Episode. 8

Family Completed 3810

"Rin...kok ibu gak pernah liat kamu kayak teman-temanmu yang lain..?!"
"Maksud Ibu.. ?". Tanya Arin gak mengerti dengan pertanyaan si Surti.
"Kamu kan sudah dewasa, apa kamu gak punya calon pendamping.. yah minimal teman dekat begitu".
"Iren belum mau mikir sampai ke sana Bu, Iren masih pengen fokus sama kerjaan".
"Tapi kan bisa kayak temanmu yang lain, sambil kerja kan bisa nyari calon buat masa depanmu nanti.. kalau boleh tau kriteria semacam apa sich menurut kamu jika nanti kelak berumah tangga". Tanya Surti.
"Kalau boleh jujur, Arin itu bangga sama ibu"
"Lho. Kok mengalihkan pembicaraan..".
"Enggak Bu..ini serius, Arin pengen kelak mengikuti teladan Ibu..".
"Maksud kamu pengen punya suami yang kayak Bapak gitu...?".
"Sejujurnya iya...".
"Alasannya..?".
"Bapak itu sosok orang bertanggung jawab, cerdas, semangat, gak banyak bicara tapi berwibawa, sayang hanya kepada istri dan gak bisa disebutkan satu per satu... Jadi Ibu orang yang paling beruntung di dunia ini".
"Bener yang kamu ucapkan dan itu pengakuan tulus dan jujur". Dipeluknya Arin dan dia pun tak sungkan sungkan merebahkan kepalanya ke pundak sang majikan yang baik hati itu.
"Tapi Ibu berdosa, gak bisa memberikan keturunan untuk melengkapi kebahagiaan dalam sebuah rumah tangga..".
"Tuhan belum memberikan karunia itu...yang sabar ya Bu".. Dipandanginya sang majikan yang sedang meneteskan air matanya. Dan Arin berusaha untuk menyeka.
"Pengen sih Ibu minta tolong kepadamu, Karana selama ini Ibu selalu memperhatikannya, kamu cerdas,rajin, polos, tidak banyak tingkah seperti yang lain, Ibu juga memperhatikanmu..,Jadi Ibu berani meminta pertolonganmu..".
"Terimakasih atas pujiannya, Bu dan kalau boleh tau apa yang bisa saya lakukan untuk Ibu..?!". Perlahan dan berhati-hati Surti berkata lirih.
"Mau kah kamu menjadi istri Bapak, untuk memberikan keturunan kepadanya.."
"Maksud Ibu..?!" Tanya Arin seakan yang dia denger itu sebuah mimpi. Perbincangan ini dikatakan si Surti sudah hampir empat tahun berlalu, namun selalu saja terngiang di hati dan pikiran Arin.
Beberapa kali Ibu memberikan kesempatan mereka berdua, agar bisa lebih dekat.
Menginap di Trawas bertiga. Ke puncak Bogor, dan bahkan setiap kali traveling Ibu mengajak ku, Bahkan saat-saat ditinggal pulang ke rumah orang tuanya di kampung, yang meladeni menyiapkan segala sesuatunya Bapak adalah aku Tapi sepertinya Bapak sama sekali tidak tertarik padaku.
Pikiran ini sering terlintas di benak Arin.

"Ah., mengapa pikiranku jadi segila ini.?
Seandainya Ibu benar -benar merelakan bapak.. untukku, bukankah berarti aku menyakiti hatinya ? .
tapi... kalau aku gak meluluskan permintaannya, bukankah aku juga menyakiti hati Orang yang telah membuat hidupku seperti sekarang ini..?
Seandainya aku mengabulkan permintaan ibu, bagaimana caranya..?!.. apa yang harus aku lakukan ?".

Telp berbunyi.
"Kalau ada waktu temenin ibu, lagi gak pengen sendiri".

Sepanjang perjalanan menuju rumah Ibu angkatnya kembali pikirannya melayang entah mengembara kemana.

Tiba-tiba truk berlawanan arah yang sedang oleng menabrak bagian belakang, beruntung Arin masih sempat membanting stir ke kiri. Namun tetap juga mobil yang dia kendarai jungkir balik, masuk jurang dan tertahan oleh pepohonan. sedang truk masuk jurang di kedalaman 30 meter lebih.dan terbalik.
__________

Si Surti dan Mat Sokran bergantian menjaga Arin. mereka berdua memang menganggapnya sebagai anaknya sendiri, terlebih Mat Sokran. Seminggu Sudah Iren di rawat di Rumah Sakit Swasta..
Mat Sokran bergegas lari memanggil dokter jaga ketika dia melihat bahwa tangan Iren mulai bergerak.

"Mama pulang saja, biar Papa yang menjaga Iren.lagian Arin sudah sadar dari koma.... jangan bawa mobil sendiri, anak-anak yang suruh jemput". Kata Mat Sokran lirih.

"Biar kita jaga sama-sama disini".

"Tapi Mama sudah seminggu di sini belum pulang lho... Ma.... Mama perlu istirahat sayank". Dikecupnya kening sang Istri.

"Ya sudah, nanti kalau perlu apa-apa telepon Mama ya". Kata Surti.

Saat Arin membuka mata pertama, semenjak kecelakaan itu terjadi yang dia lihat adalah Mat Sokran sang Bapak angkatnya.

"Arin ada dimana?!". tanya dia lirih.

"Di sini, sama bapak sayang ". Jawab Mat Sokran, lupa kalau Arin bukanlah anak SMP seperti yang dia kenal dulu. Dipegangi dengan kedua tangannya dan sesekali dicium tangan Arin "Cepat sembuh ya sayang". Kata Mat Sokran sambil memandangi Arin penuh cinta dan kasih sayang.

Sebulan telah berlalu setelah kejadian naas itu. perlahan-perlahan pemulihan mulai nampak, namun masih belum bisa melakukan apa-apa sendiri.

Kedua pasutri ini tidak mau orang lain yang merawat Iren. si Surti menganggapnya itu terjadi karena dia, sedangkan Mat Sokran menganggapnya bahwa orang tua yang perlu memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada anak yang dikasihinya. Terlebih setelah ayah kandungnya meninggal terkena serangan jantung setahun setelah pasutri ini mengangkatnya sebagai anak asuh.

Digendongnya Arin masuk kamar. "Sudah, Arin bobok siang dulu, Sudah terlalu lama diluar".
"Iren bosen pak, pengennya di taman ajjjja. Lagian kapan sehatnya, kalau terus dikamar ?". Diciumnya kening Arin dan dikecupnya bibir mungilnya. "Anak cantik harus manut biar cepat sembuh, tar kalau bangun bapak angkat dan tak temenin di depan, sampai Ibu Dateng". Dikecupnya kedua pipi Arin, diselimuti ya lalu Mat Sokran duduk di samping Arin.

"Makasih pak, buat semua perhatian yang diberikan kepada Arin..".
Saat terlihat Arin terlelap, Mat Sokran pindah duduk di kursi dekat tempat tidur. dan masih tetap memandangi si cantik, imut,lugu ceria, tapi gak tomboi seperti dulu, bahkan berubah jadi kalem seiring berjalannya waktu.

"Sudah tadi Iren bobo..?".Bisik Surti.
Dikulumnya bibir sang suami..
"Sudah...". Diciumnya balik sang Istri kemudian di gendongnya menuju kamar. Direbahkan ya si Surti perlahan. Lagu Lampung mulai terlantun. Seperti biasa. Sedikit saja Mat Sokran diperlakukan manja oleh si Surti....hemmmm.. nakal dan liarnya pun terumbar... hingga si Surti tak berdaya....namun Minta nambah.
__________________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience