Chapter 16

Action Completed 4911

Seminggu Sebelumnya. (Pertemuan)

" You have one voice mail from 'Papa', would you like to hear it?." maklum siri.

Tengku Haizard pandang Ghaus dan Ghani yang turut sama memandangnya, kali pertama mereka mendapat Voice mail dari Tengku Mikhail selepas 5 bulan.

" Yes." kata Tengku Haizard pada siri.

" Handle your job properly. My phone number is not for your clients. Don't forget to call your mother. Bibbbb..." sunyi tiada siapa berani bersuara.

Bibir Ghaus terkumat-kumit untuk bertanya tetapi suaranya tidak keluar.

" Wow what was that? Aku baru dengar ayah aku marah ke?." tanya Tengku Haizard pada Ghaus dan Ghani yang serentak mengangkat bahu tidak tahu.

" Siri call Abdul Haq." arah Tengku Haizard, dia menarik nafas panjang cuba menenangkan dirinya.

" Calling Abdul Haq. Tuttt.. Tutt.. Hello."

" Kau dekat mana?."

" On the way ke cafe, kenapa?."

" Kenapa kau tanya aku!." nada Tengku Haizard naik senoktaf bukan hanya Ghaus dan Ghani terperanjat Haq di talian turut terperanjat.

" Aku ada tersalah hantar or hantar tak cukup maklumat ke? Ada yang tercicir ke bro?. Kenapa kau marah?."

" Aku bagi kau 30 minit untuk cari jawapan bagi soalan kau tu!." kata Tengku Haizard sebelum menamatkan panggilan.

Mereka baru sahaja balik dari bertemu client dan enjin kereta masih belum sempat sejuk. 

Haq berjalan masuk ke dalam cafe bersama dua orang lelaki mengikutnya dari belakang.

Dia berjalan kearah Tengku Haizard dan kembar wahal hakikatnya jantungnya dari dalam kereta tidak tenang dan berdegup kencang.

Cafe itu sunyi hanya ada seorang barista sedang membuat coffee dan memandang padanya dengan tajam.

Ohh no dia tahu pandangan mengerunkan itu.

" Siapa?." tanya Ghaus, Haq berdiri tegak didepan Tengku Haizard.

Wajah Tengku Haizard tika ini sangat mengerunkan baginya, bahkan lelaki bersamanya itu juga turut merasa takut.

" Zard, dia client kita..."

" Bila masa Zard setuju untuk ambil dia jadi client kita?." potong Ghaus.

" Dia bakal client kita, ada sikit kesilapan teknikal dekat tempat aku, aku terlepas pandang." terang Haq.

Pada hakikatnya anak buah Haq sengaja menyembunyikan perkara itu darinya.

" Sikit otak kau bro, sikit kau tu boleh bahayakan kita semua kau tahu tak." marah Ghaus.

" Aku tahu budak aku tersalah bagi nombor." terangnya lagi pada Tengku Haizard yang tidak memandangnya itu.

" Berapa ramai clients yang dia jumpa sampai tersalah bagi nombor?. Jumpa time kenduri ke apa?." tanya Ghaus lagi.

" Aku akan uruskan budak aku." Haq gelisah kerana Tengku Haizard masih belum mengeluarkan sepatah kata pun.

" Kau nak uruskan macam mana? Kalau setakat tungang kepala ke bawah baik tak payah, budak kau yang mana satu yang kecil or yang besar?."

" Yang besar."

" Hmm nasib bukan yang kecil kalau tak terpaksalah aku sendiri yang turun tangan, kau hapuskan je dia." arah Ghaus. Haq menganggukkan kepala tanda faham.

" Kalau lepas ni dia tersalah bagi nombor kita pada orang macam Donald tu macam mana?." tanya Tengku Haizard perlahan.

Haq menunduk menukur memandang lantai.

Dia duduk melutut didepan Tengku Haizard dengan kedua tapak tangan di atas paha.

" Aku minta maaf aku cuai."

" Mr. Tengku I am truly sorry, this is my mistake and I will take responsibility for it." celah lelaki yang datang bersama Haq.

Tengku Haizard senyum dan tertawa sinis.

" No, it's not your fault, you're our client and the customer is always right. We apologize for our unprofessional attitude." ujar Tengku Haizard dengan senyuman.

" Again I'm sorry." kata lelaki itu dengan tersenyum lega.

" Too bad, you shouldn't be listening to our conversation." kata Tengku Haizard perlahan.

Ghani menekan pucu pistol pada kepala pembantu lelaki itu.

" Please don't hurt my assistant. He is the only person I trust the most." lelaki itu merayu dengan kedua tangannya di satukan.

" Zard... "

" Shhh." balas Tengku Haizard dengan jari dibibir.

" My name is Dastan White. I met you once when you were working for my friend at Sweden." kata lelaki itu memperkenalkan dirinya.

" I never see you."

" I was the one who came with the Turkish man and this is my personal assistant Shawn Mendez. I asked for my friend's help to contact you because I really ..."

" Straight to the point."

" My daughter was almost killed a month ago. I desperately need your help to find the person who tried to hurt my daughter. All the workers I hired turned away from me and I lost contact with some of them."

Tengku Haizard memandang lelaki tua di hadapannya itu tanpa perasaan.

Jarinya bermain-main di atas meja, dia membetulkan urat lehernya dan melepas keluh perlahan.

" You still have a nerve to ask help from me even you know your life in my hand right now."

Wajah Dastan White berubah pucat dia mengundur ke belakang tetapi tubuhnya terlanggar Ghani.

" I really desperate need you help. I'll pay how much you want and please don't kill us. We didn't mean to make you angry."

" We can help you but only one of you can walk out alive." kata Tengku Haizard.

Dastan memandang assistantnya yang sudah berubah pucat seperti sudah tidak bernyawa itu.

" You can kill me." balas Dastan.

" Bad choice." kata Tengku Haizard.

Dastan memejam matanya menunggu ajal menjemput tetapi keadaan sunyi dia membuka matanya perlahan dan melihat assistantnya sudah terbaring tidak bernyawa.

" Whyyy?... Why...?"

Ghani menyerahkan pita rakaman yang di ambil dalam poket baju pembantu Dastan pada Tengku Haizard.

" Do you know about this?."

" What's? No I don't."

" Please sit down Mr. White. We have business to talk and don't waste your money. You have to pay for every minute of my time." ujar Tengku Haizard dengan nada businessnya.

" Black coffee or tea?."

" Tea." Tengku Haizard mengarahkan Thomas menyediakan Tea untuk Dastan.

" Tell me more about your surroundings, the people around you and your business partners."

" I suspect my new wife but I can do nothing because I have no evidence and my father-in-law is a very powerful person. This is my wife." Dastan menyerahkan gambar isterinya.

" What about you father-in-law?."

" He a political man and he's the one who make all the decisions in my family's business."

" Okay then till the next meeting. Don't do anything and my man will call you." pesan Tengku Haizard.

Dia mengisyaratkan supaya barista yang dari tadi menjadi pemerhati menghantar Dastan keluar.

" What should I do with you, Haq?."

Sehari Selepas Pertemuan.

Tengku Haizard menyambung cable pada ipad dan memancar gambar gadis seterusnya itu pada skrin.

" Her name is Brianna White."

" Aku rasa aku pernah nampak dia ni, she one of your classmates, right?."

" Yeah, dia satu kelas Historical and Computerized dengan aku."

" You know her, so who are our clients? Dia nak kita buat apa dengan perempuan ni."

" Our job is to kidnap her. Our client this time is her stepsister. The motive is jealousy and family problems."

" Gila." kata Ghaus tak percaya.

To be continued...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience