Episode 18

Family Completed 3810

"Bang. Bisa gak aku minta tolong carikan  apartemen disekitarnya yang tidak terlalu banyak guk guknya tapi lingkungan yang sejuk, banyak pepohonan rindang. Kira-kira begitulah."

"Oke mbak kebetulan selera kita sama, ini ada kosong pas persis di depan saya. Halaman luas fasilitas lengkap dan harga sesuai dengan kantong kita. Cuman sayangnya 3 km dari kota."

"Untuk sementara gak masalah nanti kalau kurang sreg ya cari pandangan lain. O iya kirim alamat, aku mau paketin barang kesana. Biar aku kesana gak terlalu repot bawa barang."

"Siap mbak." 

Saragi yang biasa dipanggil bang Batak, adalah salah satu tim di pekerjaan Arin yang baru. Dan dia di bagian web.mengemas produk wisata. Sebelum dipasarkan. Dan satu tim Arin sebenarnya ada 11 dengan bagian masing- masing. Dan Arin adalah sebagai team leadernya. 

****

"Kesibukan Aisyah sebelum pindah kerumah Arin tak banyak, bersih-bersih rumah, masak dan kadang nyuci baju mereka berdua, setelah itu gak ada lagi yang bisa dikerjakan. Kecuali membuat kue dan masakan kalau ada tetangga yang pesan. Selebihnya hanya menunggu sang suami datang. Apalagi semenjak gak punya hp gak ada yang pesan masakan ataupun kue. karena biasanya yang pesan itu anggota grup di sosmed terutama di grup-grup WA." Cerita Aisyah. Sesekali melihat wajah Arin yang nampak betul menyembunyikan sesuatu yang berat dalam pikirannya.

       

"Emang hp mbak Aisyah rusak?" Tanya Arin tanpa melihat kearah Aisyah karena tugas barunya memang cukup membutuhkan perhatian. karena Pekerjaan baru Arin sebagai. Senior Team Leader di agen perjalanan wisata. kapal pesiar. adalah, mengumpulkan informasi dari Operator Kapal (Informasi mengenai interior dan exterior kapal, gambar, paket wisata, daftar harga, daftar perjalanan, promo) kemudian, Mendelegasikan pekerjaan kepada anggota tim.  Memberikan training kepada anggota tim.

Bertanggung jawab mengelola proyek kerja, membuat jadwal dan memberikan laporan berkala. Memberikan masukan berkala untuk meningkatkan kinerja tim.

Jadi membutuhkan konsentrasi penuh, walau bisa dikerjakan dirumah.

“itulah mbak. terpaksa Aisyah jual buat kebutuhan sehari-hari. karena gaji suami saya sudah habis dipakai bayar hutang. itu pun masih kurang.” Aisyah berhenti sejenak kemudian meneruskan ceritanya: “Semenjak mas John dirumahkan oleh sang majikan, dia sering menuntut banyak, agar suami saya bisa ganti membatu, dan hampir setiap di membutuhkan duit, ia menuntut, agar kami mengerti posisinya, intinya meminta pengertian, yang ujung-ujungnya minta uang dalam jumlah tertentu, jika kami gak bisa memenuhi permintaanya, ia berkata bahwa kami tidak tau balas budi. yah daripada kami semakin malu, mas gendut pinjam utangan. yang satu belum lunas, dia kembali memaksa. hingga hutang kami menumpuk seperti sekarang ini.”

“Kalau boleh tau, pinjamannya, sekarang ini sampai berapa banyak?” Tanya Arin.

“Aduh banyak banget mbak.”

Iya, dari pagi kan mbak Arin belum maem, yuk Aisyah temenin. Kan kemarin pengen dimasakin pepes pindang bumbu rujak yang pedas sama gudeg nangka yang iganya, sekarang sudah merasuk tuh bumbunya. Lha wong Aisyah masak pake api kecil dari siang tadi dan apinya juga baru tak matiin. Terus mbak Arin minta nasi tim jadi sudah komplit ditambah pindang goreng yang Segede lengan Aisyah cuman tak buang kepalanya aja.+ Sambal bajak khas buatan Aisyah yang bakal bikin kita melek merem." Rayu Aisyah biar  tertarik untuk beranjak meninggalkan pekerjaan sejenak kemudian menikmati masakannya.

"Terimakasih mbak, usahamu untuk merayuku biar mau makan Arin beri apresiasi." Jawabnya dalam hati, kemudian beranjak dari tempat duduk menuju meja makan.

Melihat Arin mau diajak makan, hati Aisyah berbunga-bunga kayak ketemu pacar.

"Tadi uang belanjanya gak kurang kan, kalau kurang tolong jangan diam saja ya. suka dengan keterbukaan." 

"O beres mbak, lagian kalau sampai kurang Aisyah juga gak punya uang untuk nambahin. Lha wong gaji mas Gendut sudah tinggal mampir ke tangan kemudian pergi baru bulan berikutnya dia kembali mampir." 

"Melihat Arin lahab menikmati masakan pesanan yang dibuatnya. Aisyah merasa lega. Setidaknya mbak Arin hari ini perutnya sudah terisi." Pikirnya.

"Gak terasa ternyata besok sudah Minggu lagi ya mbak?, Besok kita ke pasar bareng ya. Nyari nanas dan buah lain untuk rujak buah." Kata Arin.

"Okey siap." 

"Tapi agak siang aja, ya?, Soalnya kalau kepagian takutnya Arin bangun kesiangan."

Aisyah mengangguk,

Sementara itu. Saat si Gendut pulang melihat buah nanas segar, diapun langsung membelinya satu ikat besar berisi sekitar 12 buah.tanpa menawarnya, karena menurutnya sudah murah dibanding beli eceran di pasar pikirnya. Dilihatnya ada timun segar bengkoang dia juga membelinya. Dan memang hari itu dia dapat uang bonus dari sang majikan mengantar ke 5 cabang MATTIAS Collection.

"Pasti Minggu besok mbak Arin bakal rujakan." Pikirnya. Kemudian dia pulang sambil mendendangkan lagu "Ojo dibanding bandengke". Dengan berjingkat-jingkat gembira.

Saat sampai di rumah yang dipanggil bukannya sang istri, tapi kali ini adalah mbak Arin. "Mbak Arin… Mas datang membawa oleh-oleh nich." Teriaknya. Mendengar teriakan si Endut, mereka berdua malah sembunyi dan mengunci pintu di kamar Arin. 

Ada satu keanehan yang terjadi pada Arin belakangan ini, yang dia sendiri merasakannya salah satunya adalah suka bermain petak umpet seperti ketika dia masih anak-anak bahkan menjelang remaja kala itu. Saat mereka berdua sembuhnya dan Arin teringat masa itu. Dia tersenyum serta menutup mulut dengan kedua tangannya.

Ketika si Endut tak menemukan Arin dan Aisyah di dalam rumah dia keluar dan duduk di amben teras rumah sambil memangku nanas yang dibelinya.

Tak lama kemudian mereka berdua keluar dari kamar Arin dan tertawa. Saat si Endut membawa nanas begitu segar dan banyak. Arin jingkrak-jingkrak kegirangan. 

"Terimakasih mas Endut yang baik hati,ramah, suka bercanda, ganteng, cuman sayang tukang ngabisin kain karena gendut." Kata Arin lalu ketawa ngakak. "Pembawaan si bayi yang gak bisa ditahan." Katanya dalam hati.

****

Tingkah Arin sudah mulai terbaca oleh Aisyah. Namun tetap saja dia gak berani membahas perihal itu, karena Arin juga berusaha untuk menutupinya. 

"Ini pembawaan bayi mas, kalau sudah liar buah pengennya rujakan terus.". Baru sadar bahwa dirinya telah hamil muda. Untuk menutupi kesleonya lidahnya tersebut ia melanjutkan terus aga Aisyah dan mas Endut menyangka bahwa apa yang diucapkannya sekedar bercanda.

"Mbak buatin Arin Rujak sekarang biar bayi kembar tiga di dalam perutku ini gak berontak menendang terus perut mamanya." Kemudian Arin tertawa meskipun terdengar tawanya terdengar ngambang. Dan pagi itu juga ketiga anak manusia ini pagi-pagi sudah melahab rujak buatan Aisyah

Sambil menikmati, Arin berpesan kepada mereka berdua: "Mas,mbak Aisyah. Tolong rumah ini dijaga dan dirawat, yang penting bersih. Mungkin siang ini Arin pergi agak lama mungkin bisa sebulan kalau krasan yah bisa lebih." Pesannya.

"Emang mbak Arin mau pergi kemana?" Tanya si Endut.

"Yah, cuman mencari udara segar, Antar saya ke terminal ya mas.

Tak berapa lama Arin selesai siap siap tak membawa pakaian ganti juga. hanya membawa dompet dan tas yang berisi laptop. Biar gak kelihatan kalau dia bakal pergi dalam waktu yang cukup lama. Karena barang-barang sudah dikirim lewat paket sehari sebelum mereka pindah ke rumah itu.

"Permisi….. paket."

Terdengar suara itu di depan rumah.

"Mas Ndut, tolong, ada paketan datang." Pinta Arin sambil kepedesan. Mas Endut berlari ke depan menghampiri

"Atas nama Bu Arin."

"Bener mas, sudah bayar belum?"

"Sudah."

"Terima Kasih mas, hati-hati di jalan."

Si Endut berlari kecil dan memberikan paket kiriman ke Arin. "Ini mbak paketnya."

"Punya mbak Aisyah itu."

"Lho, aku gak pesen apa-apa kok, mungkin salah. Ini atas nama mbak Arin begini kok."

"Iya memang, tapi buat mbak Aisyah. Buka saja."

Dibukanya bungkusan itu perlahan dan dilihat. Ternyata berisi hp.

"Mbak Aisyah kan, katanya hp terjual buat makan. Jadi ini Arin ganti. Tapi jangan di jual lagi, biar bisa dipakai buat terima orderan."

"Terima Kasih mbak." Mereka berdua kompak mengucapkannya. 

Kemudian Arin merogoh kantong celana dan memberikan sejumlah uang cash yang dimasukkan kedalam amplop.

"Ini ada uang cash 10 jt. Tolong khusus dipakai modal dan jangan pakai bayar hutang. Dan tolong beri Arin nomor rekeningnya. Nanti Arin transfer untuk membayar semua hutang dan tolong total semua hutang- hutangnya. Jangan sampai ada yang terlewat sekecil apapun. Dan tolong jaga rumah peninggalan orang tua Arin dan jangan sampai ada yang bocor. Nanti kalau ada perbaikan bilang saja sama Arin nanti Arin transfer untuk biaya perbaikannya. Dan sebelummya Arin minta maaf sudah ngerepotin kalian berdua sekaligus Arin mengucapkan terimakasih sudah bersedia menempati rumah ini." Kata sekaligus pesannya.

"O iya mas Ndut, Arin gak jadi minta anter, soalnya sebentar lagi sudah ada yang jemput Arin." Mereka berdua tak mampu berucap sedikitpun karena kebaikan Arin uang mereka terima.

"Nah itu mobil jemputan sudah datang."

Arin berlari kecil menuju ruang tamu mengambil tas kecil dan tas yang berisi laptop.

Kemudian masuk mobil. Bermaksud supaya mereka berdua gak sempat mengungkapkan sepatah katapun. Dan mereka saling melambaikan tangan hingga mobil tak terlihat.

Tak lama kemudian mobil Bu Surti datang.

"Selamat siang everybody. Wah ibu ketinggalan kereta ini. Kok rujaknya sudah habis… e Ndut belikan krupuk dong biar asik menikmati rujak buatan Aisyah.". Kata Bu Surti sambil duduk didepan cobek berisi bumbu rujak, kemudian mengiris buah yang sudah dikupas yang di baskom plastik. Aisyah pun bergegas duduk membantu Bu Surti mengiris buah yang kali ini lebih lengkap lebih banyak.

Sambil menikmati,Bu Surti menceritakan kejadian yang dilihat ketika lewat depan pertokoan sedang dijambret kemudian dia tertabrak mobil saat dia mengejar jambret. Dan meninggal seketika.

"Ya, jadi ibu terlambat sampai sini, karena saking macetnya. Karena belum ada polisi yang menangani, sehingga korban masih tergeletak di jalan itu dan ditutupi tikar."Katanya

"Wah hape baru ya?" Tanya Bu Surti. Saat melihat ada bekas bungkus dan kotak hp di amben bambu tempat mereka menikmati rujak.

Si embul berlari kecil. Nafasnya terengah-engah, sehabis lari membeli beberapa bungkus kerupuk.

"Waduh mbul, seharusnya kamu banyak olah raga pagi, biar badanmu berkurang. Jadi kalau lari gak sampai ngos-ngosan begitu. Untungnya kamu gak tinggal di Bali yang daerahnya Banyak guk guk nya." Canda Bu Surti. Si Endut tersemyum.

"Ayolah temani ibu menikmati rujak buatan istrimu ini." Pinta Bu Surti. Kemudian ia melanjutkan. "O iya ada kerjaan baru buatmu Ndut, itu sih kalau kamu mau. Tapi ini bukan pekerjaan wajib sich."

"Siap Bu."

"Temenin ibu olah raga pagi, jalan santai. Kamu bisa ajak Aisyah istrimu, ya gak usah terlalu lama, 60-90 menit cukuplah, kita berangkat jam 5. Berarti berangkat dari sini setengah lima. Habis itu Anter ibu. O gak wis kita janjian saja ketemu di depan kantor bupati, terus kita jalan bersama, mulai besok ya." 

"Oke, siap Bu."

"O iya, dari tadi ibu gak lihat si Arin kemana dia?"  Mereka berdua saling memandang. Dan gak tau harus menjawab apa.

"Pamitnya sih cuma keluar." Kata si Endut.

Sementara itu. Mar Sokran dan Siska masih berada di Bali untuk Menenangkan pikiran kalutnya .

"Sam gantian dong, giliran Siska yang berbaring, sudah kesemutan nich liat sudah merak nih terlalu lama pakai bantal.". Dilihatnya lalu dicium. "Muuuaaaach.. sudah sebentar lagi juga ilang." Kata si Sokran

"Awas bangun, mancing harimau lagi nonok aja Nok."

Mereka berdua. Seakan sudah gak pernah punya beban. Dan entah sudah berapa lama mereka menginap di villa itu.

…………….. Bersambung.

   

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience