Bab 25: Cahaya dan Kegelapan

Fantasy Completed 268

Kegelapan memenuhi ruangan ketika tangan Kaelan dan Lyra menyentuh permukaan buku tua tersebut. Sebuah arus energi besar menyelubungi mereka berdua, memadukan cahaya keemasan Lyra dan bayangan hitam pekat yang berasal dari dalam diri Kaelan. Aliran energi itu terasa hidup, berputar-putar di sekitar mereka, menekan dinding ruangan hingga retak.

Di tengah kekacauan itu, Lyra dan Kaelan saling menatap, mata mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa diucapkan. Kaelan merasakan kekuatan Lyra mengalir melalui dirinya—hangat, menenangkan, namun sekaligus penuh dengan kekuatan yang tak bisa ia jelaskan. Sementara itu, Lyra merasakan sesuatu yang baru dari Kaelan, kekuatan kegelapan yang selama ini Kaelan pendam mulai menyatu dengan energinya sendiri.

Namun, semakin lama mereka terhubung dengan kekuatan yang ada di dalam buku tersebut, semakin berat beban yang mereka rasakan.

“Kaelan,” Lyra berbisik, suaranya hampir tak terdengar di tengah gemuruh energi yang melingkupi mereka. “Kita harus berhati-hati. Kekuatan ini tidak seperti yang aku bayangkan... ini lebih besar... dan berbahaya.”

Kaelan menggenggam tangan Lyra lebih erat, merasakan kekhawatiran yang mulai tumbuh dalam dirinya. “Aku takkan membiarkan apapun terjadi padamu.”

Tetapi meskipun kata-kata Kaelan penuh keyakinan, Lyra tahu bahwa kutukan ini tidak bisa dipecahkan tanpa pengorbanan. Energi dari buku itu mulai merasuk ke dalam tubuh mereka, merobek batas antara cahaya dan kegelapan, menggabungkannya menjadi satu. Ruangan mulai bergetar hebat, lantai di bawah mereka berderak, seakan-akan akan runtuh.

Di tengah kekacauan itu, sebuah suara—suara yang lebih dalam dan menggetarkan dari sebelumnya—bergema di kepala mereka. Suara itu berasal dari makhluk bayangan yang sebelumnya mengungkapkan rahasia keluarga Lyra.

“Inilah yang kutakutkan,” kata suara itu dengan penuh kehancuran. “Kalian sedang bermain dengan kekuatan yang terlalu besar untuk dikendalikan oleh manusia. Kekuatan ini telah menghancurkan kerajaan sebelumnya, dan sekarang... ia akan menghancurkan kalian.”

Lyra menoleh ke arah makhluk itu, matanya yang biasanya dipenuhi cahaya aura kini mulai meredup. “Lalu bagaimana kita bisa menghentikannya?”

Makhluk itu mendekat, tubuhnya yang kelam bergoyang seiring dengan aliran energi yang tak terkendali. “Kalian harus memilih. Salah satu dari kalian harus berkorban. Hanya dengan mengorbankan satu jiwa, kutukan ini bisa dihentikan.”

Kata-kata itu terasa seperti pisau yang menusuk hati Kaelan. Dia melihat Lyra, yang masih berusaha menahan arus energi yang semakin kuat di sekeliling mereka. Tubuh Lyra tampak semakin lemah, dan Kaelan tahu apa yang akan Lyra lakukan.

“Tidak!” Kaelan memekik, suaranya pecah oleh kepanikan. “Kita tidak harus melakukan ini. Ada cara lain, aku yakin!”

Lyra menggeleng pelan, senyumnya pahit namun penuh ketenangan. “Kaelan... ini satu-satunya cara. Jika salah satu dari kita tidak berkorban, kutukan ini akan terus menghantui kita... dan dunia ini.”

Kaelan merasa seolah-olah waktu berhenti. Tangannya menggenggam tangan Lyra dengan lebih erat, seakan berharap bisa menahan momen ini lebih lama. “Aku tidak bisa kehilangankan kau, Lyra. Bukan seperti ini.”

Lyra menatapnya dengan penuh kasih sayang, namun di balik matanya yang lembut, ada kepastian. “Kau tidak akan kehilangan aku, Kaelan. Aku akan selalu ada bersamamu... bahkan jika aku pergi.”

Kaelan menggelengkan kepalanya dengan marah, air mata mulai mengalir di pipinya. “Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan ini. Jika ada yang harus berkorban, biar aku saja. Kau berhak hidup.”

Lyra tersenyum, menundukkan kepalanya sejenak sebelum menatapnya dengan mata yang bersinar kembali. “Kaelan... kau adalah harapan. Kau adalah pangeran yang bisa membawa kedamaian bagi dunia ini. Kegelapanmu bukan kutukan, itu adalah kekuatanmu. Hiduplah... untuk melanjutkan takdirmu.”

Dengan kekuatan terakhirnya, Lyra melepaskan tangan Kaelan dan mengangkat buku tua itu di atas kepalanya. Cahaya dari buku itu mulai memancar semakin terang, membutakan, dan dalam sekejap, tubuh Lyra diselimuti oleh cahaya keemasan yang menembus seluruh ruangan.

“Aku akan menuntunmu... di sisi lain, Kaelan.” Suara Lyra lembut, seperti bisikan angin yang perlahan memudar.

Kaelan hanya bisa menatap dalam kebisuan saat Lyra, dalam cahaya yang menyilaukan, menghilang perlahan-lahan. Tangannya berusaha meraih, namun hanya angin yang menyambutnya. Hatinya hancur, tetapi di dalam kehancuran itu, ia merasakan sesuatu yang baru—sebuah kekuatan yang mengalir dari dalam dirinya, kekuatan yang berasal dari pengorbanan Lyra.

Ruangan tiba-tiba tenang. Kegelapan dan cahaya lenyap, meninggalkan Kaelan sendirian di tengah altar, dengan buku tua yang kini tertutup rapat.

Kaelan berlutut, tangannya masih merasakan hangatnya sentuhan terakhir Lyra. Air mata jatuh di pipinya, namun di balik kesedihan itu, ada satu hal yang ia tahu pasti: pengorbanan Lyra telah membebaskan mereka dari kutukan.

Dan kini, ia harus melanjutkan takdirnya—tanpa gadis yang ia cintai di sisinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience