Teddy memberikan minuman hangat kepada Sheila setelah Sheila sudah mulai merasa tenang . Teddy mengajak Sheila untuk pergi dari studio dan berbicara sementara di mobil milik Teddy.
"Terimakasih." Kata Sheila ketika menerima minuman hangat itu dari Teddy.
"Apa dia selalu seperti ini padamu?" Tanya Teddy merasa begitu ingin tahu sebanyak apa penderitaan yang dialami oleh Sheila selama ia menikah dengan Roy.
"Maaf, Ciya. Aku hanya sekedar ingin tahu saja. Aku juga tidak ingin mencampuri urusan pribadimu." Lanjut Teddy yang merasa terlalu menekan Sheila pada kondisinya saat ini.
"Tidak. Roy sangat baik kepadaku. Dia hanya merasa kecewa saat ini." Jawab Sheila sambil berusaha tersenyum kepada Teddy meskipun matanya sembab oleh tangisannya tadi.
"Maafkan aku yang meminta bantuanmu, mengingat apa yang sudah aku lakukan kepadamu dulu." Kata Sheila sambil mennundukkan kepalanya dan memandang kepulan uap dari minuman hangatnya.
"Aku .. Sejujurnya aku juga ingin minta maaf kepadamu karena sudah meragukanmu waktu itu dan melepaskanmu begitu saja. Dan aku tidak mengetahui banyak hal sulit yang sudah kau lalui karena profesiku dan keluargaku. Aku juga bersalah kepadamu." Balas Teddy sambil menatap kearah Sheila.
"Keadaan yang terjadi tadi.... Bukankah hampir sama dengan yang terjadi sebelum kau menikah dengannya? Hanya saja posisi kami tertukar. Dan kau tetap berada diposisimu." Kata Teddy dengan ragu dan berharap Sheila menatap kearahnya.
Sheila mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang yang terasa begitu berat, kemudian ia tersenyum tipis.
"Benar juga." Balas Sheila sambil mengingat kejadian yang sudah berlalu hampir satu tahun lamanya itu.
"Kenapa kau tidak menjelaskan kepada Roy tentang apa yang sebenarnya terjadi? Kau juga melakukan hal yang sama ketika itu padaku. Kau bisa saja menjelaskan semuanya jika memang itu tidak benar." Tanya Teddy yang masih tidak mengerti alasan Sheila selalu mengatakan hal yang sama ketika tuduhan mengarah salah kepadanya.
"Kejadian hari ini dan waktu itu berbeda." Jawab Sheila yang sudah tidak bisa memaksa dirinya untuk tersenyum lagi.
"Waktu itu aku tidak menjelaskannya kepadamu karena bagiku ,jika memang kau sungguh-sungguh mencintaiku kau akan mengerti sekalipun aku tidak menjelaskannya kepadaku. Kau tidak akan menarik kesimpulan satu pihak meskipun tuduhan itu salah kepadaku. Tapi kali ini berbeda , aku tidak akan menjelaskan kepada Roy karena aku ingin ia menjalani hidupnya seperti sedia kala. Dia begitu terluka olehku sampai ia harus melindungi dirinya sendiri dengan menghapus ingatannya akan diriku dan pernikahan kami. Akan lebih baik jika aku yang menghilang dari kehidupannya dan dia tidak perlu mengingat lagi tentangku ."
"Tapi ... Kau menjadi bahan gunjingan saat ini. Kau juga dituduh dengan sepihak. Roy bahkan tidak tahu bagaimana kau kehilangan bayimu , bukan karena kau menggugurkannya. Semua hal yang kau katakan untuk kebaikannya malah membuatmu seolah-olah menjadi seorang yang benar-benar jahat." Protes Teddy.
"Kau juga menjadi tersangka. Ingat? " Tanya Sheila sambil melihat kearah Teddy dengan tatapan permintaan maaf kepada Teddy.
"Kau juga menjadi tertuduh yang berselingkuh denganku."
"Aku tidak keberatan." Jawab Teddy seketika. Sheila menatap Teddy dan menggigit bibir bawahnya.
"Ted, aku tahu kita memiliki kisah di masalalu. Aku juga bersalah padamu tentang itu. Tapi aku benar-benar memilih Roy sebagai lelakiku walaupun awalnya memang karena keadaan. Aku tidak mengingkari hal itu." Kata Sheila sambil menatap minumannya lagi.
"Tapi kita memiliki banyak hal lebih daripada yang kau lalui bersama Roy. Aku juga masih tidak bisa menghapus perasaanku padamu sampai saat ini." Ucap Teddy dengan tulus kepada Sheila.
"Ted, maafkan aku. Jujur saja, aku bahkan tidak tahu perasaanku padamu. Waktu itu aku merasa nyaman didekatmu , aku selalu mengandalkanmu dalam banyak hal, kau selalu ada untukku kapanpun aku membutuhkanmu. Aku tidak bisa membedakan apakah itu cinta atau aku hanya terlalu bergantung kepadamu. Tapi setelah aku memutuskan untuk bersama dengan Roy, aku benar-benar mencintainya ,Ted. Aku memutuskan untuk meninggalkannya walaupun terasa berat , semua untuk kebaikannya sendiri. Aku hanya tidak ingin dia terluka oleh keberadaanku." Kata Sheila menatap kearah Teddy lagi dengan tatapan yang lurus dan tulus.
"Aku berterimakasih padamu untuk selalu berada disisiku bahkan ketika aku sudah melukaimu. Aku tulus mengatakan ini."
"Baiklah." Balas Teddy sambil menghembuskan napas yang berat namun ada perasaan lega dimata Teddy.
"Setidaknya kau masih meminta pertolongan kepadaku. Aku akan membantumu sesuai sekuat tenagaku. Apa yang kau inginkan?" Tanya Teddy kepada Sheila
"Mungkin setelah aku bercerai aku akan bepergian jauh. Aku ingin kau menjaga nenekku selama aku pergi. Jangan mengatakan apapun tentang yang terjadi kepadaku pada nenekku. Aku akan mengirimkan alamat panti jompo nenekku kepadamu. Kau mau melakukannya?" Tanya Sheila pada Teddy.
"Kau akan pergi? Kemana?" Tanya Teddy yang terkejut dengan keputusan Sheila.
"Apa kau bersedia merawat nenekku selama aku menenangkan diriku sendiri?" Sheila berusaha meyakinkan Teddy akan bantuan yang ingin ia minta dari Teddy.
"Tentu saja aku akan menjaga dan merawat nenekmu. Dia sudah seperti nenekku sendiri. Kau akan pergi kemana?" Teddy seakan tidak ingin Sheila pergi tanpa ia tahu keberadannya.
"Aku akan mengabarimu asalkan kau berjanji tidak ada seorangpun yang akan mengetahui kemana aku pergi." Jawab Sheila .
"Aku berjanji." Balas Teddy dengan penuh keyakinan pada Sheila.
"Tapi aku juga mengingatkanmu, aku masih tidak menyerah akan perasaanku padamu." Lanjut Teddy menatap Sheila dengan kesungguhan yang membuat Sheila menggelengkan kepalanya.
"Hentikan ,Ted. Atau kita tidak perlu berteman lagi." Balas Sheila sambil meminum minumannya yang sudah tidak hangat lagi.
-----------------------------------------------------------
Baik Roy maupun Sheila tidak pernah menghadiri sidang perceraian mereka. Dan sidang perceraian mereka akhirnya mengalami penundaan beberapa kali.
"Dia tidak datang lagi?" Tanya Roy kepada pengacaranya yang menangani perceraiannya dengan Sheila.
"Tidak,Pak. Istri anda juga mewakilkan kehadiran disidang lewat pengacaranya. Sementara proses mediasi harus berlangsung dengan kehadiran dua belah pihak. Jika tidak akan semakin lama proses ini berlangsung." Jawab pengacara itu kepada Roy.
"Aku tidak akan pernah menemuinya lagi. Bagaimana upayamu, usahakan agar proses ini cepat selesai. Ini bahkan sudah hampir dua bulan lamanya. Kau bisa bekerja dengan benar atau tidak?" Bentak Roy dengan frustasi.
"Saya hanya mengikuti prosedur dari pengadilan saja,Pak. Untuk proses memang dibutuhkan sedikit lebih lama untuk perceraian terutama jika kedua belah pihak tidak hadir secara langsung." Balas pengacara Roy.
"Aku tidak mau tahu, aku ingin urusan ini segera diselesaikan. Kau hubungi hakim atau siapa saja yang berwenang untuk menyelesaikan perceraian ini dengan cepat. Aku ingin besok surat perceraianku sudah terselesaikan. Berikan juga kompensasi sesuai dengan yang dia inginkan." Kata Roy tanpa ingin adanya bantahan.
"Baik,Pak." Balas pengacara Roy dengan patuh. Kemudian pengacara Roy mengeluarkan sebuah kertas yang ada dalam map yan ia bawa.
"Lalu untuk kontrak ini apakah sudah tidak berlaku lagi?" Tanya pengacara Roy sambil menyerahkan surat kontrak yang dibuat oleh dirinya dan Sheila sewaktu mereka akan menikah dulu.
"Apa ini ?" Tanya Roy sambil membaca isi dari kontrak itu.
"Ini kontrak yang anda setujui dengan istri anda sewaktu dulu belum mengesahkan pernikahan anda berdua. Jika ini sudah tidak berlaku maka tidak ada kemungkinan istri anda akan menuntut hal yang sudah tertera disana. Hanya untuk berjaga-jaga jika istri anda memiliki dendam pribadi terhadap anda nantinya." Jawab pengacara Roy kepada Roy.
Roy membaca kontrak itu dan merasa ada yang ganjil dengan semua isi yang ada didalam kontrak.
"Siapa yang menulis kontrak ini?" Tanya Roy kepada pengacaranya.
"Tentu saja saya sesuai dengan intruksi anda waktu itu. Dan anda yang menandatangani itu sendiri juga istri anda." Jawab pengacara Roy yang ikut bingung akan reaksi Roy. Roy terdiam membaca kembali kontrak itu dan mengulanginya sekali lagi.
"Kau kembalilah bekerja. Aku akan menghubungimu lagi." Kata Roy kemudian pengacaranya meninggalkan ruang kerja Roy.
Roy memanggil Nadia untuk masuk kedalam ruangannya.
"Apa kau tahu mengenai hal ini?" Tanya Roy kepada Nadia ketika Nadia sudah masuk kedalam ruang kerja Roy sambil memberikan surat kontrak itu kearah Nadia.
"Iya, Pak. Itu adalah kontrak yang anda buat bersama dengan istri Bapak dalam kondisi sadar ." Jawab Nadia dengan lengkap setelah melihat kontrak itu.
"Apa maksudnya tentang hak asuh anak? Kontrak ini bahkan berusia satu tahun . Dan aku kehilangan anakku baru beberapa bulan lalu. Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Roy yang semakin tidak mengerti akan apa yang terjadi padanya selama pernikahannya dengan Sheila.
"Sejauh yang saya ketahui adalah anda berusaha membuat istri anda menikah dengan anda, bahkan anda memerintahkan kepada saya untuk membeli alat test kehamilan kepada ibu hamil agar meyakinkan istri anda untuk menikah dengan anda. Kontrak ini anda buat untuk mengikat istri anda secara hukum agar menikah dengan anda. Anda bahkan mengatur jadwal syuting mantan kekasih istri anda lebih cepat agar anda bisa menikahi istri anda secepatnya. Dan kehamilan istri anda pada saat itu hanyalah sebuah strategi anda saja. Anda juga memberikan jaminan merawat nenek istri anda dipanti jompo yang terbaik di luar kota sebagai kompensasi atas pernikahan yang telah disetujui oleh istri anda." Jawab Nadia dengan jelas kepada Roy. Sampai membuat Roy tertegun dengan penjelasan yang Nadia berikan.
"Apa aku melakukan itu semua? Aku?" Tanya Roy masih tidak percaya akan apa yang Nadia katakan.
"Benar,Pak." Jawab Nadia.
"Saya juga masih menyimpan beberapa bukti pembayaran untuk apa yang sudah anda perintahkan kepada saya."
"Kenapa aku begitu berambisi untuk menikah dengannya?"
"Karena keluarga anda mengetahui informasi tentang hubungan anda dengan sesama pria, dan hanya istri anda yang memiliki alibi kuat untuk membuktikan jika anda adalah lelaki normal." Jawab Nadia dengan datar.
"Alibi apa yang aku miliki dengannya?" Tanya Roy semakin penasaran mengapa dia begitu berambisi untuk menikahi Sheila.
"Anda dan istri anda sudah pernah tidur bersama di hotel secara tidak sengaja karena jebakan yang di siapkan oleh Katarina untuk anda yang mengira akan menangkap basah anda bermalam dengan lelaki di kamar hotel. Saya juga menyimpan bukti untuk alibi anda dan istri anda jika anda ingin mengecek kebenarannya."
"Bukan dia yang menjebakku? Tapi aku yang menjebaknya dalam pernikahan ini?" Tanya Roy pada dirinya sendiri sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Roy tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini bahkan sekelabat potongan-potongan kenangannya dengan Sheila mulai datang dan berlalu.
"Istri anda hanya mengikuti permainan yang anda susun untuk menjaga nama baik keluarga anda karena skandal yang menyangkut ketertarikan anda akan sesama jenis. Istri anda juga tidak mendapatkan kompensasi apapun selain uang tunai sebesar dua juta yang istri anda tarik secara tunai dan juga biaya perawatan neneknya saat menikah dengan anda." Lanjut Nadia dengan lancar dan datar.
"Dia juga tahu mengenai Tonny?" Tanya Roy seketika ia mengingat ia masih memiliki Tonny dalam rahasia hidupnya.
"Tentu saja. Setelah pernikahan anda dan istri anda berlangsung , perlahan anda mulai membatasi diri dengan Tonny dan anda memutuskan hubungan dengan Tonny. " Jawab Nadia yang mengetahui setiap detail kehidupan Roy.
"Bagaimana dengan istriku yang menggugurkan kandungannya? Aku baru mengetahui beberapa hari yang lalu jika dia mengalami keguguran dan sengaja menggugurkannya karena ingin bercerai denganku?" Tanya Roy lagi dengan kebingungan akan pemikirannya sendiri saat ini.
"Istri anda mengalami keguguran dan bukan sengaja menggugurkannya. Ia mengalami kecelakaan yang terjadi belum lama sebelum anda masuk kedalam rumah sakit. Keguguran itu bahkan anda tutupi dengan sengaja dari istri anda dan akhirnya membuat istri anda ingin bercerai dengan anda." Jawab Nadia dengan wajah datarnya.
Roy menengadah melihat kearah sekertarisnya .
"Apa katamu? Dia mengalami kecelakaan dan aku yang menutupi kebenaran tentang keguguran yang ia alami? " Wajah Roy kali ini terlihat semakin bingung dengan apa yan baru saja ia ketahui.
"Benar. Karena istri anda juga tidak mengetahui perihal kehamilannya sendiri. Kecelakaan yang menimpa istri anda juga disebabkan karena anda sendiri. Maka dari itu anda menutupi tentang keguguran yang terjadi pada istri anda. Anda bahkan membungkam media untuk mengekspos tentang berita itu." Kata Nadia dengan datar.
"Tapi dia ingin menceraikanku karena ingin bersama dengan mantan kekasihnya."
"Istri anda tidak pernah menghubungi siapapun selama menikah dengan anda. Dan dia juga memutuskan untuk tetap bersama anda. Anda juga memantau istri anda selama dua puluh empat jam tanpa jeda. Kemungkinan istri anda berselingkuh juga tidak ada." Nadia memang mengatakan semua hal itu dengan datar namun Roy bisa menangkap emosi yang ia siratkan dalam setiap kalimat yang Nadia ucapkan.
"Kau.. Mengetahui semuanya selama ini?" Tanya Roy sambil menatap lurus kearah Nadia.
"Iya, Pak." Jawab Nadia singkat.
"Kenapa kau tidak memberitahuku sedari awal?"
"Anda tidak bertanya." Balas Nadia datar.
Roy tertawa dengan getir. Roy lebih mempercayai Nadia daripada ayahnya sendiri. Seharusnya dia bisa berpikir lebih realistis dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya untuk menghasut dirinya agar menceraikan Sheila.
"Apa lagi yang kau ketahui tentang hal yang aku lupakan selama ini. Kau seharusnya memberitahuku sejak awal. Apa kua berkomplot dengan tua bangka itu?" Tanya Roy yang mulai curiga jika Nadia sudah tidak berada di pihaknya saat ini.
"Saya hanya menjalankan permintaan dari istri anda untuk tidak memberitahukan kepada anda apa yang sudah anda lupakan." Jawab Nadia.
"Tapi kau baru saja memberitahuku?" Sindir Roy sambil menunjukkan telunjuknya kearah Nadia.
"Saya hanya menjawab pertanyaan dari anda,Pak." Balas Nadia.
Roy memijat pangkal hidung dengan ibu jari dan telunjuknya sambil mengatur napasnya sendiri.
"Dimana istriku sekarang?" Tanya Roy yang ingin menemui Sheila dan ingin mendengar jawaban jujur dari Sheila.
"Informasi terakhir yang saya ketahui, istri anda menginap di sebuah hotel saat ini. Saya akan mengantarkan anda jika anda ingin bertemu dengan istri anda." Jawab Nadia dengan senyum yang ia sembunyikan karena berhasil mengungkapkan apa yang sudah ia pendam selama ini.
"Antarkan aku kesana." Kata Roy sambil berdiri dari duduknya.
"Baik,Pak."
-------------------------------------
Selama perjalanan menuju hotel tempat Sheila menginap, Roy berusaha menghubungi Sheila namun ponsel Sheila tidak aktif.
Roy juga menghubungi pengacaranya untuk membatalkan perceraiannya dengan Sheila.
Sesampainya di hotel , Roy baru mengetahui jika Sheila sudah tidak menginap lagi disana. Bahkan Nadia juga tidak mengetahui keberadaan Sheila. Roy menghubungi pengacara yang Sheila sewa selama ini untuk mengurus masalah perceraian mereka dan ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari pengacara itu.
"Apa kau tidak memiliki sumber lain untuk mengetahui keberadaan istriku?" Tanya Roy dengan emosi kepada Nadia.
"Saat ini kita hanya bisa mengetahui keberadaan istri anda jika kita bisa menemukan panti jompo tempat nenek istri anda dirawat, Pak." Jawab Nadia sambil terus mencari informasi melalui ponselnya.
"Dimana neneknya dirawat?"
"Informasi yang saya dapatkan , terakhir kali nenek istri anda dirawat di panti jompo didekat perbatasan kota , tapi sepertinya istri anda sudah memindahkannya." Kata Nadia kemudian mengatupkan bibirnya karena telah gagal menemukan lokasi nenek Sheila saat ini.
"Jangan mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar. Cari lagi dengan benar." Bentak Roy yang mulai merasa frustasi tidak mengetahui dimana keberadaan Sheila saat ini.
Tidak berapa lama , Nadia memberikan ponselnya kepada Roy.
"Pak, istri anda melakukan perjalanan keluar negeri melalui penerbangan dua hari yang lalu." Kata Nadia sambil memberikan ponselnya kepada Roy agar Roy dapat melihat catatan penerbangan atas nama Sheila kepada Roy. Roy memejamkan matanya sambil menahan emosi dan juga rasa frustasinya. Ia bisa melihat jika Sheila terdaftar untuk melakukan perjalanan ke Inggris saat ini. Dan Roy tidak tahu kemana Sheila pergi.
"Antarkan aku menemui Teddy." Kata Roy pada akhirnya kepada Nadia.
Nadia sempat terdiam sejenak, kemudian ia mengambil ponsel yang Roy berikan kepadanya.
"Baik ,Pak." Jawab Nadia dengan patuh.
Teddy sedang melakukan syuting di salah satu studio untuk syuting sebuah iklan lain selain iklan yang ditawarkan oleh ayah Roy. Walau bisa memprediksikan Roy akan menemuinya untuk menanyakan keberadaan Sheila namun Teddy tidak menyangka jika Roy akan datang secepat ini menemuinya.
"Ada perlu apa kau mencariku?" Tanya Teddy yang menghampiri Roy setelah syuting iklannya sudah selesai.
Roy berdiri dihadapan Teddy sambil memasukkan tangannya didalam saku celananya.
"Kau sudah tahu apa yang akan aku katakan." Jawab Roy sambil menahan emosinya.
"Dimana istriku?" Tanya Roy dengan dingin.
Mendengar kalimat itu dari Roy , Teddy tertawa mengejek kepada Roy.
"Apa aku tidak salah dengar? Istri? Bukankah kau sudah menceraikannya? Mantan istrimukah yang kau maksud?" Teddy berbalik tanya dengan nada menyindir pada Roy.
"Kami tidak bercerai." Balas Roy dengan rahang terkatup.
"Belum. Kalian belum bercerai , itu artinya sebentar lagi." Kata Teddy sambil menatap tajam kearah Roy dan dengan percaya diri mendongakkan kepalanya didepan Roy.
"Aku tidak akan menceraikannya." Roy tersenyum penuh kuasa kepada Teddy. Mendenngar hal itu Teddy terdiam sejenak .
"Aku juga tidak menyerah untuk Sheila. Walaupun saat ini kau tidak menceraikannya , kau bahkan tidak mengetahui dimana Ciya sekarang berada." Senyuman yang tercipta di bibir Teddy lebih tertuju mengejek Roy yang tidak mengetahui keberadaan Sheila saat ini.
"Dimana istriku ?" Tanya Roy sambil menengadahkan kepalanya dengan angkuh kepada Teddy. Teddy mendengus sinis atas pertanyaan Roy.
"Kau pikir aku akan memberitahumu dimana Ciya saat ini berada? Jangan bermimpi." Balas Teddy dengan senyuman sinis yang merekah diwajahnya.
Teddy berjalan melewati Roy yang masih berdiri tegap di hadapannya. Roy menahan langkah Teddy dengan menarik lengan Teddy tanpa merubah posisi tubuhnya sendiri.
"Dimana istriku?" Tanya Roy lagi kali ini dengan rahang terkatup dan makin mengencangkan cengkeramannya di lengan Teddy.
"Kenapa kau mencarinya? Apa kau tidak tahu kau sudah mempermalukannya waktu itu, kau juga sudah setuju untuk menceraikannya. Kau pikir kenapa Ciya harus pergi begitu jauh? Dia tidak ingin melihatmu. Pikirkanlah betapa banyak kau melukai Ciya sementara Ciya selalu berusaha melindungimu." Jawab Teddy sambil menarik lengannya dari cengkeraman Roy dengan kasar.
"Kau juga yang memutuskan untuk melupakannya. Jadi lepaskanlah Ciya , biarkan dia hidup dengan tenang tanpa campur tangan dan kehadiranmu lagi." Lanjut Teddy lalu berjalan meninggalkan Roy yang masih terpaku disana.
Yang Teddy katakan benar , hari itu ia sudah mempermalukan Sheila di depan banyak orang. Dia bahkan mengatakan akan menceraikan Sheila. Roy sudah melukai hati istrinya sendiri tanpa mendengarkan penjelasan dari istrinya. Roy masih ingat ekspresi Sheila hari itu. Masih pantaskah dirinya mempertahankan Sheila ketika Sheila hanya akan terluka jika berada disisinya. Sheila akan terluka oleh setiap apa yang ia perbuat.
Tonny yang berada di studio itu tanpa sengaja melihat Teddy dan Roy sedang memperdebatkan sesuatu. Tonny baru mengetahui jika Roy saat ini tidak mengingat Sheila sebagai istrinya dan tidak mengingat pernikahannya sendiri. Tonny yang saat ini ingin membongkar aib Roy mengurungkan niatnya. Ia memiliki hal yang lebih penting untuk ia lakukan kepada Roy. Ini adalah kesempatannya untuk kembali menarik Roy dalam jangkauannya tanpa perlu ia bersusah payah untuk menyingkirkan Sheila dari sisi Roy.
---------------------------------
"Apa anda sudah berbicara dengan Teddy?" Tanya Nadia ketika Roy sudah masuk kedalam mobil.
"Dia tidak mengatakan keberadaan istriku. Tapi aku yakin dia mengetahuinya." Jawab Roy dengan wajah tanpa semangat.
"Apa menurutmu aku selama ini selalu melukai istriku sendiri? Apa memang sebaiknya aku melepaskannya saja?" Tanya Roy kepada Nadia tanpa sadar.
"Pernikahan anda , anda sendiri yang memutuskan , Pak." Jawab Nadia dengan wajah datar.
"Menurutmu? Apa selama ini dia tidak bahagia? Sama sekali?"
"Istri anda sangat ekspresif. Sejauh yang saya ketahui , istri anda selalu bahagia ketika bersama anda." Balas Nadia sambil melihat kearah luar kaca mobil yang ada dihadapannya.
"Dia bahagia? Aku bahkan tidak pernah melihatnya tersenyum dihadapanku. Dia hanya tersenyum ketika bekerja waktu itu. Apa benar aku lebih baik melepaskannya agar dia bahagia? Tapi mengapa hatiku tidak rela?" Tanya Roy dalam hati. Roy bahkan tidak bisa memutuskan ia akan mencari Sheila atau tidak saat ini.
Roy juga tidak bisa memutuskan akan menceraikan Sheila atau tidak.
Tonny menghubungi Roy dan mengajak Roy untuk berbicara empat mata. Roy memutuskan untuk menemui Tonny di area pribadi miliknya.
Roy biasanya merasa senang bisa bertemu dengan Tonny namun kali ini entah mengapa dirinya merasa tidak senang.
"Apa kau baik-baik saja,Roy?" Tanya Tonny sambil memberikan gelas minuman kepada Roy. Roy menerima gelas itu dari Tonny.
"Terimakasih." Kata Roy dengan datar.
"Apa ada yang kau pikirkan belakangan ini?" Tanya Tonny sambil duduk di seberang Roy.
"Aku tidak bisa mengingat tentang istriku. Aku juga tidak ingat jika aku sudah menikah. Aku tidak mengingat apapun tetang pernikahanku." Jawab Roy dengan jujur.
"Apa kau merasa terbebani akan hal itu,Roy? Bukankah lebih baik jika kamu tidak bisa mengingatnya? Dia juga meminta untuk berpisah darimu. Ditambah lagi saat ini ia juga pergi entah kemana hanya untuk tidak bertemu denganmu. Mungkin memang sekarang saatnya untuk melepaskan ikatan yang kalian miliki." Kata Tonny sambil menyesap minumannya. Roy memandang tajam kearah Tonny an mengernyitkan keningnya.
"Kau juga mengenalnya? Kau juga mengetahui tentang semua ini?" Tanya Roy merasa Tonny sepertinya mengerti tentang Sheila.
"Aku mengenal Sheila karena dia sangat dekat dengan Teddy. Aku bekerja sebagai asisten Teddy selama beberapa tahun , apa kau ingat?" Tonny mengangkat kedua alisnya.
"Keduanya sudah akan menikah hanya saja kau membutuhkan bantuan dari Sheila untuk menutupi hubungan kita yang diketahui oleh ayahmu. Dan semuanya berjalan lancar. Kau bahkan sudah memberitahukan hal ini kepada Sheila secara langsung jika kita memang memiliki hubungan yang spesial dan kau berjanji untuk menceraikannya setelah kondisi sudah memungkinkan." Tonny menceritakan kejadian ketika malam Sheila memergoki mereka berdua di awal-awal pernikahan Roy dan Sheila.
"Aku melakukannya?" Tanya Roy sambil mengernyitkan keningnya.
"Tentu saja. Cobalah kau pikirkan, wanita mana yang akan bertahan dengan pria sepertimu ... seperti kita jika mereka tidak memiliki maksud tersembunyi. Sejak awal kalian memang memutuskan untuk menikah diatas kontrak dan memutuskannya dengan segera, tapi Sheila bertahan denganmu karena hal lain. Ia juga sudah merencanakan untuk membuka semua rahasiamu selama ini. Apa kau tidak mengetahui hal itu?" Tonny mencoba memanipulasi ingatan Roy dengan sugesti yang ia lontarkan.
"Untuk apa ia melakukan hal itu? Dia bahkan tidak meminta tunjangan kepadaku saat ia menggugat cerai padaku. Kepada siapa ia ingin mengatakan semua yang aku rahasiakan selama ini?" Tanya Roy sambil meletakkan gelas yang ada ditangannya keatas meja.
"Tentu saja dia tidak ingin jika niat aslinya terbongkar dengan mencantumkan tunjangan pada gugatannya, ia hanya ingin kau berpikir untuk tetap menahannya disampingmu dan semakin mengetahui kelemahanmu, lagipula dia sudah mendapatkan tunjangan dari ayahmu . Saat ini ia bahkan bisa pergi keluar negeri karena bantuan dari ayahmu." Tonny mulai membuat sedikit potongan teka-teki untuk Roy.
"Tidak." Roy menggelengkan kepalanya.
"Sekalipun jika ia hanya ingin mendapatkan keuntungan, dia pasti akan meraupnya dari diriku juga tidak hanya ayahku saja." Kata Roy berusaha meluruskan pikirannya saat ini.
"Apa kau meragukan aku? Aku kira kita selalu terbuka dalam segala hal . Aku hanya berusaha menyelamatkanmu dan hubungan kita." Kata Tonny berusaha meyakinkan Roy. Roy menatap kearah Tonny.
"Aku kira kita juga sudah membahas jika diantara kita tidak ada keterikatan akan suatu hubungan." Balas Roy sambil menatap Tonny dengan dingin.
Tubuh Tonny menegang mendengarkan kalimat Roy yan begitu dingin kepadanya dan juga hal itu yang Roy ungkapkan ketika Roy memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengannya. Bagi Tonny , Roy adalah dunianya. Dan saat ini dunianya ingin meninggalkannya. Tonny tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Terutama saat ini adalah kesempatannya ketika Sheila sudha tidak berada disisi Roy lagi.
Tonny menyodorkan gelas minuman itu kembali kepada Roy.
"Minumlah terlebih dahulu. Kau terlihat begitu tegang hari ini." Kata Tonny berusaha menenangkan Roy.
Roy melihat kearah gelas yang sedari tadi di sodorkan kepadanya oleh Tonny. Roy menuangkan minuman itu kedalam mulutnya. Melihat Roy sudah meminum minuman yang ia tawarkan , wajah Tonny terlihat sangat lega.
"Aku ingin pergi ke toilet sebentar." Kata Tonny lalu meletakkan gelasnya dan langsung berjalan kearah kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur Roy.
Tonny sengaja menunggu hingga sepuluh menit untuk keluar dari kamar mandi Roy.
"Seharusnya obat itu sudah bekerja." Batin Tonny dalam hatinya dengan penuh harap. Tonny mencampurkan obat yang sama seperti yang Katarina berikan kepada Roy malam itu kedalam minuman yang ia berikan kepada Roy.
Tonny kembali keruang tamu tempat Roy sedang berada saat ini, Roy sedang memejamkan matanya sambil berbaring di sofa miliknya. Tonny tersenyum dan berjalan kearah sofa dan duduk di tepian sofa tempat Roy terbaring.
"Seandainya kau tidak memutuskan hubungan kita dan memilih menjadi manusia-manusia payah bersama Sheila, aku tidak akan melakukan sampai sejauh ini. Kau terlalu terlena oleh perasaanmu sebenarnya padahal kita sudah merasa nyaman sebelum kehadiran Sheila diantara kita.Terutama ketika ia kehilangan bayi kalian." Kata Tonny sambil tertawa kecil seakan itu adalah hal yang begitu menggelikan baginya.
"Bagaimana dia bisa memiliki anak denganmu? Kenapa kau bisa memiliki hasrat untuknya? Aku sempat tidak bisa menahan emosiku ketika mengetahui hal itu, kau juga semakin melindungi Sheila . Kau tidak mencintainya ,Roy. Kau hanya tidak ingin ada yang menyentuh apa yang sudah menjadi milikmu. Seandainya kau bisa menyadari hal itu , mungkin Sheila tidak akan mengalami hal yang begitu menyakitkan karena dirimu, tapi biarlah , saat ini Sheila juga sudah pergi darimu. Biar kita lanjutkan apa yang belum terselesaikan diantara kita." Lanjut Tonny sambil menyentuh wajah Roy .
"Apa itu yang sebenarnya terjadi?" Tanya Roy sambil membuka matanya bangkit dari posisi terbaringnya.
Mengejutkan Tonny yang mengira jika Roy sudah tertidur oleh obat yang sudah ia masukkan kedalam minuman Roy. Tonny langsung berdiri dengan seketika oleh keterkejutannya sendiri. Roy tidak tertidur sesuai dengan keinginannya .
"Kau tidak tidur?" Tanya Tonny dengan gemetaran melihat sorot mata Roy yang begitu tajam kearahnya.
"Aku.. Aku.. Tadi aku hanya..."
"Kau pikir aku akan masuk dalam perangkap yang sama dua kali?" Kata Roy dengan dingin.
"Kau sudah mengingat semuanya? Kau ingat pertemuanmu dengan Sheila dihotel itu?" Tonny membelalakkan matanya ketika Roy mengatakan hal ini berulang kepada dirinya.
Perkataan Tonny seakan memberikan kilasan ingatannya yang hilang saat Katarina memberinya minuman di sebuah hotel dan bayangan Sheila yang tertidur diisampingnya. Kenangan tentang dirinya bersama Sheila juga datang dan pergi . Roy merasakan nyeri yang hebat dikepalanya. Dengan frustasi Roy menekan kedua tangannya dikepalanya sambil menunduk.
"Roy , kau tidak apa-apa?" Tanya Tonny sambil mendekati Roy , namun dengan segera Roy mendongakkan kepalanya dan tatapannya begitu menusuk kearah Tonny, membuat Tonny menghentikan langkahnya.
"Beraninya kau berbohong tentang istriku hanya untuk keinginanmu yang menjijikkan itu." Kata Roy sambil menahan nyeri di kepalanya.
Tonny tersenyum masam kepada Roy.
"Menjijikkan? Bukannya kau dan aku adalah sama? Kenapa kau mengatakan hal itu kepadaku? Jika saja Sheila tidak menikah denganmu , seperti inilah yang akan terjadi kepada kita nantinya."
"Kau yang membuat aku kehilangan istriku." Mata Roy tidak bergeming memandang Tonny dengan pandangan benci.
"Bukan aku. Kau yang menyakitinya. Kau yang menyakitinya selama dia bersamamu. Bahkan bayi yang ia kandung juga hilang karena dirimu." Jawab Tonny dengan sinis.
Dengan cepat Roy bangkit dari duduknya dan meraih kerah pakaian Tonny.
"Katakan sekali lagi." Kata Roy dengan amarah dan juga rasa takut secara bersamaan.
"Kau . Kau yang membunuh anakmu sendiri. Kau yang mendorong Sheila sampai terjatuh dari tangga dan kehilangan bayi dalam kandungannya. Kau yang melakukan semua itu dan kau ingin melupakan semuanya karena kau tidak ingin mengingat akan semua kesalahan yang membuat kau kehilangan Sheila." Ucap Tonny dengan tersenyum mengejek kepada Roy.
"Jadi disini siapa yang menjijikkan? Aku atau dirimu?"
Roy tertegun dengan yang dikatakan oleh Tonny. Roy melonggarkan cengkeramannya dan menggelengkan kepala.
"Tidak. Tidak mungkin aku membunuh anakku sendiri." Kata Roy sambil berusaha mengingat apa yang sudah ia lakukan kepada Sheila. Kemudian ia mengeratkan cengkeramannya lagi.
" Kau hanya berusaha memanipulasi pikiranku saja. Kau sama dengan tua bangka itu."
"Tanyakan saja pada Nadia. Kau sangat mempercayai Nadia. Dia yang akan mengatakan hal yang sama seperti yang aku katakan kepadamu. Jika kau tidak melepaskan Sheila , kau sama saja dengan menyiksanya seumur hidup." Kata Tonny membalas tatapan Roy.
------------------------------------
Share this novel