Cally merebahkan badannya semula. Terus menangisi keadaannya.
' Habis kau ingat ada ke lelaki budiman yang nak kau ? Sudahlah ditebuk. Tak tahu siapa yang buat pula. Habis kalau kau mengandung macam mana ? Lebih baik kau kahwin dengan aku. Aku terima kau seadanya. Aku akan bertanggungjawab. ' Kata - kata Kay terus bergema di telinga Cally.
" Mengandung ? " Gumam Cally sambil menggelengkan kepalanya.
" Aku kena kuat. " Kata Cally perlahan sebelum kembali bangkit.
Perlahan - lahan dia mengesot menuju ke tandas sambil menyeret bersama selimutnya.
Tiba - tiba Kay masuk dengan sebungkus makanan.
" Nasi goreng ? Kau nak ke mana ? " Soal Kay pelik.
" Mati. Ehhh mandi." Kata Cally sebelum menepuk dahinya.
Kay segera meletakkan bungkusan makanan di atas tilam sebelum menuju ke arah Cally.
" Aa apa ? " Soal Cally pelik.
Kay segera mengangkat tubuh kecil Cally menuju ke dalam tandas.
" Ehhhh lepaslah. Aku boleh buat sendiri. " Pekik Cally terkejut.
Kay meletakkan Cally di lantai sebelum keluar tanpa sepatah kata.
Cally terkebil - kebil melihat tindakan Kay sebelum segera mandi. Sedang asyik Cally menjirus air ke badannya, tiba - tiba secara tak sengaja rak di dinding tercabut. Segala bahan pencuci jatuh menimpa lutut Cally yang diletakkan berhampiran.
" Kay. " Pekik Cally lantang.
Terketar - ketar tubuh Cally menahan sakit yang amat sangat.
Berlari Kay masuk ke bilik Cally sebaik mendengar pekikan Cally. Gayung yang dipegang Cally terlepas dari tangannya menyebabkan Kay turut basah terkena percikan air yang tumpah.
" Kau kenapa? " Soal Kay terpinga - pinga melihat tubuh Cally yang terdedah.
" Sa sa sakit. " Adu Cally tersekat - sekat.
Kay memandang pembalut lutut Cally yang basah dengan darah. Kay segera menyerahkan tuala kepada Cally.
" Tukar kain itu. " Kata Kay kelam - kabut sebelum memalingkan badannya.
Cally segera menurut arahan Kay.
" Dah. " Kata Cally lemah.
Kay segera mengangkat tubuh Cally dan dibaringkan di atas tilam. Segala ubat yang digunakan untuk merawat luka Cally dikeluarkannya.
Perlahan - lahan dia membuka balutan luka Cally. Berkerut - kerut dahi Cally menahan sakit. Matanya tertutup rapat. Kay memandang wajah Cally simpati.
Segera Kay menyembur ubat kebas ke lutut Cally
Cally kelihatan lebih tenang. Kay segera mengunting benang yang digunakan sebelum ini sebelum menukar pembalut luka Cally.
" Cally kau dah siap mandi ke belum ? " Soal Kay serius.
Cally membuka matanya perlahan sebelum menggelengkan kepalanya.
Kay segera merasa dahi Cally. Panas.
" Aku hantar kau ke tandas semula. Mandi cepat sikit. Aku ada kerja ini. " Kata Kay sebelum mengangkat Cally kembali ke tandas.
Tubuh Cally didudukkan ke atas kerusi sebelum Kay berpaling untuk keluar.
" Kay. Tolong beri sabun itu. " Pinta Cally lemah.
Kay kembali berpaling dan mengunjukkan sabun yang dipinta Cally. Kay memandang Cally dalam.
" Apa ? " Soal Cally sebaik tersedar pandangan Kay.
Kay segera menggelengkan kepalanya sebelum keluar. Lambat - lambat langkah Kay diatur sebelum bersandar pada dinding.
" Cally aku cuma nak memiliki kau. Aku tak nak ada orang lain dalam hidup kau. Cuma ada aku untuk kau. " Gumam Kay perlahan sebelum termenung.
* * *
Lima tahun lepas.
" Hei anak tak tahu diuntung ! " Tengking Puan Patricia sebelum menyimbah sesuatu ke wajah Kaysan.
" Aaaaaaa. " Pekik Kaysan kesakitan.
Wajah Kaysan mulai memerah dan membengkak dek siraman minyak panas dari Puan Patricia.
" Rasakan. Kau dengan bapa kau sama - sama menyusahkan aku. Pergi matilah kau. " Marah Puan Patricia.
" Robert , aku nak kau buang dia sekarang." Pekik Puan Patricia lantang.
" Tapi puan , tuan. " Jawab Robert serba - salah.
" Tiada tapi - tapi. Robert kau, aku pecat. Berhambus dua - dua. Kau boleh bawa tuan kesayangan kau ini. " Tengking Puan Patricia tanpa simpati.
" Tuan Kay tak apa - apa ? " Sapa Robert sebaik melihat Kaysan terus mengaduh kesakitan.
Kaysan mengalihkan tangannya memperlihatkan kecederaannya. Robert segera mencempung tubuh kurus Kaysan keluar dari neraka dunia Kaysan.
* * *
Sekarang.
Air mata Kay gugur di balik topeng yang dipakainya. Melihat Cally kesakitan membuatkannya terimbau masa lalunya.
Share this novel