy tidak pernah mendatanginya dirumah ini?" Tanya Sheila sambil memandang kearah foto pernikahan itu. Foto yang selalu dibanggakan oleh Roy selama ini padanya.
"Gudang bawah tanah. Pak Roy tidak pernah mendatangi tempat itu." Jawab Nadia dengan sigap dan berdiri disamping Sheila.
"Letakkan semua foto-foto kami disana. Juga barang-barang yang tidak mungkin aku bawa pergi. Letakkan semua disana. Jangan sampai Roy melihatnya. Ubah kembali wallpaper yang ada disini dengan wallpaper yang dulu ia gunakan. Jangan melewatkan satupun. Kembalikan tempat ini seperti sediakala sebelum aku kemari." Kata Sheila kepada Nadia.
"Baik,Nyonya." Jawab Nadia dengan cepat.
"Apa anda akan baik-baik saja,Nyonya?" Tanya Nadia kepada Sheila.
Baru kali ini Sheila mendengarkan sekertaris Roy bertanya kepadanya , walaupun nada yang Nadia gunakan tetap datar namun tersirah kekhawatiran disana.
Sheila menggeleng satu kali.
"Aku tidak akan baik-baik saja. Setidaknya Roy akan baik-baik saja dan akan tetap melanjutkan hidupnya tanpa beban. Dia tidak perlu merasa tersakiti, ketakutan dan juga merasa bersalah setelah ini." Kata Sheila berusaha menguatkan hatinya sendiri.
"Pak Roy akan bertanya secara mendetail nantinya jika mengetahui tentang pernikahannya meskipun tidak akan mengingatnya. Apa yang harus saya katakan?" Tanya Nadia yang hampir sama seperti ayah Roy tadi.
"Katakan saja padanya, aku menjebaknya dalam pernikahan dan hanya menginginkan keuntungan dari kekayaan yang ia miliki. Lalu aku yang membuatnya celaka ketika kami bertengkar karena aku tidak ingin ia ceraikan. Katakan saja seperti itu." Jawab Sheila sambil menggigit bibir bawahnya.
"Jika Pak Roy mengetahui tentang keguguran yang anda alami?" Tanya Nadia lagi. Nadia benar-benar orang yang mendetail dan memikirkan banyak kemungkinan akan apa yang akan Roy lakukan dan katakan.
"Katakan saja jika aku yang menggugurkannya. Dengan begitu dia tidak akan pernah mengingatnya lagi." Jawab Sheila sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Dan aku minta tolong untuk mengurus surat cerai Roy dan aku. Aku tidak pernah mengetahui soal ini. Hanya kau yang bisa aku mintai tolong." Kata Sheila sambil menatap Nadia.
"Saya akan mengurusnya besok." Jawab Nadia dengan patuh.
"Lalu anda akan tinggal dimana setelah meninggalkan rumah ini? Lalu apa rencana anda selanjutnya ?" Tanya Nadia kali ini dengan nada yang khawatir kepada Sheila. Sheila tersenyum mendengar Nadia ternyata mengkhawatirkan dirinya.
"Mungkin untuk sementara aku akan menginap di hotel. Untuk selanjutnya, aku masih belum bisa memikirkannya. Mungkin aku akan membuat blog ku sendiri. Menjadi penulis misterius juga tidak buruk." Kata Sheila sambil memandang kearah Nadia.
"Aku akan melihat isi gudang bawah tanah. Bisa kau antarkan aku kesana?" Tanya Sheila kepada Nadia.
Nadia mengangguk dan berjalan mendahului Sheila untuk menunjukkan letak gudang bawah tanah dirumah Roy.
Gudang itu cukup luas bagi Sheila. Dan mungkin memang semua barang yang ingin Sheila sembunyikan akan muat berada disana. Disana ada sebuah lemari kaca, Sheila berjalan kearah lemari kaca itu ada sebuah pigura tanpa foto dan ada beberapa benda yang mungkin adalah benda yang sengaja Roy simpan untuk dirinya sendiri. Disana Sheila juga melihat kemeja berwarna putih dengan bunga mawar putih diatasnya.
"Aku pernah melihat kemeja itu baru-baru ini." Kata Sheila kepada Nadia, kemeja itu memiliki beberapa pola dibagian kerahnya.
"Kemeja itu Pak Roy gunakan ketika malam pemutaran perdana Film layar lebar. Ketika anda mengalami keguguran." Jawab Nadia dengan jelas.
"Kenapa ia menyimpannya?" Tanya Sheila dengan penasaran.
"Ketika saya sampai dirumah sakit, Pak Roy memeluk kemeja itu dan mengatakan jika di kemeja miliknya ada anaknya yang sudah tiada. Mungkin karena itu Pak Roy menyimpan kemeja itu disini." Kata Nadia menceritakan apa yang ia ketahui tentang kemeja yang berada di lemari kaca itu.
Sheila membuka lemari kaca dan mengambil kemeja yang Roy letakkan disana. Didalamnya terdapat tabung seukuran genggaman tangannya, berisi cairan berwarna kecoklatan dan juga beberapa seperti butiran.
"Itu adalah janin anda yang hancur ketika abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa anda ketika kejadian itu menimpa anda. Pak Roy meminta janin itu diawetkan dalam tabung agar bisa melihatnya setiap ia ingin melihat anaknya yang belum sempat ia ketahui kehadirannya dan juga tidak akan pernah dilahirkan." Kata Nadia sebelum Sheila bertanya apa itu yang ada ditangannya.
Sheila menggenggam tabung itu dengan tangan yang gemetar oleh perasaan takut dan sedih yang menjadi satu.
Sheila melihat noda darah yang ada di kemeja Roy yang sudah berwarna kecoklatan dan mengering.
Sekarang Sheila tahu bagaimana perasaan Roy. Roy juga memang benar-benar menjaga perasaan Sheila. Bahkan rasanya begitu menyakitkan ketika melihat janinnya sekarang berubah menjadi kepingan yang sudah diawetkan dalam sebuah tabung. Roy ingin merasakan kepedihan itu sendirian karena rasa bersalahnya.
"Apa anda yakin akan meninggalkan Pak Roy? Saya rasa hal ini tidak benar walaupun anda mengatakan ini yang terbaik untuk Pak Roy. Yang terjadi diantara anda dan Pak Roy juga tidak sepenuhnya hal yang menyakitkan. Saya juga menyaksikan banyak moment dimana Pak Roy benar-benar menikmati pernikahannya bersama anda." Kata Nadia ketika melihat Sheila memeluk tabung kecil itu didadanya.
Sheila menghela nafas panjang. Ia meletakkan kemeja itu lagi ditempatnya dengan rapi dan meletakkan mawar putih itu kembali diatas kemeja Roy. Sheila tetap menggenggam tabung janin miliknya yang di awetan itu dan menutup kembali lemari kaca dengan perlahan.
"Jangan biarkan Roy datang kemari. Kuncilah gudang ini setelah semua barang yang aku minta tadi diletakkan disini. Simpan kunci itu. Dan jangan biarkan Roy mengingat apapun tentangku dan juga bayi kami." Kata Sheila sambil menggenggam tangan Nadia.
"Aku mohon kepadamu." Pinta Sheila.
--------------------------------------
Roy merasa kesal dengan ayahnya yang begitu bersih keras untuk meminta dirinya di periksa secara menyeluruh dan juga menahannya untuk tetap berada dirumah sakit selama satu hari lagi. Luka dilehernya juga sudah bisa lepas perban dan hanya mengenakan plester saja sebelum jahitannya sembuh.
"Tua bangka itu benar-benar merepotkan." Kata Roy dengan kesal saat dirinya berada didalam mobilnya bersama dengan Nadia.
"Anda perlu mendapatkan test menyeluruh untuk mengetahui kondisi tubuh anda secara menyeluruh." Balas Nadia yang berada di kursi penumpang depan berdampingan dengan supir Roy.
"Kau juga sepertinya mendukung tua bangka itu untuk menyiksaku selama di rumah sakit." Gumam Roy sambil melihat ponselnya.
"Wanita yang ada dirumahsakit ketika aku sadarkan diri. Benarkah dia istriku?" Tanya Roy dengan nada tidak percaya kepada Nadia.
"Benar,Pak." Jawab Nadia dengan datar.
"Mengapa aku tidak bisa mengingatnya kalau memang dia adalah istriku? Kapan aku menikah? Apa dia juga dari kalangan artis?" Tanya Roy yang masih penasaran dengan apa yang sudah ia lewatkan selama ini.
"Anda mengalami amnesia disosiatif. Anda melupakan bagian-bagian tertentu dalam beberapa waktu ini, termasuk pernikahan anda. Istri anda hanya seorang biasa bukan dari kalangan tersohor ataupun kalangan artis." Jawab Nadia dengan datar.
"Bagaimana aku bisa menikah dengannya? Apa aku memiliki perjanjian dengannya atauhutang budi kepadanya? Dia tidak terlihat istimewa. Dan mengapa aku bisa mengalami hal ini sampai harus berada dirumah sakit? Apa dia melakukan sesuatu yang buruk kepadaku?" Roy masih tidak mempercayai dirinya sudah menikah dengan seseorang yang bahkan ia tidak bisa mengingat namanya.
"Mungkin lebih baik jika anda menanyakan sendiri kepada istri anda. Anda berada dirumah sakit karena bertengkar dengan istri anda dan tanpa sengaja melukai anda." Jawab Nadia lagi namun kali ini Nadia ragu untuk menjawab seluruh pertanyaan Roy.
"Aku bertengkar dengannya? Karena masalah apa? Siapa yang melukaiku? Dia atau aku sendiri?"
"Pertengkaran anda dan istri anda, mungkin karena masalah perceraian yang sedang diminta oleh istri anda." Kata Nadia sambil menyerahkan selembar fotokopi formulir pendaftaran perceraian yang sedang ia urus karena permintaan Sheila.
"Dia menginginkan perceraian? Kami bertengkar? Rasanya ada yang janggal disini." Kata Roy sambil mengambil lembaran itu dari tangan Nadia.
"Apa sekarang dia ada dirumahku?"
"Tidak. Istri anda sudah pindah ke hotel selama proses perceraian ini berlangsung." Jawab Nadia seperti memberikan remahan petunjuk kepada Roy.
"Sudahlah. Aku ingin pulang dan beristirahat dirumahku. Kepalaku mulai terasa sakit." Kata Roy sambil meletakkan lembaran fotokopi itu disampingnya. Kepala Roy tiba-tiba berdenyut nyeri ketika berusaha untuk mengingat siapa sebenarnya istrinya itu.
"Baik. Pak."
Roy sudah sampai dirumahnya. Dekorasi areanya juga seperti sebelum ia datang kerumah sakit. Namun Roy merasa ada yang janggal didalam ruangannya itu. Secara naluri Roy melihat kearah dinding di ruang tamunya. Disana tidak ada apapun selain lukisan mahal yang pernah ia beli dari lelang di eropa.
"Kenapa aku merasa ada yang tidak benar disini." Gumam Roy pada dirinya sendiri.
"Mungkin aku hanya lelah karena berada di rumah sakit terlalu lama."
Roy memutuskan untuk mandi kemudian beristirahat di kamarnya.
Roy tidur ditempat tidur yang biasa ia gunakan selama ini. Namun hatinya tidak tenang. Berkali-kali Roy seperti mencari seseorang untuk ia peluk ataupun ia raih namun tidak ada seorangpun disana.
Tidak bisa memejamkan matanya, Roy pergi kedapur kecilnya dan mengambil minuman mineral yang berada didalam lemari es. Rasanya banyak hal yang terasa ganjil dengan apapun yang ia lakukan sepulang dari rumah sakit.
Roy mengambil ponsel dan menghubungi Nadia.
"Obat apa saja yang diberikan selama aku berada dirumah sakit?" Tanya Roy sambil duduk di sofa ruangtamunya.
"Apa anda merasa sakit atau merasa tidak nyaman,Pak?"
"Tidak. Hanya saja aku merasa asing dengan rumahku sendiri. Apa aku mengkonsumsi semacam obat yang bisa menyebabkan aku berhalusinasi atau semacamnya?"
"Semua obat yang anda konsumsi aman,Pak. Saya sendiri yang mengecek setiap obat yang anda konsumsi. Apa anda ingin pergi ke dokter ?"
"Tidak. Mungkin aku hanya kelelahan." Jawab Roy kemudian ia mengingat sesuatu.
"Oh, sebentar. Apa aku memiliki foto pernikahanku? Kenapa aku tidak menemukan apapun disini?"
"Istri anda sudah membereskan semua foto-foto pernikahan anda. Tapi anda bisa melihat dimedia sosial milik anda. Beberapa kali anda mengunggahnya." Jawab Nadia.
"Baiklah. Terimakasih. Kau bisa beristirahat." Kata Roy kemudian menutup pembicaraan mereka.
Roy yang masih penasaran dengan apa yang terjadi pada pernikahan yang tidak bisa ia ingat langsung membuka media sosial milikinya. Benar saja disana ternyata dirinya memposting beberapa foto pernikahannya dan juga foto bersama Sheila. Roy tidak mengenali wajah itu namun terasa begitu familiar.
Roy melihat media sosial Sheila juga pada akhirnya. Disana juga ada foto mereka berdua. Ekspresi wajah mereka tampak seperti pasangan pada umumnya , lalu mengapa mereka berpisah?
Pernikahan mereka juga nampaknya disetujui oleh ayah Roy. Mengapa sekarang Sheila menginginkan perceraian darinya?
Roy berusaha mencari tahu berita tentang dirinya dan juga istrinya. Tidak banyak yang ia dapatkan, hanya beberapa komentar tentang bagaimana bahagia pernikahan mereka walaupun sempat diguncang oleh pihak ketiga.
"Apa dia berselingkuh? Karena itukah dia ingin bercerai dariku?" Tanya Roy pada dirinya sendiri.
"Memangnya dia siapa? Apa kelebihannya dariku?" Roy merasakan nyeri didadanya, sebuah perasaan tidak suka ketika melihat berita tentang kedekatan Sheila dengan Teddy.
Roy melemparkan ponselnya keatas meja dengan kesal.
"Kenapa aku sangat kesal? Sedekat apa aku dengan dia?" Tanya Roy dalam hati.
Roy meraih ponselnya lagi dan menghubungi Nadia.
"Apa kau tahu nomer ponsel istriku?" Tanya Roy dengan sedikit tidak sabar.
"Anda yang menyimpan nomer ponsel istri anda sendiri,Pak. Tidak ada yang mengetahui nomer ponsel istri anda selain anda." Jawab Nadia dengan sigap meskipun dirinya tengah beristirahat pada malam ini.
"Baiklah. Terimakasih." Kata Roy lalu menutup pembicaraannya lagi. Roy melihat panggilan keluar yang ada diponselnya dan melihat nama yang sering ia hubungi.
- Ellaku-
Roy tidak begitu yakin jika itu nomer ponsel istrinya, namun ia tidak pernah menyimpan nama seseorang bahkan para mantannya dengan sebuah kepemilikan. Dengan ragu Roy menghubungi Sheila. Cukup lama Sheila tidak mengangkat telepon darinya. Mungkin karena saat ini sudah pukul dua pagi. Hingga nada sambung terakhir Sheila juga tidak menjawab panggilan darinya.
Roy menghubungi Sheila kembali. Hingga nada sambung yang ke lima, Roy bisa mendengar Sheila menjawab panggilannya.
"Ada apa?" Tanya Sheila dengan suara kantuk yang terdengar dengan jelas.
"Kau.. Kenapa lama sekali menjawab panggilan dariku?" Balas Roy dengan nada yang meninggi.
Roy mendengar Sheila menghela nafas dan merasa familiar dengan suara itu.
"Roy?" Tanya Sheila yang baru saja menyadari siapa yang menghubunginya pada jam yang tidak wajar ini.
"Kau mengharapkan siapa yang akan menghubungimu ditengah malam seperti ini?" Tanya Roy dengan sarkartis.
"Ada masalah apa?" Sheila hampir tidak tahu harus berkata apa ketika tiba-tiba Roy menghubunginya. Apakah Roy sudah mengingat tentang dirinya?
"Apa laki-laki itu ada disampingmu saat ini?" Tanya Roy dengan tuduhan yang langsung tertuju kepada Teddy.
"Kau menghubungiku pukul dua pagi hanya untuk menanyakan hal itu kepadaku? " Kata Sheila tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh Roy.
Roy tidak mengingatnya namun malah menuduhnya tengah berselingkuh saat ini.
"Cukup jawab saja pertanyaanku." Balas Roy dengan meredam emosinya yang ia tidak ketahui kehadirannya. Perasaan itu muncul begitu saja pada dirinya.
"Terserah apa yang kau pikirkan. Jika itu yang ingin kau tanyakan, aku akan menutup panggilanmu. Panggilanmu sungguh mengganggu waktu istirahatku." Kata Sheila dengan lelah.
"Kenapa kau menginginkan untuk bercerai denganku?" Tanya Roy seketika.
"Karena aku sudah lelah denganmu. Aku juga menerima kompensasi yang setara akan pernikahan kita." Jawab Sheila. Hal itu benar adanya ketika ia pertama kali menikah dengan Roy.
"Jadi kita menikah karena perjanjian? Perjanjian apa itu? Kenapa aku tidak mengingatnya? Apa isi dari perjanjian itu?"
"Besok .." Kata Sheila lalu terhenti karena saat ini sudah tinggal menghitung beberapa jam saja untuk matahari terbit.
"Nanti pengacaraku yang akan mengirimkan apapun yang kau inginkan sebagai bukti." Lanjut Sheila sambil menguatkan hatinya sendiri.
"Aku tidak suka jika masalah pribadiku dicampuri oleh oranglain. Jika memang ini adalah urusan kita, kau juga harus bertanggungjawab untuk hal itu. Aku akan menunggu kedatanganmu di kantorku." Kata Roy dengan tegas.
"Aku tidak akan datang. Segala urusan kita sudah selesai,Roy." Balas Sheila kemudian menutup pembicaraan mereka.
Jika Sheila bertemu dengan Roy, ia tidak akan bisa menahan perasaannya kepada Roy. Dan apa yang sudah ia rencanakan untuk membuat Roy hidup normal juga akan berantakan.
"Dia menutup pembicaraan bahkan ketika aku belum selesai berbicara dengannya?" Protes Roy dihadapan ponselnya.
"Kita akan lihat sampai kapan kau tidak ingin menemuiku?"
--------------------------------------------
"Apa kau benar-benar berencana untuk menggugat cerai Roy?" Tanya ayah Roy kepada Sheila ketika Sheila mendatangi ayah Roy dikediaman ayah Roy.
Saat ini juga di kediaman ayah Roy tidak ada ibu tiri Roy dan adik tiri Roy . Disana hanya ada ayah Roy dan beberapa pelayan yang bekerja disana. Sheila mengangguk dengan pelan.
"Aku tahu apa yang ia rasakan selama ini. Dia hanya akan menderita sendirian jika aku tetap berada disampingnya. Mungkin ada baiknya ia tidak mengingat tentangku dan juga apa yang terjadi selama pernikahan kami, apalagi tentang kami kehilangan bayi kami." Jawab Sheila sambil memandangi minuman hangat yang disajikan untuknya.
"Apa yang kau rencanakan untuk hidupmu selanjutnya? Aku akan membantumu sebisaku." Balas ayah Roy sambil memandang lurus kearah Sheila.
"Mungkin setelah urusan kami selesai , aku akan pindah keluar kota dan memulai untuk membuka usaha bersama nenekku. Aku juga bisa bekerja menulis naskahku sendiri. Entahlah, banyak yang ingin aku lakukan." Kata Sheila sambil tersenyum tipis.
"Aku akan menyiapkan pengacara untukmu. Biar aku yang menanggung segala biayanya. Apalagi yang kau perlukan, kau bisa menghubungiku." Ayah Roy menawarkan bantuan untuk Sheila.
"Semalam Roy menghubungiku. Ia mulai bertanya banyak hal tentang pernikahan kami dan mengapa aku ingin menceraikannya. Mungkin ia mengira jika aku berselingkuh dan memiliki hubungan dengan pria lain. Entah darimana ia mendapatkan pemikiran semacam itu, tapi itu akan lebih baik untuknya." Kata Sheila menceritakan apa yang Roy katakan padanya tadi pagi buta.
"Sekali lagi aku tanyakan kepadamu. Apa kau tidak menyesali keputusanmu sendiri?" Tanya ayah Roy dengan serius.
"Jangan tanyakan padaku aku menyesalinya atau tidak. Melepaskannya tentu saja berat untukku. Tapi aku juga tidak mau ia harus terluka karenaku. Cukup banyak luka yang harus ia terima selama ini." Jawab Sheila sambil meremas tangannya sendiri.
"Jika kalian sudah bercerai nantinya. Aku akan menjodohkan Roy dengan wanita lain. Kau harus menerimanya." Kata ayah Roy dengan nada yang datar kepada Sheila.
"Aku tidak akan mencampuri kehidupan Roy setelah kami bercerai nanti. Dan aku juga tidak akan mencarinya lagi." Ucap Sheila dengan berat hati.
"Baiklah semua sudah kau putuskan. Aku hanya bisa membantumu jika kau membutuhkan bantuan." Kata ayah Roy setelah menghela nafas panjang.
---------------------------------------------------
Roy sedang menunggu Sheila di ruang kerjanya. Berulang kali ia bertanya kepada Nadia apakah Sheila sudah datang kekantornya atau tidak hari ini. Roy sudah melakukan rapat sebanyak tiga kali hari ini, namun Sheila tak kunjung datang ke tempat Roy seperti permintaan Roy sewaktu menghubungi Sheila pagi buta tadi.
Roy tidak bisa menghubungi Sheila lagi setelah panggilan terakhirnya.
Saat telepon kantornya berbunyi dengan cepat Roy menekan tombol jawab disana.
"Apa dia sudah datang?" Tanya Roy yang langsung mengira jika sekertarisnya akan mengabarkan jika Sheila sudah datang untuk menemui Roy.
"Maaf ,Pak. Pengacara istri anda ingin menemui anda saat ini." Jawab Nadia melalui telepon kantor Roy.
"Aku tidak mau menemuinya. Bilang padanya agar Sheila datang sendiri menemuiku. Jika tidak,aku tidak akan menyetujui perceraian ini meskipun dia menginginkannya." Ujar Roy dengan nada tinggi yang mungkin bisa
didengarkan langsung oleh pengacara Sheila yang sudah berada diluar ruang kerja Roy tanpa perlu sekertaris Roy memberitahukan kepadanya tentang penolakan Roy untuk kunjungannya.
Sudah tiga hari menunggu kedatangan Sheila dikantornya,namun Sheila sepertinya sama sekali tidak berniat untuk menemui Roy. Roy juga sudah berusaha menghubungi Sheila namun selalu ditolak.
"Baiklah. Kau sepertinya benar-benar tidak mau menemuiku. Maka aku yang akan menemuimu." Kata Roy sambil memandang kearah luar jendela .
Roy menekan tombol di telepon kantornya dan memanggil sekertarisnya.
"Apa kau tahu dimana hotel tempat istriku menginap?"Tanya Roy ketika sekertarisnya sudah memasuki ruangan kerja Roy.
"Iya,Pak." Jawab Nadia dengan cepat.
"Aku akan menemuinya sekarang. Siapkan mobilku." Perintah Roy dengan tegas.
"Baik,Pak." Nadia segera pergi dari ruangan kerja Roy dan langsung meminta supir Roy untuk menyiapkan mobil milik Roy.
--------------------------------------------------
Sheila terkejut ketika melihat Roy berdiri didepan pintu kamar hotel tempat dirinya menginap. Bahkan ketika dirinya berhadapan dengan Roy ,Sheila tidak bisa menyembunyikan perasaan rindunya kepada Roy.
"Apa kau akan membiarkan aku tetap berdiri disini? Kau tidak mempersilahkan aku masuk kedalam?" Kata Roy sambil melirik kearah dalam kamar hotel Sheila.
Sheila melangkah maju dan hendak menutup pintu kamarnya.
"Kita bicara diluar." Kata Sheila dengan susah payah karena rasanya nafasnya terasa mencekat di tenggorokannya.
Melihat Roy yang terasa begitu lama tidak ia temui. Roy masih mengenakan setelan pakaian kerja yang biasa ia kenakan namun sudah terlihat agak kusut dengan dasi yang sudah Roy kendurkan. Rambut Roy juga terlihat berantakan , membuat Sheila ingin menyisirkan jemarinya disana dan menata rambut Roy seperti yang biasa ia lakukan.
Sebelum Sheila menutup pintu kamar hotelnya, Roy melewati Sheila dan mendorong pintu kamar itu kemudian melangkah masuk kedalam kamar hotel Sheila.
"Apa kau sedang bersama selingkuhanmu?" Tanya Roy dengan nada dingin yang langsung memeriksa setiap sudut kamar hotel tempat Sheila menginap namun tidak menemukan siapapun disana.
Sheila melihat dengan pandangan tidak percaya kepada Roy. Roy benar-benar berpikir jika dirinya memang sedang berselingkuh sebagai alasan untuk bercerai darinya.
"Menemukan sesuatu?" Tanya Sheila sambil melipat tangan didepan dadanya dan menghadap kearah Roy yang saat ini sudah berdiri didepannya setelah berkeliling keseluruh kamar hotel Sheila.
"Tidak." Jawab Roy sambil tersenyum aneh kepada Sheila.
"Tapi aku tidak tahu siapa yang akan menemanimu setelah ini." Lanjut Roy kemudian duduk di sofa kamar
hotel Sheila .
Sheila menutup pintu kamar hotelnya dan bersandar didaun pintu itu, berharap dirinya tidak begitu dekat dengan Roy. Saat ini saja Sheila bersusah payah untuk tetap tegak berdiri sehingga harus menyandarkan tubuhnya didaun pintu.
"Apa yang sedang kau lakukan disini? Aku sedang tidak ingin bertemu siapapun saat ini. Apa kau sudah menerima berkas-berkas yang dikirimkan oleh pengacaraku?" Tanya Sheila sambil memeluk dirinya sendiri.
"Aku menolak kedatangan pengacaramu, aku tidak melihat berkas-berkasnya. Bukankah aku sudah bilang padamu agar kau sendiri yang menemuiku?" Balas Roy dengan keras kepala.
"Aku tidak ada waktu. Kita selesaikan saja secara cepat dan damai." Jawab Sheila dengan cepat.
"Kenapa kau begitu ingin bercerai denganku?" Tanya Roy sambil menyipitkan matanya.
"Karena ... Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku sudah mengatakannya kepadamu ketika kau menghubungiku waktu itu." Jawab Sheila berharap Roy tidak melihat kebohongan kecil itu dari dirinya.
"Bagaimana kita menikah dulunya? Sampai saat ini bahkan aku tidak bisa menemukan alasan yang masuk akal bagaimana aku bisa menikah denganmu? Kau tidak cantik , kau juga bukan seorang artis ataupun model , kau bukan dari kalangan yang tersohor." Kata Roy sambil melihat Sheila dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Pernikahan kita adalah sebuah kebohongan untuk menutupi apa yang sedang terjadi padamu. Demi nama baik yang kau dan keluargamu jaga di mata masyarakat selama ini. Aku juga sudah lelah dengan semua itu, aku ingin kita mengakhirinya. Hal itu juga ada di kontrak sebelum kita menikah dulu. Kontrak yang asli berada di pengacara yang kau percayai. Kau bisa melihatnya sendiri." Jawab Sheila yang memang tidak mengandung kebohongan sama sekali.
Roy terlihat memikirkan setiap perkataan Sheila.
"Apa dalam kontrak kita dikatakan kapan masa pernikahan kita berakhir?" Tanya Roy lagi.
"Tidak. Hanya kau berjanji untuk menceraikan aku jika keadaanmu sudah aman. Dan kau tidak menepati janji itu."
"Karena itukah kita bertengkar sebelum aku akhirnya masuk ke rumah sakit dan mengalami ini?" Tanya Roy lagi sambil menunjukkan bekas luka dilehernya. Sheila melihat bekas luka itu dan jantungnya makin berdegup kencang.
"Hmm." Jawab Sheila yang hanya berupa gumaman saja dan Sheila memalingkan wajahnya dari Roy.
"Apa waktu itu kau berniat membunuhku karena aku tidak menceraikanmu?"
Mendengar pertanyaan Roy , Sheila membelalakkan matanya dan langsung melihat kearah Roy secara spontan.
"Kau gila? Untuk apa aku membunuhmu? Aku tidak akan melakukan hal itu padamu." Jawab Sheila secara spontan.
Dan Sheila melihat seulas senyuman diwajah Roy.
"Intinya, cukup kau setujui saja perceraian kita. Maka semua akan kembali normal . Kau juga tidak perlu mengkhawatirkan tentang aku akan mengganggu kehidupanmu dan pekerjaanmu, kita sudah menyepakati hal ini." Kata Sheila sambil memalingkan wajahnya dari Roy.
Roy mensejajarkan kakinya yang jenjang dan menumpukan kedua sikunya di kedua lututnya.
"Logikaku mengatakan, kau adalah pengganggu yang tiba-tiba datang dalam hidupku. Meskipun kau mengatakan kau adalah istriku , bahkan semua orang mengatakan hal itu tapi aku sama sekali tidak mengingatmu. Aku tidak pernah tertarik dengan sebuah ikatan terutama pernikahan, menceraikanmu tentunya akan membuat segalanya kembali seperti semula." Kata Roy kemudian menunjuk kearah dadanya.
"Tapi hatiku berkata lain. Segala yang aku lakukan bahkan ketika aku berada didalam rumahku sendiri, aku seperti orang yang asing. Aku tidak ingin melepaskanmu meskipun aku tidak mengingatmu. Aku tidak ingin mengakuinya , tapi disini terasa begitu berat dan menyesakkan." Lanjut Roy.
Sheila bahkan tidak bisa berkata-kata ketika Roy mengakui hal itu kepada dirinya.
"Aku ingin mengingat semuanya, baru aku memutuskan akan menceraikanmu atau tidak." Kata Roy sambil memandang lurus kearah Sheila yang memandangnya dengan tatapan yang tidak fokus.
"Terserah apa maumu.Ini sudah malam. Kita akan bahas masalah ini lagi besok. Silahkan keluar." Kata Sheila yang sudah tidak sanggup lagi untuk berhadapan lebih lama lagi dengan Roy.
Ingatan Roy tidak mengingatnya, tapi hati Roy masih mengingat dirinya dengan sangat jelas.Hal ini membuat Sheila menjadi tidak bisa teguh pada pendiriannya sendiri.
Sheila membuka pintu kamar hotelnya dan mempersilahkan Roy untuk meninggalkan tempat itu.
Roy berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Sheila kemudian menutup pintu itu hanya dengan satu tangannya dengan cepat. Kedua tangan Roy berada diantara kepala Sheila yang menempel didaun pintu kamar hotel. Membuat Sheila terpenjara diantara tangan Roy dan juga tubuh Roy yang tinggi dan tegap itu.
"Kau akan pulang bersamaku. Atau aku yang akan menginap disini bersamamu." Kata Roy, matanya terlihat gelap dan menembus ke jantung Sheila.
----------------------------------------------------
Share this novel