Chapter 26

Romance Completed 3114

Sheila bisa mendengar pintu rumahnya yang terbuka dan dibanting dengan kencang dari kamarnya. Entah siapa yang keluar dari rumahnya. Sheila hanya berharap semua yang ada di rumahnya meninggalkan tempatnya saat ini. Bukan Sheila tidak senang dengan kedatangan Roy yang begitu ia rindukan , hanya saja Sheila tidak menyukai cara yang Roy gunakan untuk mereka bertemu , Sheila tidak menyukai jantungnya yang tidak berhenti berdebar kencang ketika ia menatap mata Roy. Dia berusaha begitu keras untuk melupakan Roy , berusaha membencinya , berusaha untuk tidak mengingatnya , namun ketika ia benar-benar berhadapan dengan Roy semua pertahanannya hancur begitu saja.

Pintu kamar Sheila terbuka , meskipun tidak mengetahui siapa yang masuk kedalam kamarnya karena Sheila sedang duduk di tepi tempat tidurnya yang menghadap kearah jendela kamarnya , Sheila tahu jika itu Roy. Sekali lagi jantung Sheila berdegup tak menentu hingga Sheila harus meremas jarinya sendiri.

"Kau benar-benar tidak senang aku menemukanmu." Kata Roy yang sudah berada didalam kamar Sheila.

"Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini?" Tanya Sheila tanpa melihat kearah Roy.
"Ah.. Aku lupa , kau memiliki banyak cara untuk menemukan apa yang kau inginkan." Sheila menjawab sendiri pertanyaan yang ia ajukan kepada Roy sambil tertawa sinis.

"Kenapa kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun kepadaku? Kenapa kau langsung menghilang bahkan tanpa mengucapkan perpisahan padaku? Apa kau tahu betapa tersiksanya aku ? Apalagi ketika aku sudah mengingat semuanya. Aku sampai harus bersusah payah untuk bisa hidup sampai saat ini." Kata Roy dengan putus asa kepada Sheila.

Roy berjalan dan berlutut didepan Sheila membuat Sheila harus memandang Roy secara dekat kali ini. Roy meraih tangan Sheila dan menggenggamnya dengan erat.

"Aku .. Sudah menjalani terapi dengan dokterku sendiri. Bukan salahmu saat kejadian waktu itu. Kembalilah kepadaku, Ella." Pinta Roy penuh dengan harapan dimatanya.

Sheila bahkan tidak bisa bernapas karena sesak yang disebabkan oleh debaran jantungnya sendiri. Kembali kepada Roy bukan hal yang mudah untuk Sheila kali ini. Dia tidak akan pernah mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya nanti , Sheila bahkan ragu jika dirinya sanggup bertahan dengan Roy meskipun Roy mengatakan jika dirinya sudah berobat selama mereka berpisah. Sheila harus kembali kerumah itu lagi , ia harus menghadapi ketakutannya sendiri akan kehilangan orang yang ia sayangi.

"Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kenapa kau tidak melepaskan aku seperti yang kau katakan waktu itu,Roy?" Tanya Sheila dengan lirih.

"Aku minta maaf ,Ella. Aku mengatakan hal itu kepadamu. Aku tidak bisa mengontrol emosiku. Sekarang aku sudah bisa mengontrol emosiku. Aku bahkan sudah bisa menerima masalaluku. Aku tidak akan menyakitimu lagi dengan emosiku yang tidak terkendali. Aku tidak akan melepaskanmu." Roy memberikan penjelasannya kepada Sheila dengan sungguh-sungguh sambil makin erat menggenggam tangan Sheila seakan Sheila akan menghilang dari pandangannya.

"Dan kau datang seperti ini? Apa itu menandakan kau sudah berubah?" Sheila sungguh masih ragu akan apa yang akan ia putuskan kali ini.

"Kau pergi begitu saja , bersembunyi dariku . Kau bahkan merelakan aku yang tidak bisa mengingatmu dan berharap aku selamanya melupakanmu. Aku harus bagaimana untuk menemuimu dan mengatakan semua ini kepadamu? " Balas Roy dengan emosi dan putus asa yang bercampur menjadi satu.

