13. Gemini dan Pisces

Romance Completed 1105

"Ngel?! Ini udahan apa belum? Warnanya aneh."

Angel meletakkan sendok yang ia genggam ke atas piring usai mencicipi kuah sup. Menghampiri Luna. "Ini gosong Kak." Angel tertawa. Mematikan kompor dan mengangkat perkedel jagung yang berubah warna menjadi coklat kehitaman.

"Pait dong." Ujar Luna lemas. "Gue nggak ada bakat sama sekali di dapur."

"Kok gitu aja nyerah? Orang sukses berawal dari kegagalan juga, Kak." Luna tertawa kecil, mengusap kepala Angel. "Nih, sama Kak Eon."

"Lihat tampilannya aja dia pasti ngoceh. Leon itu ribet. Nggak kayak Alex yang nggak suka ribet," Luna menggeleng. Meletakkan beberapa panci dan piring ke wastafel. "Lo aja, tapi jangan bilang buatan gue."

Angel mengangguk. Sebelum itu, ia menuangkan sup iga sapi ke mangkuk besar. Luna tidak berhenti memuji semua masakan Angel dengan kagum. Melepas celemek, Angel membawa sepiring perkedel ke ruang tengah. Dimana Leon dan Alex sedang bermain PS.

"Anjirr! Itu makanan apa batubara?!" Ejek Leon saat Angel meletakkan piring ke meja. "Katanya lo bisa masak?" Leon meletakkan stik PS. Menghentikan
permainannya.

Angel menggaruk tengkuk lehernya. "Cicip dulu, Kak." Leon menggeleng. Angel beralih menatap Alex dengan penuh pengharapan.

"Gue kenyang." Alex menjawab. "Rom, makan."

Leon menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa nggak lo aja? Itu masakan cewek lo. Hargai Angel yang udah buatnya. Nggak tau diri banget. Kalau gue jadi lo, gue makan masakan cewek gue sendiri." Ejeknya.

"Itu masakan gue." Luna bersuara.

Menghempaskan tubuhnya ke sofa single dengan semangkuk kecil sup di tangannya. Mengangkat kedua kakinya santai.

"Makan." Perintahnya. Romeo mengangkat satu alisnya. "Perkedel jagung itu masakan gue, bukan Angel. Seperti apa kata lo, hargai masakan cewek sendiri.
Jadi makan." Leon tersedak ludahnya sendiri. "Makan. Sayang,"

Alex tertawa kecil, mendorong lengan Leon dengan kakinya. "Makan, habisin. Hargai cewek lo yang udah susah payah masakin. Kalau gue jadi lo. Gue habisin
masakan cewek gue sendiri." Alex mengambil satu perkedel dan ia masukkan dengan paksa ke mulut Leon. Luna tertawa keras.

"Anjir! Itu arang bukan perkedel!" Pekik Leon usai meludah ke kamar mandi. Menarik dua tissue, mengelap sisa air di sekitar mulutnya. Angel tertawa pelan, kembali ke dapur. Menuangkan sup untuk Alex dan Leon.

"Ini baru namanya makanan," Leon menunjukkan dua jempol tangannya pada Angel. "Udah cantik, pinter masak,blengkap deh. Sayang cowoknya bangsat." Alex mengerutkan alisnya, menatap Leon. "Kenyataan."

"Kak Bimo Mana?" Angel memberikan segelas minuman pada Alex. "Aku nggak lihat dari tadi."

"Lagi Drift."

"Apa itu Drift?" Tanya Angel menerima gelas yang Alex berikan. Isinya tinggal setengah. "Ajak Kak Bimo ke sini. Aku udah sisain supnya."

"Drive Rightly In False Turn." Luna menjawab. "Semacam mengendarai mobil, tapi pake teknik. Iya kan, Yang?" Leon mengangguk. "Pengemudi yang suka mengendarai mobilnya miring, terus muter-muter, banyak deh tekniknya."

Manda manggut-manggut. "Terus, kamu nggak ikut?"

"Bukan hobi gue." Alex mengarahkan sesendok sup ke mulut Angel yang diterima Angel dengan senang hati. Terus hobi kamu apa selain main sama cewek?" Alex tersedak. Mengambil paksa gelas di tangan Angel yang belum diletakkan ke meja oleh perempuan itu.

"Lo gak tahu? Alex itu pe-" Leon membekap bibir Luna dengan bibirnya.

Angel tersedak. "Lo apa-" Lagi. Leon menciumnya. Luna melotot, mendorong kepala Leon menjauh. Angel langsung berlari ke kamar mandi menutup mulutnya. Sup yang belum sempat ia telan rasanya keluar lagi.

"Sekali lagi lo lakuin itu di hadapan Angel , Lihat aja." Ancam Luna kesal.

"Emang kenapa, sih?"

"Angel nggak tau kalau Alex suka tinju ilegal." Kedua mata Luna membulat sempurna. "Ngerti?"

"Kenapa?" Luna menatap Alex penuh tanda tanya.

"Dia nggak suka lihat gue berantem." Alex meluruskan kakinya ke sofa. Kaki kanannya berpangku pada kaki kiri.

"Sampai kapan lo bohong. Atau lo mau berhenti?" Leon terbahak mendengar pertanyaan Luna. "Leon jorok! Muncrat nih!"

"Maaf, yang." Leon mengelap wajah Luna dengan punggung tangannya sambil tertawa geli. "Lagian, lo kasih pertanyaan aneh. Nggak ada pertanyaan lain apa? Alex keluar dari dunia tinju? Ya kali pintu neraka terbuka lebar." Leon terkikik geli.

Luna mendengus. Menguncir rambutnya asal. Angel sudah kembali ke tempat duduknya. "Maaf Kak."

"Nggak, gue yang harusnya minta maaf. Sorry, ya. Leon emang suka nyosor seenak jidat."

Angel mengangguk. "Kamu udah selesai makannya?" Tanya Angel pada Alex.

"Kenapa?"

"Pulang yuk. Aku banyak tugas." Alex mengangguk. Ia menekuk kakinya, memutar tubuhnya sedikit dan berdiri.

"Kak, aku mulai kerjanya besok, ya."

"Oke. Santai aja, Ngel" Romeo mengedipkan sebelah matanya. Angel sudah mengundurkan diri dari kafe sebelumnya dan memutuskan bekerja di Horison. Karena desakan Alex yang membuat Angel tidak bisa berbuat banyak.

"Tidur dimana lo? Di sini apa apartemen gue?"

"Menurut lo?!" Homo banget gue tidur sama lo." Alex langsung menendang kakinya. Leon mengumpat dan meringis kesakitan. "Bangsat lo, Lex!"

Keduanya berjalan bersisihan tanpa membuka suara. Masuk kesebuah mobil sport hitam. Alex sengaja meminjam mobil Leon. Melihat Angel sudah mengantuk dan cuaca semakin dingin.

"Zodiak kamu apa?" Alex menoleh sebentar dengan kening berkerut. "Kamu nggak pernah ceritain tentang diri kamu, siapa tahu dari zodiak bisa kasih tau aku tentang kamu."

Alex terkekeh pelan. "Gemini. Lo tau nggak aroma keberuntungan gemini apa?"

"Apa?"

Alex mengulas sebuah senyuman. Jantung Angel berdetak tidak karuan. "Lavender. Lo punya aroma itu."

Angel kembali menatap kedepan dengan meraba jantungnya sendiri. Menarik nafas dan membuangnya perlahan. Merasa baik, ia kembali menatap Alex . "Kamu tau nggak sejarah rasi bintang Gemini?" Alex tidak mengangguk ataupun menggeleng. Senyum di bibir Angel tercetak. la memutar sedikit tubuhnya agar berhadapan penuh dengan Alex.

"Kalau bahas tentang Gemini pasti semua orang langsung ingat sama anak kembar Castor si Alpha dan Pollux si Beta, dan dewa Zeus, kamu tau mereka?" Alex mengerutkan keningnya. Sesekali menatap Angel yang antusias.

"Gemini itu terletak disepanjang garis ekliptika. Antara Taurus di sebelah barat, Cancer di sebelah timur, Auriga dan Lynx di sebelah Utara dan Monoceros atau Canis Minor di sebelah selatan. Rasi bintang Gemini paling besar dan paling terang diberi nama Beta atau Pollux. Gemini lebih menonjol dari pada Cancer yang redup dan Monoceros yang bahkan nggak kelihatan."

Migel mendengarkan.

"Dari sini aja kita sudah mengetahui keistimewaan Gemini. Sinarnya Beta bahkan lebih terang dari pada matahari." Angel berdeham. "Suatu hari ada perang
yang terjadi. Castor yang tidak abadi meninggal, sedangkan Pollux kembali ke langit. Ia memohon pada Zeus untuk mengangkat Castor ke langit. Zeus setuju, ia mengangkat Castor ke langit. Karena kedekatan dan rasa memiliki sangat erat, Zeus menjadikan mereka berdua sebagai bintang yang tidak terpisahkan dengan rasi Bintang Gemini."

"Lo suka tata surya? Kenapa ambil jurusan Management? Seharusnya Astronomi."

Angel menggeleng. "Hobi aja. Dari sekian cerita rasi bintang, aku paling suka sejarah Gemini."

"Zodiak lo apa?"

"Pisces." Alex tersenyum miring. "Aku nggak terlalu suka sama ceritanya, tapi bagus."

"Lo itu mirip banget sama Aphrodite."

"Kok mirip? Emangnya aku lagi mendamaikan wilayah mana?"

"Gue."

"Em?" Angel mengerjap.

"Saat Aphrodite dan Cupid memutuskan pergi dari Olympus menuju sebuah wilayah yang kering akan cinta. Disana ada sebuah monster jahat, namanya
Typhoon. Usaha ibu dan anak itu gagal, monster itu berusaha menghentikan usaha Aphrodite untuk mendamaikan wilayah. Ia kemudian mengejar kedua orang itu. Aphrodite lari sejauh mungkin, melewati gunung dan samudra. Karena Typhon adalah orang yang besar dan tinggi, ia dengan cepat menemukan Aphrodite." Manda terpaku di kursinya. "Sampai akhirnya Aphrodite putus asa. la meminta pertolongan Zeus. Yang membedakan disini, jika Aphrodite bisa meminta tolong dewa. Lo nggak bisa, sekali pun manusia. Karena gue, akan menemukan lo dimana lo sembunyi, Angelista."

Rasanya semua kinerja di tubuh Angel terhenti. la menatap Alex tidak percaya. Kenapa tubuhnya selalu bereaksi saat Alex membahas soal kepemilikan. Rasa nyaman dan detakan jantung tidak karuan, tidak membuatnya takut melainkan bahagia? Kenapa dengan Manda?

"Gue nggak bego, Angelista." Alex mengelus kepala Angel singkat.

"Jadi kamu tetap biarin aku bicara panjang lebar padahal kamu udah tau cerita tentang rasi bintang Gemini?" Alex menggaruk belakang telinganya. "Aku
yang bego disini. Kamu, ih." Angel kembali ke posisinya dengan cemberut.

Migel tertawa kecil. "Bukan gitu. Siapa tau lo punya versi lain dari ceritanya. Kan banyak versi, meski
intinya sama." Angel membuang wajahnya ke jendela. "Lo tau nggak, zodiak apa yang cocok sama Gemini?" Angel mendengus, menatap Alex malas-malasan.

"Gue suka kepribadian Pisces."

"Gemini. Simbol kecerdasan. Orang yang banyak akal. Itu adalah Alex," Alex terkekeh pelan. "Gemini itu tidak stabil, reaksi situasi ditentukan dengan mood mereka."

"Lo pengendali mood gue." Angel mendengus mendengarnya lalu melanjutkan.

"Mereka suka menikmati hasil dari mereka sendiri. Pengetahuan, pikiran yang cepat semuanya jelas ada dalam diri kamu. Gimini punya banyak ide dan buat orang disekelilingnya tertarik-"

"Termasuk lo?"

"Nanti ih, aku belum selesai jelasinnya." Eluhnya kesal. Alex tertawa pelan.

"Iya, lanjutkan."

"Gemini cendrung cepat bosan kalau punya teman yang nggak bisa mengikuti hobinya. Menikmati hidup dan pandai berbicara mengenai segala hal. Energik dan murah hati, itu buat gemini yang lain. Kamu nggak murah hati." Alex tertawa. "Plin plan dan orang nggak akan tau dengan jalan pikirannya. Orang yang melihat sosok gemini bisa putus asa didekatnya, namun bisa juga terpesona."

"Dan lo, terpesona."

Angel menghiraukan. "Gimini memiliki rasa ingin tau yang tinggi. Mereka suka tantangan termasuk dalam hal mengejar cinta-"

"Dan selama lo bisa menimbulkan keingintahuan dalam diri gue. Gue akan selamanya akan berada di samping lo. Gemini menyukai perubahan, that's me. Mereka senantiasa mencari sesuatu yang lain, termasuk juga wanita." Alex tersenyum miring. "Gue benar?"

"Alex selalu benar." Angel mendengus, kembali keposisi awal.

"Pisces. kepribadian yang menarik, mereka baik hati, simpatik, penuh naluri dan gampang terpengaruh oleh teman, situasi atau keadaan di sekitarnya. Dan itu lo banget. Angelista." Angel menoleh. "Mereka mempunyai karakter yang cukup menarik membuat Pisces cukup terkenal dilingkungan sosial mereka. Pisces punya daya tarik dan bukan tipe orang yang suka mencari ketenaran."

Angel mendengarkan. "Pisces nggak pernah marah, tapi jika kesabarannya telah habis, mereka bisa menunjukkan kemarahannya yang amat ganas. Gue
harap lo nggak ganas saat marah." Angel tersenyum. Ia melihat bagaimana cara Alex berbicara. Menarik.

"Mereka mempunyai ingatan bagus yang dapat mengingat setiap detil kesalahan teman-temannya yang telah melukainya. Mereka juga enak diajak bicara, pembawaanya santai dan tidak terburu buru. Karena sifatnya yang simpatik terhadap orang lain membuat Pisces cenderung memerhatikan masalah orang lain daripada yang ada didirinya sendiri. Dan semua itu ada di lo."

Angel mengulum bibirnya, malu. Beruntung karena dalam mobil gelap jadi Alex tidak akan tahu jika wajahnya memerah.

"Zodiak yang paling cocok sama Gemini itu Pisces. Kenapa? Jika banyak orang lain pergi karena tidak tahan dengan kelakuan gue. Lo akan tetap bertahan, bukan gayanya untuk meninggalkan orang yang dia sayangi. Lo akan merasa dicintai dan Gue nggak akan meninggalkan lo. Karena sifat kita yang beda dan bisa saling melengkapi." Angel menutup kedua
wajahnya. Alex terkekeh pelan. Ia mengendarai
mobilnya dengan satu tangan. Tanga kirinya mendarat di atas kepala Angel, mengelusnya pelan.

"Kenapa? Udah mulai jantungan di dekat gue?"

Selamat membaca. Jangan lupa untuk dukung terus agar kami lebih bersemangat dalam membuat cerita. Silahkan beri kritik dan saran untuk bahan evaluasi penulis kedepannya. Thank you!!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience