Bab 7: Kuil Rahasia

Fantasy Completed 268

"Kita sudah dekat," bisik Lyra sambil menatap reruntuhan itu dengan waspada. "Inilah tempat yang disebutkan dalam naskah kuno. Cermin Jiwa disembunyikan di dalam kuil ini."

Mereka bergerak perlahan menuju pintu masuk kuil, namun suasana di sekitarnya tidak wajar. Udara begitu tebal dengan sihir kuno, dan bayangan aneh seolah mengintai dari sudut mata mereka. Ser Valaine, yang berjalan di depan, tiba-tiba berhenti, mengangkat tangan sebagai isyarat. "Ada sesuatu yang tidak beres," katanya dengan suara rendah.

Sebelum mereka sempat bereaksi, tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar. Dari dalam reruntuhan, muncul makhluk raksasa berbentuk batu dan debu, dengan mata yang menyala merah. Makhluk itu berdiri tinggi di hadapan mereka, suaranya menggelegar di udara. "Tidak ada yang bisa melewati gerbang ini tanpa menghadapi ujian," makhluk itu menggeram.

Kaelan maju, menggenggam pedangnya erat. "Apa ujian itu?"

Makhluk itu menyeringai, suaranya bergema. "Ujian keberanian jiwa. Kau harus menghadapi ketakutan terdalammu, atau kau akan hancur di bawah kekuatanku."

Ser Valaine dan pasukannya siap bertarung, namun Lyra mengangkat tangannya, menghentikan mereka. "Ini adalah ujian untuk Kaelan, bukan untuk kita. Dia harus melaluinya sendiri."

Kaelan melangkah maju, hatinya penuh tekad. "Aku sudah cukup lama hidup dalam ketakutan. Jika inilah ujian yang harus kuhadapi untuk mematahkan kutukan ini, aku siap."

Makhluk batu itu menggeram puas, dan dengan sekali ayunan, ia membelah tanah di sekeliling mereka. Kaelan terjatuh ke dalam lubang yang gelap, terpisah dari pasukan dan Lyra. Ketika dia jatuh, dia merasakan dingin menyelimutinya, dan tiba-tiba dunia di sekitarnya berubah.

Dia tidak lagi berada di kuil itu. Dia berdiri di depan istana, namun semuanya tampak rusak dan terbakar. Di sana, di tengah reruntuhan, berdiri sosok yang sangat dia kenali—Ratu Elara, ibunya.

"Ibu?" Kaelan memanggil, namun sosok itu tidak menjawab. Dia hanya berdiri, diam dan tak bergerak. Kemudian, dia melihat di sekelilingnya... mayat-mayat prajurit, rakyat istana, semua hancur. Tangannya bergetar, dan ketika dia melihat lebih dekat, dia menyadari bahwa setiap sosok yang mati di sekelilingnya terhancur oleh tangannya sendiri.

"Kau menghancurkan semuanya," suara yang familiar bergema dari kegelapan. Dari balik reruntuhan, muncul bayangan dirinya sendiri, Kaelan yang terkutuk, dengan mata yang bersinar gelap. "Kau adalah perusak, Kaelan. Tak ada yang bisa kau selamatkan. Ini adalah takdirmu."

Kaelan terhuyung, mencoba menjauh dari bayangan dirinya yang menyeramkan. "Tidak! Ini bukan aku. Aku tidak akan menghancurkan orang-orang yang aku cintai!"

"Tapi kau sudah melakukannya, berkali-kali. Setiap kali kau menyentuh sesuatu, mereka hancur. Ibumu, ayahmu, kerajaanmu. Semua hancur karena keberadaanmu."

Kaelan ingin berteriak, namun kata-kata bayangan itu menghantamnya seperti tombak yang tajam. Selama ini, kutukan itu telah membuatnya percaya bahwa dirinya adalah sumber kehancuran. Tapi di dalam hatinya, dia tahu ada sesuatu yang lebih kuat daripada kutukan ini. Sesuatu yang dia miliki—keberanian untuk melawan takdirnya.

Dengan segenap kekuatan yang dia temukan dalam dirinya, Kaelan menatap bayangan itu dengan tekad. "Kau bukan aku. Kau hanyalah cerminan dari ketakutan terdalammu. Aku tidak akan menyerah pada kutukan ini."

Bayangan itu tertawa mengejek. "Lalu, apa yang akan kau lakukan? Kau tidak bisa mengubah takdirmu."

Kaelan menghunus pedangnya, suaranya tegas. "Takdirku adalah apa yang aku tentukan sendiri. Aku akan mematahkan kutukan ini, bukan karena aku kuat, tetapi karena aku memilih untuk melawan."

Saat dia mengayunkan pedangnya ke arah bayangan itu, dunia di sekelilingnya mulai runtuh, dan dia mendapati dirinya kembali di kuil. Makhluk batu itu menghilang, seolah-olah ujian itu telah selesai.

Kaelan terhuyung ke depan, tubuhnya lemah tetapi hatinya dipenuhi kekuatan baru. Lyra berlari mendekatinya. "Kau berhasil?"

Kaelan mengangguk, matanya bersinar dengan tekad baru. "Aku akan mematahkan kutukan ini. Apa pun yang terjadi."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience