Episode. 10

Family Completed 3810

"Nama toko vapemu keren banget. Pasti bakal booming tuh bakal mengalahkan MTV store yang ku gagas satu dasa Warsa lebih." Puji Mat Sokran. Sambil memandangi bibir Siska yang tipis mungil criwis itu.

"Bapak memujinya kok sambil menatap bibir Siska sich?!. Siska jadi kepengen malu Nok."  Kata Siska sambil mendekatkan bibirnya dekat hidung Sokran yang mancung berjarak setipis kain linen hingga terasa nafas Mat Sokran di bibirnya.

"Hem,kamu mulai genit lagi sama bapak rupanya?"  Kata Sokran sambil memegang bibir Siska dengan dua jari Jempol dan telunjuk kedua tangan kiri dan kanan. Namun Siska makin memoncongkan bibirnya.

"Hem…mirip bibir Donal bebek jadinya."  Lanjut Mat Sokran, lalu melepaskannya dan berganti mencubit kedua pipi Siska. Kesempatan itu dipakai Siska untuk merebahkan tubuhnya dalam pangkuan Sokran namun dia tak menghindar dan di peluknya Siska erat-erat. Lalu berkata: "Kalau pelukan bapak membuatmu nyaman dan damai, diam jangan bergerak."

"Ndok, jantungmu berdegup kencang banget?...sudah-sudah ntar bahaya."

Siska tersipu malu. “Maafkan saya bos, o iya saya mau diajak kemana?”

“Kalau ditinggal terus tokomu yang jaga siapa?”

“Ada dua yang bisa saya andalkan walau masih belum sepenuhnya, tapi lumayan lah. Kedepannya memang bakal Siska percayakan sama mereka berdua.. Lha emang rencananya kamu mau kemana?".

“Menikah."

“Emang kamu sudah punya calon? Kok bapak gak dikenalkan sich!!. Wah sekarang mulai ada rahasia ya?”

“Gak perlu pasti bapak sudah tau orangnya."

“Siapa?”  desak Sokran.

“Bapak!!!”  Mendengar jawaban Siska yang polos membuatnya tersedak. Si Sokran gak harus menjelaskan, biarlah waktu yang akan membuktikan. Setelah mendengar pengakuan tulusnya, sebenarnya dia ingin membatalkan rencana. Tapi tak dilakukannya.

“Bapak ingin mengajakmu ke tiga pilihan tempat, dan pasti pilihan yang bapak berikan akan sama seperti yang bapak pikirkan."

“Okey, sebelum bapak memberikan pilihan Siska cuman minta satu permintaan.” Kata siska sambil memegang tangan Sokran lalu mengayun-ayunkan, sambil tersenyum dan memandangi mata si Sokran.

“Apa coba katakan barangkali bapak bisa mengabulkan.”

“Sekarang posisi Siska kan bukan lagi karyawan yang mengabdi di tempat bapak seperti dulu, jadi agar enak ajjjjja, gimana kalau kita jadi temenan, toh dalam usia, gak terlalu jauh seperti antara bapak dan anak, ya apalah yang enak didengar ditelinga kira-kira seperti itu."

“Bener Juga apa katamu, dan up to you sajadah."

“Nah sekarang juga kita terbang ke Bali aja ya beib?”

“Sudah kuduga.”  Pikir Sokran.

Beberapa jam mereka sudah di bali, sebuah mobil sudah berada di penjemputan.

“Dengan mbak Siska ya?”. Tanya sang sopir yang ditugaskan untuk mengantar mobil ke bandara menemui Siska.

“Hem betul."  Jawab Siska sambil memandang sumber suara.

“Ini mobil yang mbak pesan, surat-surat nya sudah ada di dasbor."  Kata sang sopir 

“O iya terimakasih, terus mas nya gimana, apa perlu saya antar."

“Gak usah mbak saya sama teman sudah bawa mobil, itu di depan, kalau begitu saya pamit dulu ya mbak?”

………………………….

“Okey kita kemana dulu, yang penting hawanya nyari yang sejuk.”

Tanpa banyak tanya Siska langsung meluncur ke daerah Ubud, walaupun tidak terlalu dingin tapi pemandangan pedesaan yang masih ramah lingkungan dan tidak banyak tercemar polusi seperti di perkotaan. Melewati bypass dimana aroma lautnya menjadikan suasana tersendiri. “Bebeib kita mampir di restoran ayam betutu ya, kangen aroma masakannya.”

“Kita lewat ida bagus Mantre ka?. Di sana ada ayam betutu sama mujair nyat nyat yang bikin ketagian.” Kata si Sokran.

“Iya sekangen dipeluk bebeib.” Katanya sambil  senyum Mat Sokrandari kaca spion.

"Berhenti di pom bensin bypass Sanur biar pipi yang bawa mobilnya". Pinta sang majikan

"Asiiik." Jawab Siska.

"Apanya yang asik?". Tanya si bos

"Pipi,Miminya tayank." Jawab Siska lembut, sambil meringis.

Karena jalanan agak longgar, Siska tancap gas. Dengan wajah ceria menghiasi sepanjang perjalanan Siska. Mat Sokran merasakan itu. Memang sejak awal perhatian Siska kepadanya sangat dirasakannya, dan ia lakukan walau di depan si Surti istrinya. Totalitas dalam pekerjaan yang dia emban ia kerjakan secara profesional dan sempurna.

"Kok Pipi diam saja?". Tanya Siska dalam kebisuan selama perjalanan.

"Hem, lagi sariawan."  Jawabnya. singkat.

"Ntar di villa Mimi obati deh, sekarang pipi bobo aja ntar sampai Mimi bangunin."  Kata Siska.

Perjalanan itu memang benar-benar dikebut oleh Siska agar cepat sampai, dia tau bahwa mantan majikannya lagi suntuk. Itulah sebabnya salah satu kepiawaiannya dalam membawa mobil di ekspresikan. Gak salah sih Sokran memuji gesitnya dalam semua pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.

……………………………………..

“Jam berapa ini."  Tanya sang Owner.

“Pipi bobonya nyenyak sekali, makanya mimi gak berani membangunkan. Ini sudah larut tayank, dah bobo lagi ajjja."  Didekapnya sang Owner tanpa merasa canggung. Hingga pagi datang menjelang.

Duduk di teras menghadap persawahan berhias tarian nyiur yang terterpa oleh semilirnya angin.

“Coba telpon resepsionis, suruh kirim wine dan dua gelas, temani pipi disini jangan kemana-mana."  Pinta sang Owner. Seperti permintaan sang Owner waktu di perjalanan menuju villa itu. Siska memakai jeans gemes hem putih tipis dengan kancing baju di bawah dada, lengan digulung acak. Memakai bra sport putih gading, rambut dibiarkan terurai lepas. Ini biasa dikenakan saat Siska mempromosikan vape saat live streaming. Entah apa maksud sang Owner. Siska hanya menuruti apa kata sang Owner, dia sangat percaya padanya.

Tak lama kemudian pesanan diantar, Siska menuangkan buat sang pujaan angannya.

“Maaf, pipi gak bermaksud menyuruh mimi memakai ini, pipi tadi hanya bilang kalau mimi terlihat modis berkelas dan sangat adem pipi melihatnya."

Mendengar pengakuan sang Owner, Siska tersenyum tipis.

Sepanjang siang itu Siska menemani dengan pembicaraan santai, tanpa menyinggung hal-hal berbau bisnis, ataupun menyinggung tentang hubungan mereka berdua bakal dibawa kemana. Siska tau sang Owner hanya ingin ditemani tidak lebih.

Dia sering berfikir, seandainya dapat bos selain dia dan sering bepergian ke berbagai tempat, mungkin si Siska sudah dilumat dari ujung kuku jempol kaki, sampai ubun-ubun karena dia bukan saja cantik, yang pasti nilai mendekati A+ masih orisinil lagi. Tapi Owner yang satu ini sangat menghargai seorang wanita dengan caranya yang gak bisa ditebak. Setidaknya itu yang sering terbersit dalam pikiran Siska. 

Tak terasa malam mulai merambat, perlahan tapi pasti.

“Sudah malam yuk masuk aja, tapi kita ke seberang jalan itu ada resto bebek tengah sawah.”Ajak sang bos.

“Kalau pipi pusing gak usah kesana, mending pesan biar dibawa kesini,”

“Hem gak nikmat tho wok!”. 

“Terserah pipi ae wis.” Siska pasrah 

……………………………….

Malam itu.

“Kenapa pipi gak bisa bobo? Emang ada sesuatu yang memberatkan tho, sampai-sampai pipi dua hari ini, gak nyenyak tidurnya”. Kata Siska, saat berada di pelukan Mat Sokran, sambil menatapnya. Hingga beberapa lama Siska tak mendapatkan jawaban. “Ya sudah, sang Owner mungkin tak ingin orang lain mengetahui masalah pribadinya.” Pikir siska. Dia langsung menyembunyikan wajahnya di dada sang Owner dan memejamkan matanya. Hingga matahari hampir ditengah.

Kebiasaan sang Owner kalau bobo cuman memakai jeroan. Jadi terlihat jelas kala dedeknya lagi terbangun, namun Siska hanya melihat sesuatu hal yang biasa, sebab memang Siska belum pernah mendapat kunjungan bentuk semacam itu.

"Pi tuh gerak-gerak."  Bisiknya.

"Biarin aja gak usah dilihat, ntar dianya juga bobo." Kata song pujaan hati. Kemudian mendekap Siska.

"Pipi,aaah, Siska mau mandi nih."  Kata Siska manja.

"Ntar mandi bareng aja." Jawabnya spontan. Kemudian dia memejamkan mata lagi. Dan Siska membiarkan dirinya dalam pelukannya. Ada rasa nyaman ketika Siska dalam dekapan sang Arjuna si bos yang penuh misteri ini. Of Namun dia tetap mengikuti alur cerita si bos sang pujaan hati. Ia berusaha untuk mengikuti arah tanpa harus terhanyut.

Sore itu mereka berdua sama-sama malas keluar sehingga memilih pesan menu yang ada di restoran villa itu.

"Pi,boleh Siska tanya sesuatu?". Kata Siska.

"Seribu satu pertanyaan juga boleh." Jawabnya.

"Iih, serius nich". Katanya manja.

"Pertanyaan apa coba sebutkan?".

"Pertanyaan orang dewasa."

"O."

"Kok, cuman O ajja?".

*O,i,u."

"Pipi jahat." Katanya sambil memeluk sang bos lalu mencium kemudian mengulum bibirnya.

Sokran gak berusaha mengelak namun mengikuti irama ciuman Siska. Sesaat kemudian dia berkata ; "kok tanpa irama gitu gak seru tau?". Mendengar komentar si bos Siska tersipu malu dan menjawab ;" Maaf jujur Siska gak tau caranya.

"Begini caranya ikuti iramanya". Dikulumnya ... Hingga… beberapa saat kemudian sang bos berkata : "Awal yang baik dan sudah mulai ada perlawanan". Dicium kening Siska.

"Apa itu?".

"Enggak tadi pipi main mobile legend, lawannya sudah mulai bisa melawan, jadi kan gak main sendiri." Jawab Sokran.

………………………..

Pemandangan sore itu menyuguhkan panorama yang seakan menunjang, mendukung kedua insan saat menapaki jalan tak rata, kiri kanan terdapat rumput liar yang subur liar terkena siraman hujan beberapa waktu yang lalu. Pelepah daun pisan yang mulai mengering terjuntai lemas tak berdaya diombang ambingkan terpan angin. Sedang yang masih segar hijau menari mengikuti candaan angin yang terkadang sedikit binal.  Dipetiknya bunga rumput liar dan diciumnya oleh Siska. “Tak beraroma.” Katanya sambil tersenyum. 

Kumpulan burung kecil terbang sebentar hinggap pada padi yang menguning, beberapa saat kemudian terbang lagi. Sedangkan burung tekukur seakan tak peduli mencari makan walau di dekatnya lewat sepasang anak manusia yang entah mau kemana. “Disini kita masih bisa melihat burung liar berani mencari makan di sekitar manusia. Kalau di daerah kita melihat kita dari jauh saja sudah kabur,” kata Siska. Mereka berdua terus menyusuri jalan setapak tampa arah tujuan.

Pepohonan tinggi berjajar sepanjang jalan yang mereka lalui, seakan mereka berebut mencari sinar mentari, sehingga terkesan saling berlomba untuk mencapai ketinggian, jenis jenis pohon tertentu terlihat kurus, ceking tinggi, sedang pepohonan besar lainnya seakan tak peduli keadaan di sekitarnya. “Gambaran dalam kehidupan disekitar kita, hidup terutama di kota seperti inilah saling bersaing mendapatkan apa yang mereka harapkan.” Kata Mat Sokran. Sambil menatap wajah Siska. “Yuk kita balik arah, terlalu jauh kita jalan.”

“Iya juga say.” Jawab Siska, kemudian jinjit untuk mencapai pipi Sokran,kemudian mencium pipinya. Mengetahui hal itu, sang owner sedikit merunduk agar bisa dengan mudah digapai.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience