Bab 13: Sentuhan yang Tak Terduga

Fantasy Completed 268

Malam itu, setelah pertempuran panjang, Kaelan tidur dengan nyenyak untuk pertama kalinya dalam beberapa hari. Keletihan tubuh dan pikiran yang menumpuk akhirnya memberinya kedamaian sementara. Di sampingnya, pedang kesayangannya tergeletak, aman dalam genggamannya berkat sarung tangan khas yang telah menjadi pelindung baginya selama ini. Sarung tangan itu terbuat dari sutera emas yang dijahit secara ajaib untuk menahan kekuatannya yang mematikan. Ia tak pernah melepaskannya—bahkan saat tidur.

Namun, malam itu ada sesuatu yang berubah. Lyra, yang duduk di dekat perapian, menatap Kaelan dengan cermat. Dalam keheningan, aura lembut mulai bersinar di sekitar Kaelan, sesuatu yang belum pernah dilihat oleh Lyra sebelumnya. Cahaya itu tampak lembut, tetapi penuh kekuatan, seperti panggilan diam-diam dari jiwa yang terluka. Hati Lyra bergerak, dan tanpa disadarinya, dia mendekat ke arah Kaelan.

Matanya tertuju pada sarung tangan sutera emas di tangan Kaelan. Cahaya aura yang terpancar dari tubuh Kaelan semakin kuat di sekitar sarung tangan itu, seolah-olah meminta untuk dibebaskan. Dengan gerakan lembut namun yakin, Lyra meraih tangan Kaelan. Sesuatu dalam dirinya mendorongnya untuk bertindak, meskipun dia tahu betapa berbahayanya hal itu.

Dengan hati-hati, Lyra mulai membuka sarung tangan tersebut. Sutera emas itu terasa dingin saat disentuh, namun Lyra merasa ada kehangatan yang mengalir dari baliknya. Setelah sarung tangan terbuka sepenuhnya, Kaelan tersentak dari tidurnya.

Dia merasakan sesuatu yang aneh, telapak tangannya terasa hangat—sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dalam keterkejutannya, Kaelan langsung membuka matanya lebar-lebar, napasnya tercekat saat melihat Lyra sedang menyentuh tangannya yang terbuka.

"Lyra... apa yang kau lakukan?" suaranya bergetar, ketakutan dan kebingungan bercampur aduk.

Namun, lebih mengejutkan lagi adalah apa yang tidak terjadi. Sentuhan tangan Lyra tidak menyebabkan kehancuran. Tidak ada kilatan gelap yang biasanya muncul, tidak ada serpihan yang runtuh dari benda apa pun yang disentuhnya. Sebaliknya, telapak tangan Kaelan terasa hangat—bukan dari kekuatan mematikannya, tetapi dari sentuhan manusia untuk pertama kalinya.

Kaelan menatap Lyra dengan mata membulat, tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. “Bagaimana bisa... kau tidak terpengaruh?”

Lyra tersenyum lembut, matanya memancarkan kehangatan yang menenangkan. "Aku tidak tahu," jawabnya dengan suara yang tenang. "Tapi aku merasa bahwa kekuatanmu tidak ingin menyakiti. Ada sesuatu yang lebih besar di balik kekuatan itu, Kaelan."

Kaelan menarik tangannya perlahan, masih terkejut. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya dia bisa menyentuh seseorang tanpa rasa takut menghancurkan mereka. Perasaan hangat dari telapak tangan Lyra masih tertinggal di kulitnya, meninggalkan jejak emosi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Mungkin… kekuatan ini bisa lebih dari sekadar kutukan," gumamnya pelan, hampir tidak mempercayai kata-katanya sendiri.

Lyra menatapnya dengan penuh harapan. "Mungkin, Kaelan. Mungkin kekuatanmu bisa disembuhkan—atau dikendalikan. Apa yang terjadi tadi menunjukkan bahwa kutukan itu tidak sepenuhnya menguasaimu."

Kaelan hanya bisa terdiam, tenggelam dalam pikirannya yang berputar-putar. Seumur hidupnya, dia hidup dengan rasa takut akan kehancuran yang dibawa oleh kekuatannya. Namun kini, dengan satu sentuhan sederhana dari Lyra, seluruh dunia tampaknya berubah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience