Suara gema kuno itu terus menggema di antara reruntuhan, semakin keras dan dalam. Patung besar yang kini bersinar tampak hidup seolah-olah siap untuk bergerak kapan saja. Kaelan mencengkeram pedangnya lebih erat, namun tetap memandang Lyra untuk isyarat atau petunjuk.
“Apa yang kau lihat, Lyra?” bisik Kaelan, suaranya tegang.
Lyra menajamkan tatapan pada patung itu, meskipun buta, aura yang terpancar dari benda tersebut sangat jelas baginya. "Cahaya ini… bukan dari dunia kita. Ini semacam penjaga, mungkin entitas yang sudah lama tertidur di sini, menunggu untuk dipanggil."
Sebelum Kaelan sempat bertanya lebih lanjut, patung itu bergerak. Dengan gemuruh yang dalam, tangan besar dari batu mulai terangkat, dan dari mulut patung itu keluar suara yang lebih jelas.
“Siapa di antara kalian yang memegang kunci?” Suara itu menggelegar, seakan bertanya kepada mereka berdua. "Kunci untuk membangkitkan… atau menghancurkan kutukanmu, wahai yang terkutuk."
Kaelan merasakan bulu romanya berdiri. Kunci? Apa yang dimaksud dengan kunci? Dia menatap Lyra, berharap gadis itu dapat memberikan jawaban. Namun, mata Lyra tetap tertutup, seolah-olah dia sedang berusaha mendalami makna dari kata-kata suara kuno itu.
"Aku tidak tahu tentang kunci," jawab Kaelan, suaranya sedikit bergetar. "Aku hanya ingin menghentikan kutukan ini. Siapa pun kau, jika kau tahu caranya, katakan padaku."
Terdengar tawa kecil dari patung itu, suara yang dingin dan menakutkan. "Kunci itu bukanlah sesuatu yang kau sadari, Kaelan… kunci itu sudah ada di tanganmu sejak awal. Namun, hanya seseorang dengan mata yang bisa melihat melalui kegelapan yang bisa membantumu menemukannya."
Kaelan segera menoleh ke Lyra. "Kau…?"
Lyra menghela napas pelan, matanya masih berkilauan dengan warna putih dan kuning keemasan. "Aku tidak tahu, Kaelan. Tapi mungkin… ada sesuatu yang lebih dalam tentang kutukanmu yang belum kita pahami."
Patung itu kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih keras, seolah-olah tidak sabar. "Jawaban itu ada di masa lalu. Bukan hanya masa lalumu, tetapi masa lalu keturunanmu. Apa yang mereka sembunyikan darimu adalah kunci untuk mengakhiri penderitaan ini."
Kaelan merasakan denyutan di kepalanya. Masa lalu keturunannya? Ayahnya, Raja Theron, dan Ratu Elara—apakah mereka tahu sesuatu tentang kutukan ini yang selama ini disembunyikan dari dirinya?
"Apakah orang tuaku terlibat?" Kaelan bertanya dengan suara penuh ketegangan.
"Semua jawabannya ada di dalam dirimu dan keturunanmu," balas patung itu tanpa memberi penjelasan lebih lanjut. "Jika kau ingin mengakhiri kutukanmu, kau harus mencari kebenaran dari sejarah keluargamu."
Kaelan terdiam, pikirannya berputar-putar dengan berbagai pertanyaan. Bagaimana mungkin keluarganya terlibat? Selama ini dia percaya bahwa kutukan ini adalah akibat dari sesuatu yang lebih tua dan kuno, bukan sesuatu yang berkaitan langsung dengan darahnya.
Lyra mendekati Kaelan, merasakan ketegangan yang memancar dari tubuhnya. "Kau harus mencari tahu lebih banyak tentang keluargamu, Kaelan. Mungkin ada sesuatu yang disembunyikan dari generasi ke generasi."
Kaelan menundukkan kepala, matanya dipenuhi dengan kebingungan. "Tapi di mana kita bisa memulai? Aku tidak tahu apa-apa tentang masa lalu keluarga yang kau maksud."
Patung itu kembali bersinar terang, dan kali ini, cahaya hijau dari matanya mengarah ke tanah di depan mereka, menciptakan peta di tanah dengan detail yang sangat jelas. Kaelan dan Lyra menatap peta itu, dan Kaelan segera mengenali lokasi yang ditunjukkan.
“Itu istana keluargaku,” bisik Kaelan. “Tetapi tempat yang ditunjuk… ada di bawah tanah.”
Lyra menatap peta itu dengan serius, meskipun dia tidak bisa melihat detailnya secara langsung. “Mungkin ada sesuatu yang tersembunyi di bawah istana yang tidak diketahui orang lain. Sesuatu yang berhubungan dengan kutukanmu.”
Kaelan mengangguk, menyadari bahwa perjalanan mereka berikutnya akan membawa mereka kembali ke istana. Ada kebenaran yang tersembunyi di bawah tanah, sesuatu yang mungkin telah disembunyikan oleh ayah dan ibunya selama ini. Rahasia masa lalu keluarga Kerajaan yang bisa menjadi kunci bagi kebebasannya.
“Kita harus kembali ke istana,” kata Kaelan akhirnya, suaranya penuh dengan tekad. "Apa pun yang mereka sembunyikan, aku harus menemukannya."
Patung itu kembali menjadi batu tanpa suara, dan reruntuhan kuil yang sebelumnya terasa hidup kini kembali sunyi. Namun, Kaelan tahu bahwa mereka baru saja mendapatkan petunjuk besar—rahasia keluarganya akan membawa mereka lebih dekat pada solusi kutukan yang selama ini menghantuinya.
Dengan langkah penuh keyakinan, Kaelan dan Lyra bersiap untuk kembali ke istana. Mereka tahu perjalanan ini akan membawa mereka pada lebih banyak rahasia, lebih banyak pertanyaan—namun mungkin, akhirnya juga akan membawa mereka pada jawaban yang telah lama mereka cari.
Share this novel