"Karena kau hanya akan melukai dirimu sendiri jika kau mengingatku." Balas Sheila sambil meneteskan airmatanya mengingat apa yang dilakukan Roy ketika Sheila meninggalkan Roy malam itu.
"Kita hanya akan saling melukai jika terus bersama. Saat ini kau sudah stabil , aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika aku kembali lagi kepadamu. Kita juga akan merasa saling bersalah pada kesalahan yang akan kita perbuat nantinya. Aku tidak mau hal itu terjadi lagi ,Roy. Aku merasa sangat lelah."

"Semuanya hanya karena kebodohanku. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu. Tidak menemukanmu disisiku ketika aku membuka mata membuatku tidak bisa bernapas , kau bahkan tidak ada dalam mimpiku ketika aku merindukanmu , kau juga tidak ada ketika aku lelah dan terluka. Kau ingin pergi dariku karena ingin menyelamatkanku? Kau hanya membunuhku dengan perlahan." Roy mulai kehilangan kendali akan emosinya saat ini dihadapan Sheila.

Sheila menarik tangannya dari genggaman Roy dan dengan cepat Roy meraihnya kembali.

"Bahkan jika aku tidak mendapatkan ingatanku kembali aku akan tetap mencarimu." Kata Roy dengan tegas .
"Aku tidak akan melepaskanmu. Sekalipun kau sudah tidak mencintaiku ... Aku akan membuatmu mencintaiku lagi. Aku akan bersabar menunggumu , aku tidak akan memaksamu untuk kembali kepadaku seperti sebelumnya , tapi aku akan membuatmu pasti kembali kepadaku." Lanjut Roy sambil mengusapkan ibu jarinya ke tangan Sheila yang ia genggam.

"Berikan aku waktu ,Roy." Jawab Sheila pada akhirnya setelah lama ia memandang mata Roy yang begitu putus asa dihadapannya.

Roy memejamkan matanya sejenak . Satu tahun adalah waktu yang begitu panjang bagi Roy untuk menemukan kembali Sheila. Sedikit waktu setidaknya tidak akan membuatnya kehilangan Sheila selamanya. Ia harus benar-benar meredam hasratnya untuk menggendong Sheila dan membawanya pulang.

"Aku akan kembali ke Indonesia nanti siang. Aku akan menunggumu kapanpun kau siap untuk kembali kepadaku." Kata Roy pada akhirnya sambil menatap mata Sheila.

Dengan lembut Roy memeluk Sheila dan mencium rambut Sheila , wangi yang begitu ia rindukan selama ini. Roy tidak melepaskan Sheila , Roy hanya ingin Sheila kembali kepadanya dengan cinta yang tulus untuknya seperti waktu mereka bersama. Roy tidak rela melepaskan pelukannya pada Sheila , namun ia tidak ingin jika ke egoisannya malah menjauhkan Sheila dari dirinya lagi.Jika Sheila pergi ketempat yang tidak bisa dijangkau oleh Roy , mungkin Roy akan benar-benar tidak bisa bertahan. Sedikit waktu rela Roy berikan jika memang itu impas dengan apa yang akan ia dapatkan , cinta dan kehadiran istrinya kembali.
------------------------------------

Ayah Roy tidak menyangka jika Roy datang menemuinya sore itu.

"Aku dengar minggu lalu kau pergi keluar negeri?" Tanya ayah Roy sambil duduk di kursi kesayangannya.

"Aku tidak akan terkejut saat ayah tahu jika aku sudah menemukan Ella. Aku juga tidak terkejut jika ayah yang sudah memberikan fasilitas untuk Ella." Jawab Roy yang sudah duduk di hadapan ayahnya.

"Kau sudah mengetahui semuanya? Dan kau tidak marah soal itu? Aku sungguh terkejut." Balas ayah Roy sambil mengernyitkan keningnya.

"Terimakasih." Kata Roy setelah menghela napas panjang.

Ayah Roy tidak menduga kalimat itu keluar dari mulut Roy. Roy berterimakasih kepadanya setelah apa yang ia lakukan kepada Sheila agar menjauh dari kehidupan anaknya.

"Kau.. Berterimakasih kepadaku?" Tanya ayah Roy dengan heran.

"Setidaknya ayah masih menganggap aku anakmu , kau masih mau memberikan fasilitas itu untuk Ella. Ayah tahu betapa berartinya Ella untukku." Jawab Roy dengan seulas senyuman tipis di wajahnya.

Ayah Roy berdehem untuk menghilangkan kecanggungan yang menerpa dirinya ketika Roy mengatakan hal itu pada dirinya.

"Aku hanya memberikan kompensasi untuknya. Kau tidak perlu mengatakan hal itu kepadaku." Kata ayah Roy dengan canggung.

"Awalnya aku benar-benar membenci ayah karena menyembunyikan segala sesuatu dengan dalih untuk kebaikanku. Termasuk menyembunyikan Ella dariku disaat aku begitu putus asa untuk menemukannya." Roy mengaitkan jemarinya diatas lututnya.
"Tapi , setelah menemukan Sheila kau merasa berterimakasih kepada ayah. Hidupnya bahkan lebih baik saat aku menemukannya kembali. Terakhir dia bersamaku saat aku tidak bisa mengingatnya , sekalipun aku tidak pernah melihatnya tersenyum sebebas itu saat bersamaku. Melihatnya tersenyum membuat hatiku bahagia sekaligus sakit."

"Kau akan berpisah darinya? Kau tidak membawanya kembali bersamamu." Balas ayah Roy merasa penasaran mengapa Roy tidak membawa Sheila kembali jika sudah menemukannya. Dengan temperamen Roy , sungguh mustahil Roy tidak menyeret Sheila untuk kembali bersamanya.

"Aku tidak akan memaksanya , tapi dia akan kembali kepadaku. Aku memberinya sedikit waktu untuk kembali kepadaku. Aku akan menunggunya." Kata Roy menatap penuh keyakinan kepada ayahnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya ayah Roy dengan khawatir. Roy tersenyum simpul dan bangkit dari duduknya.

"Aku baik-baik saja. Ini pertamakalinya aku berterimakasih pada ayah dan juga terakhir kalinya. Untuk kedepannya , aku minta ayah tidak perlu ikut campur dalam kehidupan pribadiku. Aku akan sangat menghargai hal itu." Kata Roy lalu meninggalkan ayahnya yang masih bingung dengan perubahan pada Roy.
------------------------------------

Nancy sedang berada di kamar Rey ketika Rey baru saja kembali kerumahnya .

"Sedang apa kau disini?" Tanya Rey dengan malas sambil melemparkan tasnya di tempat tidur.

"Apa kau menemui wanita itu lagi?" Balas Nancy tanpa mengindahkan pertanyaan dari Rey.

"Kenapa kau harus peduli dengan hal itu? Kau juga sudah tahu apa yang aku lakukan selama ini. Kita juga menikah bukan karena cinta. Pernikahan kita yang begitu bahagia karena bisnis saja. Aku membutuhkan bantuan ayahmu dan kau membutuhkan kebebasanmu." Jawab Rey sambil duduk di tepi tempat tidur.

"Aku bahkan merasa iri dengan Roy. Seorang dengan cacat emosional bahkan bisa mendapatkan pasangan yang benar-benar mencintainya." Tawa sinis tercipta ketika Nancy mengatakan hal itu kepada Rey.

"Memangnya kau punya waktu untuk memikirkan tentang seseorang yang mencintaimu? Kau hanya sibuk berbelanja dan menghabiskan uangku selama ini. Aku bahkan tidak bisa membedakan kau manusia atau bukan." Balas Rey dengan kasar kepada Nancy.

"Beberapa tahun ini , sebagai istrimu. Aku bisa melihat jika kau ingin menikah denganku hanya demi keuntunganmu dan juga ibumu. Bagaimana aku bisa mencintai lelaki sepertimu yang bahkan tidak pernah menyentuhku sebagai istrimu. Kau juga masih bersama dengan mantan kekasihmu meskipun kita sudah menikah." Kata Nancy sambil memandang dingin kearah Rey.

"Jadi kau sudah mengetahuinya sejak lama. Untuk apa aku harus menutupinya darimu jika kau sudah mengetahui hal itu sejak lama." Rey tersenyum kearah Nancy , bahkan tanpa nada sarkartis ucapan Rey sangat mengena pada Nancy.

"Aku akui kalian benar-benar gigih. Wanita itu... Dia juga sangat sabar menopang status sebagai wanita simpanan sejak lama." Kata Nancy yang sedang duduk di kursi dekat jendela kamar Rey.

Mendengar ucapan Nancy yang sudah menyinggung Katarina membuat Rey langsung berdiri dari duduknya.

"Dia bukan wanita simpananku. Sejak awal dia adalah kekasihku. Kami saling mencintai bahkan sebelum akhirnya aku menikah denganmu. Setelah kita bercerai aku akan menikahinya." Kata Rey dengan nada tinggi. Nancy tersenyum sinis pada Rey dan melipat tangan didepan dadanya.

"Dia kekasihmu , kau mencintainya , aku hampir akan tertawa mendengarkan hal itu dari mulutmu. Kau membiarkan wanita yang kau cintai terlibat asmara dengan oranglain hanya untuk membantumu mendapatkan apa yang kau inginkan bersama dengan ibumu. Kau bahkan tega melihatnya menjadi bahan lelucon dan juga gunjingan oranglain. Kau sebut itu cinta?" Sindir Nancy dengan keras lalu ia tertawa mengejek pada Rey.

"Bahkan Roy lebih baik daripadamu. Dia bahkan melindungi wanita yang ia cintai dari apapun yang akan menyakitinya. Meskipun mereka sempat akan bercerai, tapi Roy tetap mempertahankannya. Kau tahu apa yang lebih ironis lagi ? Wanita simpananmu saja bahkan tidak bisa menjangkau pertahanan Roy sementara ia harus berkorban sebegitu kerasnya selama menjadi kekasih saudara tirimu sendiri. Dan sekarang kau mengharapkan ingin menikahinya setelah bercerai denganku?" Nancy tertawa dengan lantang.

"Bermimpilah terlebih dahulu. Aku tidak akan pernah menyetujui perceraian ini. Kenapa aku harus bersusah payah dalam hidupku yang saat ini begitu bisa aku nikmati? Dia akan tetap menjadi wanita simpananmu. Aku tetap menjadi istri sahmu. Tetaplah menjadi suami yang ideal didepan banyak orang , suami yang begitu mencintai istrinya dan juga sangat gila bekerja. Aku tidak akan memperdulikan apa yang kau lakukan dibelakangku. Aku akan menutup mata dan telingaku seperti yang aku lakukan selama ini. Berpura-pura bodoh dan naif benar-benar membuat hatiku sangat puas , melihat orang-orang munafik sepertimu dan ibumu yang merasa sudah mengetahui dan bisa memegang kendali akan segala sesuatunya." Lanjut Nancy lalu berdiri dari duduknya dan menghampiri Rey yang terpaku akan pernyataan yang baru saja ia ungkapkan.

"Kau.. Benar-benar mengerikan. Apa semua keluargamu sepertimu dan Roy?" Tanya Rey yang bahkan tidak bisa mengedipkan matanya didepan sosok Nancy yang terlihat baru dihadapannya , bukan Nancy yang polos dan juga naif seperti yang ia kenal selama ini.

"Mungkin ini sifat turun temurun dari keluargaku. Kau nikmati saja dan lanjutkan apa yang ingin kau lakukan kecuali bercerai denganku apalagi menikahi wanita itu." Jawab Nancy sambil membenahi kerah pakaian Rey dengan lembut sambil tersenyum.
"Beristirahatlah , kau nampak lelah. Selamat malam."

Saat Nancy hendak meninggalkan kamar Rey , Rey berbalik menarik tangan Nancy yang membuat Nancy harus berhadapan lagi dengannya.

"Apa kau bahagia hidup seperti ini? Kau juga pasti ingin hidup bersama dengan orang yang kau cintai. Kita hentikan saja sandiwara pernikahan ini." Pinta Rey dengan tatapan memohon kepada Nancy. Nancy memandang mata Rey satu per satu dan menyentuh pipi Rey dengan lembut.

"Aku .. Sudah hidup bersama dengan orang yang aku cintai. Dan aku tidak bahagia." Jawab Nancy dengan lembut.
"Maka kau juga tidak boleh bahagia , Sayang." Lanjut Nancy kemudian menarik tangannya dari Rey dan meninggalkan kamar Rey.

Rey bahkan tidak memahami apa maksud Nancy. Nancy yang baru saja ia saksikan benar-benar berbeda dengan Nancy yang nikahi selama ini. Tapi mengapa Nancy baru mengeluarkan sisi asli dari dirinya setelah sekian lama dan ketika Rey begitu yakin akan rencananya untuk menceraikan Nancy dan menikah dengan Katarina.
---------------------------------------

Hari ini genap tiga bulan semenjak dirinya menemui Sheila , namun hingga saat ini Sheila masih tidak memberikan kabar apapun kepada Roy. Dan besok sudah memasuki proses pembuatan film yang menggunakan novel yang Sheila ciptakan. Roy yang awalnya memiliki harapan besar kepada Sheila kini berangsur menjadi putus asa. Mungkin memang Sheila memutuskan untuk tidak kembali lagi padanya. Seharusnya saat menemui Sheila dirinya membawa serta Sheila untuk kembali bersama dirinya, tapi jika ia melakukan hal itu tentunya Sheila tidak akan mempercayai jika dirinya kini sudah berbeda dengan yang dulu.

Sheila hanya membalas email yang dikirimkan anak cabang rumah produksinya saja tentang pemeran-pemeran dalam film itu. Dan Teddy yang menjadi pemeran utama di film itu. Sheila sendiri yang memilih Teddy untuk menjadi pemeran utamanya. Roy harus menghargai pilihan Sheila apapun alasannya. Roy hanya berusaha menjadi seseorang yang bisa dipercaya oleh Sheila. Sheila sudah pernah meninggalkannya karena ia meragukan kesetiaan Sheila selama ini kepadanya hanya karena ego yang ia miliki.

Teddy bahkan sudah berada di tanah air berselang tiga hari setelah kepulangan Roy. Sheila hingga saat ini bahkan masih menetap disana dan Roy tidak tahu apakah Sheila akan memutuskan untuk datang kembali padanya atau tidak. Begitu putus asanya Roy sampai ia berharap jika memang Sheila tidak ingin kembali kepadanya , setidaknya Sheila berada di dekatnya walau hanya sebatas rekan kerja saja.

Setiap kali Roy pulang kerumahnya hal itu menjadi siksaan tersendiri untuknya. Begitu sepi , begitu dingin tanpa Sheila disampingnya. Roy mendekor ulang rumahnya sama ketika Sheila yang menata rumahnya lengkap dengan foto-foto pernikahannya dengan Sheila. Roy sudah membongkar barang-barang yang Sheila letakkan di gudang dan meletakkannya keposisi semula. Dirinya hanya berharap jika mendekorasi ulang seperti yang ditata oleh Sheila akan membuat dirinya tidak merasakan kesepian dan juga hampa , namun pada kenyataannya hal ini malah membuat dirinya merindukan Sheila. Roy juga jarang pulang kerumahnya sendiri karena takut dirinya akan semakin merindukan Sheila yang bahkan tidak ingin kembali kepadanya lagi.

Seperti malam sebelumnya , Roy hanya pulang ketika ingin berganti pakaian dan langsung pergi menuju ke sebuah bar. Dan betapa terkejutnya Roy ketika melihat Teddy juga sedang berada disana dengan Billy.

"Suasana hatiku sedang tidak bagus kenapa aku harus bertemu dengan dia malam ini?" Tanya Roy dalam hati sambil duduk di meja bar yang sudah menjadi tempat duduk rutinnya selama ini.

Teddy melihat kehadiran Roy yang mengacuhkannya walaupun mengetahui keberadaannya.

"Bukannya itu si bos iblis?" Tanya Billy kepada Teddy yang sedang meletakkan gelas minumannya.

"Hmm." Jawab Teddy hanya dengan gumaman saja.

"Apa dia jadi bercerai dengan Sheila? Kenapa kita memilih saat yang tidak tepat dan tempat yang tidak tepat pula?" Gumam Billy dengan gusar.

"Aku akan berbicara dengannya. Kau tunggu disini." Kata Teddy kepada Billy dan langsung berdiri dari duduknya.

"Tunggu dulu. Kau ingin membicarakan apa dengannya?" Tanya Billy yang ikut berdiri untuk menghalangi Teddy.

"Kau tenang saja. Aku tidak akan berbuat keonaran. Aku tahu sebentar lagi akan ada syuting layar lebar lagi." Kata Teddy sambil menekan pundak Billy agar Billy kembali duduk di posisinya kembali.

Setelah Billy kembali duduk dengan tidak tenang , Teddy berjalan menghampiri meja bar disebelah Roy.

"Suasana hatimu sedang tidak baik?" Tanya Teddy sambil menjentikkan jarinya kepada bartender.
"Aku memesan yang sama dengan dia." Kata Teddy kepada bartender itu.

"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu." Jawab Roy dengan acuh sambil menegak minumannya.

"Aku tidak sedang ingin berdebat denganmu. Hariku lebih buruk daripada dirimu." Balas Teddy dengan sinis.
"Apa Ciya tidak menghubungimu?" Tanya Teddy yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Roy.

"Apa kau sedang tidak ada kesibukan lain?" Balas Roy dengan dingin .

"Kau ... Apa kau tahu aku membencimu?" Kata Teddy dengan blak-blakan.

"Aneh jika aku tidak mengetahui hal itu. Bahkan semua orang juga mengetahuinya." Senyuman sinis seketika tercipta di wajah Roy.
"Apa kau sedang ingin menertawaiku saat ini? Karena Ella tidak kembali padaku?"

"Ciya ..." Teddy menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya ketika minuman yang ia pesan diletakkan di hadapannya.
"Dia menolakku berkali-kali." Lanjut Teddy pada akhirnya lalu ia meneguk minumannya. Minuman itu terasa panas mengalir di tenggorokkan Teddy . Rasanya sepadan dengan apa yang ia rasakan saat ini.

"Aku bahkan tidak tahu apa yang Ciya lihat dari dirimu? Aku yang selalu bersamanya selama ini , aku yang paling mengerti dirinya. Aku juga yang pertama mencintainya jauh sebelum kau hadir. Ciya bahkan tidak pernah memikirkan materi ataupun ketenaran. Dia hanya memikirkan orang-orang yang ada disekitarnya tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Dia ... Tidak akan mengetahui jika dirinya terluka tapi dia selalu mengetahui jika orang yang ia sayangi terluka. Apa kau tahu apa yang aku sukai dari dirinya?" Teddy menatap Roy yang mendengarkan apa yang ia katakan.
"Ciya selalu menjadi orang pertama yang tersenyum dan menerima apapun yang sudah aku lakukan untuknya. Dia juga tidak pernah meninggalkan orang yang ia sayangi seperti apapun orang itu."

"Dan dia meninggalkanku." Jawab Roy dalam hati. Roy menjentikkan jarinya kepada bartender.

"Isi lagi gelasku." Kata Roy yang akhirnya bisa mengalihkan pandangannya dari Teddy.

"Punyaku juga." Teddy ikut memesan setelah Roy mengatakan pesanannya kepada bartender.

"Kesalahanku karena aku melepaskannya terlebih dahulu. Aku berharap dengan adanya dirinya berpisah darimu , aku akan bisa mendapatkan kembali hatinya. Aku tidak ingin merebutnya dari siapapun , aku hanya ingin dia kembali padaku karena dia mencintaiku lagi." Kata Teddy kali ini dengan wajah kecewa.

"Dia memberikan peran utama untuk film dari novelnya untukmu." Balas Roy dengan kesal.

"Aku yang meminta hal itu darinya. Itu .. permintaan terakhirku setelah dia benar-benar tidak mengijinkanku memiliki harapan untuk hatinya walau hanya sedikit." Jawab Teddy sambil menenggak minumannya lagi.

Roy terkejut mendengar pernyataan Teddy. Sheila menolak Teddy dan peran yang diberikan Sheila untuk Teddy bukan karena Sheila masih memiliki perasaan kepada Teddy melainkan sebuah pengabulan permintaan Teddy karena perasaan yang tidak terbalas.

"Dia dan aku... Kami hanya berteman. Ciya hanya menganggapku sebagai teman baiknya selama ia berpisah denganmu." Kata Teddy dengan enggan.
"Aku tidak percaya aku mengatakan hal ini padamu. Padahal kau adalah sainganku." Teddy menertawai dirinya sendiri yang mengatakan hal ini kepada Roy.

"Mengapa kau mengatakan hal ini kepadaku? Kita bahkan bukan teman dekat dan kau membenciku. Aku juga tidak menyukaimu." Tanya Roy kemudian menenggak minuman miliknya.

"Karena kau berada disini." Jawab Teddy dengan cepat.
"Aku tidak benar-benar melepaskan Ciya dari hidupku. Jika kau menyakitinya dan melepaskannya lagi , aku akan dengan cepat meraihnya lagi dengan cepat. Kenapa kau berada disini sementara Ciya dirumahmu dan menunggumu pulang? Apa kau benar-benar melepaskan Ciya lagi?" Tanya Teddy sambil tersenyum kepada Roy.

Roy berusaha mencerna apa yang dikatan Teddy dan seketika turun dari kursinya dan berlari keluar dari bar. Bartender yang berjaga hendak memanggil Roy namun di cegah oleh Teddy.

"Berikan tagihan minumannya kepadaku. Dan berikan aku minuman lagi." Kata Teddy kepada bartender.

"Betapa bodohnya aku. Aku juga merasa bahagia untuk hal yang menyakitkan bagiku." Gumam Teddy pada dirinya sendiri sambil tersenyum masam.

----------------------------------------------

Roy tidak ingat berapa kecepatan yang ia gunakan untuk mengendarai kendaraannya menuju kerumahnya. Yang ada dalam pikiran Roy adalah ia segera sampai kerumahnya dan menemukan Sheila berada disana , walaupun Roy tidak begitu yakin Teddy mengatakan yang sebenarnya atau tidak kepada dirinya perihal Sheila yang sudah pulang kerumahnya. Roy hanya berharap hal itu benar adanya.

Sesampainya dirumah , Roy langsung berlari kearah areanya , menaiki tangga bahkan dengan cepat. Roy membuka pintu kacanya dengan kasar , matanya menjelajahi seisi ruangan , tidak ada barang Sheila yang ada disana.

"Ella?" Panggil Roy namun tidak ada jawaban.

Roy membuka kamar tidurnya. Disana juga tidak ada koper Sheila dan juga tidak ada Sheila. Roy membuka lemari pakaiannya dan tertawa.

"Apa aku sedang dibodohi oleh lelaki itu? Sebegitu putus asanya kah aku ?" Tanya Roy pada dirinya sendiri sambil duduk di tepi tempat tidur.

Roy merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menutup mata dengan lengannya. Sheila benar-benar tidak kembali padanya. Rumahnya begitu sepi dan hening.
Tidak.
Roy bisa mendengar percikan air . Suara itu membuat Roy bangkit dari tidurnya dan berlari menuruni tangga hingga dirinya hampir terjatuh dari tangga. Roy berlari kearah taman belakang rumahnya. Suara percikan air itu dari kolam renang miliknya.

Disana ada Sheila yang sedang berenang tepat ke tepian kolam. Sheila ada disana. Dia nyata. Kembali padanya , berada dirumahnya. Sheila mengusap wajahnya dari air yang mengalir dan melihat kearah Roy yang masih berdiri diambang pintu kaca taman belakang.

"Kenapa kau baru pulang? Apa kau sedang kerja lembur?" Tanya Sheila sambil tersenyum dan menopang dagunya di tangannya yang berada dikeramik tepi kolam.

Roy tidak menjawab pertanyaan Sheila. Tubuhnya bergerak begitu saja kearah kolam dan langsung turun kekolam renang , memeluk tubuh Sheila di air dalam kolam renang miliknya.

"Kau sudah pulang. Kau kembali kepadaku." Kata Roy begitu lega Sheila kembali padanya.

"Tentu saja aku pulang. Aku sudah merindukanmu. Apa kau tidak merindukanku?" Tanya Sheila sambil membalas pelukan Roy.

"Apa kau tidak melihat aku sudah akan mati karena merindukanmu. Aku bahkan begitu putus asa memikirkan kau tidak akan kembali kepadaku." Jawab Roy lalu melepaskan pelukannya dari Sheila.
"Kenapa kau tidak menghubungiku sama sekali? Kenapa begitu lama kau baru datang kembali?" Tanya Roy sambil menatap Sheila penuh kerinduan.

"Aku sedang jual mahal." Jawab Sheila sambil mengerutkan pangkal hidungnya.

"Aku akan membelinya. Aku sudah pernah mengatakannya padamu , jangan pernah berenang tanpa aku disamppingmu." Balas Roy lalu mencium Sheila , melepaskan segala rindunya dan juga kekhawatirannya selama ini. Sheila membalas ciuman Roy dengan lembut. Kemudian Sheila menyadari hal yang janggal dari Roy dan mendorong Roy menjauh darinya sedikit.

"Tunggu sebentar." Kata Sheila lalu melihat Roy masih mengenakan pakaiannya dengan lengkap.
"Kau terjun kekolam renang dengan pakaian lengkapmu?" Tanya Sheila sambil tertawa kecil.

"Persetan dengan pakaianku." Balas Roy sambil tersenyum lalu mencium Sheila lagi , kali ini ciumannya begitu panas dan dalam , Sheila mengalungkan tangannya di leher Roy . Menyisirkan jemarinya di rambut Roy yang basah dan hangat. Tenggelam di air kolam yang tidak bisa mendinginkan hasrat diantara keduanya.
------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience