Episode. 5

Family Completed 3810

Honda Gold Wing 1800 cc.. Milik sang Owner Mat Sokran di parkir depan MTS. Sedang pemiliknya asik ngobrol sama pelanggan. Entah apa yang diobrolkan, tapi nampak celas dari kejauhan terlihat nampak asikbanget.. Sesekali nampak asap vape
berhanburan, dan sesekali asap melambung berbentuk, sesaat kemudian memudar memenuhi ruangan. Owner MTV Store. Pakai moge seharga 1,1M lebih. Sering Juga memakai Harly koleksinya.

Belum lagi kalau temen-temen komunitasnya mampir dan ngobrol lama di oitletnya.

Benar-benar strategi pemasaran hanya mereka yang jeli, mampu melihat motif sang Owner sering parkir mogenya di Depan toko miliknya.

Gak bisa dipungkiri bahwa yang belanja vape di outlet miliknya ada sedikit rasa bangga, bahwa outled yang mereka kunjungi adalah outled yang bonavide. dikunjungi oleh orang- orang kelas atas. image itulah yang sedang Surti dan Mat Sokran bangun. Dan menarik pelanggan, serta lengkapnya barang yang ditawarkannya.

Telepon berdering. Dilihanyatnya bahwa sang Istri menghubinginya, dan itu tak biasa terjadi. Kalau tidak ada kepentingan yang mendesak atau darurat

"Pa, penting... ntar langsung pulang ya.. adahal yang harus kita bicarakan.. I L U". Kemudian ditutup.

Pasutri ini memang gak mau mencampuradukkan masalah pribadi dengan masalah bisnis, walaupun cuman sekedar via WA. Dan itu adalah kesepakatan mereka berdua.

_______

Firasat Sang Owner sedikit gak enak. Mungkin ada sesuata Yang Sangat penting untuk dibicaraka
Sesampainya di rumah, dikecupnya kening surti lalu bibirnya. Diteguknya kopo yang ada di meja. Sesaat kemudian.
"Ini lagi, soal si Jhon berulah kembali, langkah apa kira-kira yang harus kita ambil, mengingat ini sepertinya sudah gak bisa kita pertahankan".

"Okey.. Menurut Mama gimana". Dilemparkanya pertanyaan itu pada sang Istri.

"Menurut Mama, Panggil Saja pak Tarman untuk bekerja kembali, Mama tau doa sudah. gak akan mau. Karena ulah anaknya. Tapi Mama punya solusi terakhirl apabila pak Tarman sampai gak mau tawanan itu".

"Apa tawaran kedua menurut mama..?".

"Supaya kita juga monimal mengurangi
rasa bersalah karena kita mengabaikan nasib orang yang dulu ikut merintis usaha ini, sededangkan kita hidup berlimpah berkat usaha itu"

"Terus..langkah selanjudnya apa?".

"Kita bukakan rekening, dan kita transfer setiap. bulan.. anggap saja dana pensiun, sebagai ucapan trimakasih atas pengabdian tulusnya selama ini".

"Kita berikan semacam dana pensiun.. khusus pak Tarman nominal kita bicarakan nanti"

"Mama, memang Istri yang luar biasa"..

Pujian sang suami hanya ditanggapi dengan senyum tipis
"Tapi sayang". Lamjutnya dalam hati.

"Terus kasus yang tentang si Jhon gimana"

"Kita gak bisa memelihara ulat dalam taman yamg kita rawat dan perjuangkan selama ini... masalah cara kiya atur saja nanti... disisi lain kita hak bisa terlalu mencolok, karena akan melukai hati pak Tarman".

_________

"Pa,..... tolong cari tempat parkir di sebelah kiri, kok kayaknya Mama ngeliat pak Tarman lagi jualan di sana tadi".

"Ah, mungkin Mama salah liat kali..?".

"Nggak mungkin, bener kok. !!!". Setelah parkir mereka berdua menghampiri pedagang lang lagi duduk bengong.

"Malam. pak". Sapa Surti memburarkan lamunan pak Tarman.

"E... nak Surti" Jawabnya sedikit kebingungan.

"Jalan disini tho..?... gimana... rame Pak ?".

"Hem.. tumben hari sepi. Bisanya jam sehini Bapak sudah pulang". Terlihat banget kalau pak Tarman lagi menutupi, kegelisahannya.

"Ya.... mungkin karena malem minggu, jadi mereka pada beli panganan yang lain kali ya ?". Ya.. sudah tolong bungkus semua buat anak-anak nanti.

"Sepertinya gorengan yang dijual pak Tarman , adalah gorengan sudah sejak siang tadi". Pikir Surti.

"O.. iya besok bukanya jam berapa pak, biar anak-anak tak suruh kesini beli gorenan.. Kalau tau Bapak jualan disini kan anak-anak tak suruh neli disini aja".
"O.. Sepetiinya besok Bapak libur soalnya ada pesanan dirumah". Kata pak Tarman.

"Ya sudah, kalau Bapak. sibuk, kami berdua gak berani mengganggu. Sebenarnya ada yang harus kami bicarakan sedikit.. tapi ya sudah gak jadi". Kemudian mereka berdua pamit.

Baru bebetapa langkah, pak Tarman memanggil.

"Nak Surti, tunggu.. sebentar". Pak Tarman bergegas merapikan dan menutup serta mengunci rombong tempat jualan gorenan.

"Pak Man ikut, kita bicara di rumah saja". Katanya.

"Ada geray kopi yang bisa dipakai ngobrol disana, lebih naik sambil mgobrol santai sambil ngopi".

Pertemuan dengan mantan majikan ya kali ini membiat pak Tarman bemar-benar membuat dia gak nyaman, karena sudah dapat dipastikan bahwa akan membahas masalah si Jho dan ulahnya.

Kopi dan hidangan yang dipesan sudah siap dinikmati. Sang mantan majikan. Mengawali pembicaraan, sebab dari tadi mereka bertiga diam seakan kehabisan bahan untuk pembuka kata.

"Begini Pak, ada penerapa aksesoris, yang tidak dijual dipasaran, dan itu brend serta model hanya ada di semua toko cabang kita. Semua karyawan tidak tau itu, yang mengerti hanya beberapa staf kepercayaan saja".

Mendengar apa yang dibicarakan sang mantan, jelas pak Man tau arah pembicaraan mau kemana, tp dia berusaha untuk mendengar. Walaupun sebenarnya jantungnya terasa mau copot.

"Nah setelah staf kita menelusuri, ternyata ada di beberapa pasar dan hampir semua pedagang menjualnya. usut- punya usut ternyata sumbernya cuman dari satu orang. dan saya kaget nominal yang tercatat atas kebocoran itu mencapai 1,5 M, sungguh nilai yang fantastic untuk sebuah kebocoran yang kami tidak tau"

Mendengar nilai yang diluar nalar, pak Tarman mukanya merah padan dan gemetaran.

"Nah keputusan kami berdua, secara diam-diam dan tidak kami publikasikan dengan catatan Bapak kembali nekerja ditempat kami, bukan senagai driver seperti dulu, melainkam sebagai pengawas. adapun uknum pelaku kami berhentikan. agar bisa mencari pekerjaan, maka tidak kami kasuskan".

"Sungguh mulia hati mantan majikan, baik orang tuanya, maupun generasi penerusnya". Pikir pak Tarman

"Sebisa mungkin dalam beberapa hari ini, Bapak sudah mulai nekerja, adapun tugas-tugas Bapak nanti saat Bapak mulai kerja".

"O, iya.. Bapak kalau ke tempat jualan naik apa ..?"

"Naik angkot nak.... lha wong Bapak gak punya sepeda motor".

"Ya sudah kapan Bapak siap kerja, biar anak-anak yang jemput ?".

Semalaman pak Tarman gelisah. Pikirannya mengembara entah kemana.

"Sungguh, gak menyangka anak sematawayangku bisa melakukan hal seperti ini".

"Tapi apa benar dia..?!"
"Sementara mantan majikan gak menyinggung nama. anakku... aaaah..!!!!". Dipejamkan matanya.. namun hingga kokok ayam mulai bersahutan, belum juga mampu terpejam.

Si Jhon terlahir primatur, sedang Mama yang melajirkannya, tak mampu tertolong. Menghembuskan nafas terakhir, ketika dia masih dalam kandungan. Jadi si Jhon lahir lewat oprasi.
Karena tanpa Mamalah sehingga kasih sayang pak Tarman menjadi berlebihan terhadapnya. Bayi mungil itu dititipkan neneknya, saat ditinggal pak Tarman nekerja sebagai supir papanya Mat Sokran. Usia 9thn, si Jhon terpaksa harus mandiri, karena nenek yang mengasuhnya, dipanggi Tuhan. sedang sang Ayah sangat sibuk, karena usaha papanya Mat Sokran nerkembang pesat saat itu.

Si Jhon kecil memang harus mandiri diusia yang seharusnya mendapat kasih sayang, seperti teman-teman seusianya. Bisa sampai lulus SMA Itu sudah bersyukur, bukan karena kurang cerdas, melainkan kenakalan dan jarang masuk sekolah itu sudah mulai duduk di bangku Sekolaj Dasar.

Pak tarman meloncat kaget setelah mendengar mobil berhenti di depan rumahnya. dan bergegas keluar menghampiri. Ternyata pedangang spring bat. murah yang dijajakan masuk kampung-kampung.

Setelah beberapa waktu. Supir bersama Surti, benar-benar datang, tapi pak Tarman baru saja terlelap.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience