LANGIT malam itu dipenuhi dengan bintang dan ditemani bulan terang membuat suasana tenang dan nyaman.
Ghaus berdiri di sebelah Tengku Haizard yang sedikit pun tidak menoleh padanya.
" Aku minta maaf sebab tak bincang benda ni dulu dengan kau sebelum buat keputusan."
" It's okay, you already made the decision, all the best."
" Aku tak tahu sama ada keputusan yang aku buat ni adalah yang terbaik untuk dia atau sebenarnya akan merosakkan masa depan dia." luah Ghaus kesal.
Ghaus mendongak kelangit, menghela nafas berat.
" Sumpah aku tak pernah rasa macam ni tapi sejak kita... Sejak kau selamatkan dia malam tu. Aku rasa aku perlu lindungi dia, aku perlu jaga dia dan aku nak dia sentiasa ada depan aku." jelas Ghaus.
" Aku setuju bila Ghan suruh mak aku jadikan dia adik angkat kami tapi aku tak boleh nak sayang dia sebagai seorang abang, hati aku... Hati aku nak sayang dan nak dia jadi milik aku."
" Aku tak kisah apa keputusan kau tapi kalau aku tak setuju aku boleh pisahkan korang berdua selamanya." kata Tengku Haizard bersahaja.
" Zard..." Tengku Haizard mengangkat tangannya supaya Ghaus tidak mencelah percakapannya.
" Aku tak setuju dengan apa yang kau baut tapi aku tak akan halang korang untuk berjumpa."
" Aku janji aku akan lepaskan dia bila ada lelaki yang betul-betul sayangkan dia macam aku sayangkan dia." janji Ghaus bersungguh.
" I don't want you to ruin her life. Our world is different from her or do you want to give up on 'us'?" tanya Tengku Haizard.
" Her safety is my priority. Aku tak akan gave up on 'us' walaupun aku harus mati. Give me a chance untuk buktikan yang aku boleh berubah." tegas Ghaus menepuk dadanya.
" I hold your promise." Ghaus mengeliat kesakitan, mengusap belakang badannya yang ditampar oleh Tengku Haizard.
" Jangan risau aku pegang janji aku dan sekarang aku dah ada dua nyawa yang di perlu jaga."
" Kau dan Maria?"
" Yelah takkan kau dan aku pula dan aku yakin kalau aku selamat orang sekeliling aku pasti selamat." katanya dengan penuh keyakinan.
" What about your mother?"
" Ghan ada untuk berkorban demi mak aku." Tengku Haizard ketawa berdekah.
Jika ucapan itu di dengari oleh Ghani pasti sahabat nya itu akan kecewa mempunyai kembar seperti Ghaus.
" Adik hang dengan Zard lagu mana? Tak baik lagi ka?" bisik Mak su pada Ghani yang rancak berborak dengan anak buah Tengku Mikhail.
" Mak jangan risau okay je tu, sekejap lagi dorang masuk lah tu. Hah tu pun dorang."
Mak su menarik nafas lega melihat anak sulungnya masuk dengan senyum lebar.
Tengku Haizard menjeling sekilas pada Aisy Amni yang sedang rancak berbual dengan anak buah ayahnya hingga kehadirannya diabaikan.
" Depa berdua tu berbaik dah ka? Awat muka Zard cemberut macam tu." tanya Mak su lagi, risau.
" Dah baik dah tu." balas Ghani melihat wajah Tengku Haizard sekilas.
" Nah makan ni mak nanti balik dah tak ada makanan tau." Ghani memenuhkan pingan maknya dengan makanan kerana Mak su hanya menjamah puding dari tadi.
" Excuse me sir I'm sorry for interrupting your meal but there are guests who want to meet you." maklum pelayan itu pada Tengku Mikhail.
Selesai saja membaca apa yang ditulis oleh si pengirim Tengku Mikhail meminta diri pada isterinya untuk ke tandas.
Tengku Haizard turut bangun mengikuti ayahnya dari belakang tanpa pengetahuan Tengku Mikhail.
" What are you doing here?" tanya Tengku Mikhail melabuh punggung di kerusi depan si pengirim surat itu.
" It's been a long time Tengku Mikhail and I'm very disappointed we have to meet like this."
" So what's the problem?"
" Of course it's the biggest problem you have to deal with if you don't take a good care of your people or do you really like to find enemies?"
Tengku Mikhail bermain dengan cincin nikah dijarinya, riak wajahnya masih sama seperti tiada apa-apa yang berlaku.
Terasa dirinya dicabar melihat reaksi Tengku Mikhail, dia dengan sengaja melepas gelas minuman ditangannya.
Prang.
" My bad. It slipped out of my hands."
Tengku Mikhail mengangguk faham sambil menatap mata lelaki itu.
" As your former business partner, I advise you to take good care of your son and tell him to stop interrupting other people's work. Not everyone will keep quiet if he keeps pushing the buttons."
" Why don't you talk to him?"
" How am I supposed to talk to him if it's hard for me to reach him."
" Previously, I just thought we weren't very suitable to work together but apparently now I know why because I really hate the reaction on your face." sambungnya lagi lepas menarik nafas panjang.
Egonya tercabar dengan perangai dua beranak itu.
" Thank you for your compliment, but I don't think that's the reason why we can't work together."
" What do you mean?"
" You know what I mean, Mr Donald. The real reason why we can't work together is because you're jealous of Mike."
" Don't mention his name. Ever!" marah Donald mencampak beberapa keping gambar.
Tengku Mikhail sambil membelek satu persatu gambar Tengku Haizard bersama dua orang gadis berbeza, satu disebuah cafe dan satu lagi dikolej.
Dia tersenyum sinis ? dan meletakkan semula gambar itu keatas meja.
" You should talk to him directly about this and stop wasting my time." kata Tengku Mikhail berpeluk tubuh.
Melihat Tengku Haizard melangkah masuk kedalam bilik itu tanpa masalah wajah Donald menjadi semakin tegang.
Dia melihat dua orang anak buahnya terbaring dilantai tidak sedarkan diri.
" Mr. Donald, I appreciate our past relationship but I hope we won't see each other again. Business between us will not go well even with the help of the Tyson family."
Tengku Mikhail membetulkan bajunya menatap wajah kemerahan Donald Tyson.
" This is the reason why we have never been on the same level." perli Donald pada Tengku Mikhail yang ingin melangkah keluar itu.
" Honestly Mr. Tyson, we've never been on the same level because I've always been above you and your half-siblings." balas Tengku Mikhail sinis.
Dia menoleh semula pada Donald yang sedang merenungnya dengan api kemarahan dan penuh kebencian itu.
" Maybe you should wait 100 years more to be on the same level as me." sambung Tengku Mikhail sebelum menutup pintu.
Tengku Haizard ketawa mendengar ucapan ayahnya itu.
Prang.
Berkecai gelas kaca mahal itu dibaling ke dinding.
Tawa Tengku Haizard semakin kuat bila dia mengesat darah pada pipinya yang terkena sepihan kaca pecah itu.
" I don't mind if you like to play rough." Tengku Haizard duduk dikerusi tempat ayahnya tadi tanpa dipelawa.
" One day both of you will get shot in the head with that attitude of yours." kata Donald setelah otaknya mula tenang.
" Teng, you are wrong, many people want to do business with us so much that they are willing to become our enemies and if you want you too can change that status."
" Become your business partner?"
" Hmm-hmm"
Donald ketawa senang dengan tawaran itu.
Seperti orang mengantuk disorongkan bantal.
'tak dapat singa dapat anak singa pun jadilah' fikirnya.
To be continued...
Share this novel