Kaelan berlutut di tengah altar, merasakan kehangatan yang hilang perlahan-lahan, tetapi di dalam hatinya, api semangat untuk melanjutkan perjuangan Lyra masih menyala. Dia tahu dia harus bergerak, tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk semua orang yang pernah terpengaruh oleh kutukan tersebut.
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Kaelan mengangkat wajahnya, menyeka air mata yang membasahi pipinya. Dalam hatinya, dia berjanji akan melanjutkan perjuangan mereka—perjuangan yang kini menjadi miliknya.
Kaelan berdiri dan melangkah ke arah pintu keluar. Dia tahu dia harus menemukan cara untuk mengubah semua ini, untuk membebaskan kerajaan dari bayang-bayang kegelapan yang masih mengancam. Saat keluar dari ruangan, dia merasakan perubahan dalam dirinya. Kekuatan Lyra seakan mengalir di dalamnya, memberinya kepercayaan diri yang tidak pernah dia miliki sebelumnya.
Sesampainya di luar istana, dia melihat cahaya pagi yang menyinari pegunungan di kejauhan. Dengan tekad baru, Kaelan memutuskan untuk mencari makhluk yang pernah mengungkapkan kebenaran tentang kutukan mereka. Mungkin, makhluk itu masih ada di luar sana, menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
---
Beberapa hari kemudian, Kaelan menjelajahi hutan lebat yang melingkupi istana. Di dalam kegelapan hutan, suara-suara alam terasa lebih hidup, seakan mengingatkan bahwa kehidupan terus berjalan meski dalam kesedihan. Dia mencari-cari, berharap menemukan makhluk bayangan itu di tempat yang sama di mana mereka pertama kali bertemu.
Akhirnya, setelah berhari-hari mencari, dia menemukan tempat itu—sebuah lembah yang dikelilingi pohon-pohon tinggi. Di tengah lembah, dia melihat bayangan gelap yang melayang-layang. Makhluk itu, kini terlihat lebih nyata, menunggu di sana dengan tatapan penuh harapan.
“Kaelan,” makhluk itu menyapa, suaranya penuh kelegaan. “Kau berhasil datang kembali.”
“Aku perlu tahu,” Kaelan berkata tegas, “bagaimana aku bisa menghentikan kegelapan ini selamanya?”
Makhluk itu mengangguk, mata merahnya bersinar dalam cahaya yang memancar dari langit. “Kegelapan tidak bisa dihapus begitu saja. Ia harus dihadapi dan dipahami. Tetapi ada satu cara lagi untuk memperkuat cahaya yang kau bawa—mengumpulkan semua keturunan cahaya di seluruh kerajaan.”
“Keturunan cahaya?” tanya Kaelan bingung.
“Ya, mereka yang memiliki darah putri dan pangeran cahaya. Mereka tersebar di seluruh kerajaan, dan hanya dengan mengumpulkan mereka, kalian bisa menguatkan cahaya yang bisa mengalahkan kegelapan selamanya.”
Kaelan merasakan ketegangan yang baru, tetapi harapan pun mulai tumbuh. “Aku akan mencari mereka. Tapi bagaimana jika kegelapan mendatangi mereka sebelum aku tiba?”
“Kau tidak sendirian.” Makhluk itu mengulurkan tangan, bayangannya mulai membentuk sosok yang lebih jelas. “Aku akan membantumu, dan kau harus bersatu dengan mereka yang percaya akan cahaya.”
---
Setelah pertemuan itu, Kaelan memulai perjalanan baru, berkeliling kerajaan untuk mencari keturunan cahaya. Dalam setiap desa dan kota, dia mendengarkan kisah-kisah, menelusuri jejak mereka. Di setiap langkah, dia merasakan kehadiran Lyra, dorongan untuk terus melangkah.
Dia mengumpulkan sekelompok kecil pahlawan yang memiliki kekuatan cahaya, masing-masing dengan kemampuan unik—ada yang dapat menyembuhkan, ada yang dapat memanipulasi elemen, dan ada yang dapat membaca pikiran. Bersama-sama, mereka membentuk satu tujuan: mengalahkan kegelapan yang telah menghantui kerajaan mereka.
Kaelan menjadi pemimpin yang diharapkan, merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat. Dalam setiap pertemuan, dia menceritakan kisah pengorbanan Lyra, mengingatkan semua orang akan pentingnya kebersamaan dan cinta.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan mencari, mereka mengumpulkan cukup banyak keturunan cahaya. Dengan semangat yang membara, mereka berkumpul di tempat yang sama di mana Kaelan pertama kali menghadap makhluk itu, siap menghadapi tantangan terbesar dalam hidup mereka.
---
Dengan kekuatan baru yang diperoleh dari persatuan mereka, Kaelan dan pasukannya bersiap untuk menghadapi kegelapan yang telah mengancam kerajaan. Dalam hati, Kaelan merasa bahwa dia akan melakukan apa saja untuk menghormati ingatan Lyra—bahkan jika itu berarti menghadapi kegelapan yang paling dalam sekalipun.
Saat mereka bersiap untuk bertempur, cahaya dari hati mereka bersinar lebih terang, memancarkan harapan dan cinta. Mereka tahu bahwa dengan bersatu, mereka bisa mengubah nasib kerajaan dan mengakhiri kutukan selamanya.
Share this novel