Episode 14

Family Completed 3810

"Pa," Didekatinya sang suami, dicium dan dikecup kemudian dikulumnya bibir sang suami. Walau Arin berada tak jauh dari situ. Hal ini biasa terjadi di depan Arin. Sehingga baginya adalah hal  wajar dilakukan oleh suami istri.

"Ternyata supplier kita yang di Korea memajukan jadwal mereka untuk berkunjung di tempat kita, gimana ini?". Mendengar hal itu sang Suami terdiam gak bisa mengambil keputusan.

"Ya sudah kalau begitu, temani Arin. Mama menemui kolega kita dulu. Nanti mama nyusul kesini, gimana?".

"Menurut Arin, kalau boleh usul sebaiknya ibu dan bapak menemui mereka dulu, masalahnya ini menyangkut kemajuan Mattia Collection."

" Kapan mereka datang." Tanya sang suami. Kemudian si Surti menunjukkan Email dari koleganya yg baru diterima di Surti.

"Arin disini saja, nanti kalau bapak dan ibu selesai akan kesini okey?". Pinta sang bapak angkat

"Arin sudah dewasa dan bukan Iren yang suka panjat pohon demi layang-layang putus tak bertuan, jadi gak perlu kuatirkan Arin." Tumben-tumbennya Arin berkata sedikit terlihat berani di hadapan sang bapak angkatnya.

Kemudian pasutri itu mengemasi barang bawaannya. Namun si Surti berbisik kepada sang suami. "Pa. Memang Arin sudah dewasa dan mampu mengurus dirinya sendiri tapi." si Surti berhenti sejenak.

"Tapi apa?". Tanya sang suami.

,"Tapi dia kan baru sembuh dari kecelakaan, apalagi dia mengalami koma, jadi mama kuatir." Kekhawatiran sang istri memang mendasar dan masuk diakal. "Terus kita ajak pulang juga?". Saut sang suami.

"Jangan tho pa, yah lebih baik papa yang mengalah demi Arin, kasihan nanti dia kecewa." Pinta sang istri.  

"Ya sudah kita bicarakan bertiga nanti saat makan siang, kebetulan papa sudah minta makan siangnya di sana dekat pantai, yang kita duduk-duduk samalam."

 Tak lama kemudian bagian resepsionis memberitahukan bahwa makan siang sudah tersedia. Dirangkulnya kedua wanita istimewanya, Arin di sebelh kiri, sang istri di sebelah kanan. “Sepertinya kita harus mengulang kembali, saat ada waktu luang nanti, mama kok jatuh hati berada di sini. Hati terasa damai, nyaman dan tenang banget.”

“Ada puluhan bahkan lebih Ma, kalau kita kepingin yang seperti ini. Ya suatu saat nanti kita akan berkunjung lagi. Tinggal Bagaimana kita dapat mengatur waktu saja, lha wong kita masih belum punya manajer handal yang bisa kita percayakan kedua usaha kita yang berbeda. “Mangkanya kenapa bapak dan ibu menginginkan Arin menempuh jenjang yang lebih tinggi."

"Iya pak,Bu.. terima kasih dukungan dan dorongan bapak ibu setahun lagi Arin dah kelar S2,Program Studi Magister Manajemen dan Bisnis.".

"Kalau mengenai praktek kamu nilainya sudah  A + +  jadi minimal usaha kita ada yang ngawasi.* 

*Betul Bu, ibu dan bapak bisa tinggal sesekali ngecek dan Arin yang ngawas. Saut Arin.

 "Iya menikmati hasil perjuangan kita tanpa harus menghabiskan waktu, bapak sama ibu."

“Bener kan saran ibu dulu, ya dua tahun bukan waktu yang lama kan Wok.”  Tambah bu Surti

“Nanti kita bicarakan, sekarang saatnya santai bukan membicarakan soal bisnis.”

Saat tepat di depan hidangan makan siang.

“Ini masakan Bali, namun sudah dikolaborasikan, sehingga semua  dapat menikmati paduannya. Karena disesuaikan dengan lidah internasional.”  kata si Sokran menjelaskan sambil mencicipi salah satu masakan yang dia kenal yaitu “ayam betutu”, ada “sate lilit”, “tum ayam”, “lawar nyuh”, “Pepes pindang” dan masakan khas andalan masyarakat Bali lainnya. 

Nampaknya saking asiknya mereka bertiga menikmati makan siang, memakai piring yang terbuat dari tanah liat dilapisi daun pisang. Sampai  lupa bahwa mereka akan membicarakan soal siapa yang bakal pulang meninggalkan Bali untuk menemui koleganya dari korea.

"Masih terlalu panas untuk ke pantai, kita duduk-duduk disini aja."  Kata si Sokran. 

"O iya mama sudah cek pesawat hari ini berangkat jam berapa?". Sambungnya.

"Mama dapat jam 15.15, mama tak siap-siap dulu. Papa temeni Arin saja, selamat menikmati liburan." Kata si Surti. "ati-ati jaga siArin. Untuk sementara gak usah kepantai jaga kakinya masih sangat rawan karena baru pulih. Mending renang aja, melatih kaki biar cepet pulih." Tambahnya. 

"Suasana sangat nyaman untuk beristirahat menenangkan pikiran." Kata Mat Sokran.

Sebelum si Surti balik  banyak hal yang mereka bicarakan terutama untuk strata 2 yang mereka bahas dan Arin setuju dengan alasan yang disampaikan oleh kedua pasutri yaitu si Surti dan suami.

Sore itu usai nerengan. Mereka berdua duduk di balkon sambil menikmati minuman penghangat.

"Arin belum pernah minum wine pak, jadi Arin temenin Sama ya?". Katanya sambil tersenyum.

"Ya kalau pengen tau rasanya icipin saja gak apa". Kata si Sokran.

"Anginnya terlalu kencang lebih baik temanin bapak di dalam saja."

Tanpa Seminggu Sudah mereka menginap di Maya Resort. Selama perjalanan pulang bahkan sampai di rumah tak banyak kata yang terucap. Sore itu Arin tak terlihat hanya  si Sokran sang suami yang duduk di ruang santai keluarga.

"Jam berapa papa sampai?". Dikecupnya kening sang suami.

"Menjelang siang, mungkin jam sebelas." Jawab sang Suami datar. "Sebentar pa,mama tak mandi dulu, biar gak acem." Pamit siang istri. Dihisapnya sebatang rokok, setelah habis nyambung lagi.

"Mana Arin kok gak kelihatan?" Tanya sang istri

"Mungkin tidur kecapean kali". Jawab si Sokran singkat. "Mungkin mereka berdua kecapean." Pikir si Surti.

"O iya agen kita yang ada di Korea kemarin, minta untuk diantar ke bagian produk, karena ingin melihat langsung, terus minta ditemani keliling tempat-tempat wisata jadi ya lima hari waktu yang kami habiskan menemani mereka, makanya mama gak bisa berangkat ke bali."

Mat Sokran hanya melihat bibir fang istri saat bicara. Merasa dilihat terus si Surti langsung mencubit hidungnya yang mancung, si Sokran langsung nyengir. "Kangen ya?". Bisik sang istri.

Seminggu Kemudian, di pusat Mattias Vape Store. Barang datang tiga mobil box, namun sang Owner tidak dikabari, karena staf sudah tau kalau sang boss lagi izin libur gak bakalan mau menerima telepon maupun baca WA apapun yang ada hubungan dengan pekerjaan. Para staf Mattias Vape Store memang sudah terbukti dan sudah terlatih. Sang Owner sebenarnya juga berkeinginan untuk 11 menerapkan juga pada Mattia Collection tapi memang mungkin masih belum menemukan orang yang pas untuk menangani, karena menurutnya sebuah komplek dalam penanganannya.

Dibukanya hp pribadi, baru saja dibuka. Ada panggilan masuk, hari ini ada acara Tour komunitas Harley  Jawa- Bali-Lombok. Tumben si Sokran lagi malas keluar.

Sepulangnya dari Bali kemarin sepertinya dia enggan beraktivitas dan memilih untuk bermalas-malasan di kamar.  Sang istri merasakan juga keberadaan sang suami.

situasi di Mattias Vape Store pusat siang ini.

“masing masing person membagi satu varian, melihat jumlah baru dibagi tiga puluh dari jumlah barang yang datang.” Kata mas Agung tangan kanan si Bos

Ketika Siska Datang ke Mattias Vape Store dan menjumpai kawan-kawan lama. diluknya Siska.

“Aduuuh… sampai kangen aku non.” kata Ayu Asri teriak histeri, membuat teman-teman yang lain pada menoleh. ketika Ledy Cuplik yang bernama  Rasti Sahara melihat Siska, ia pun langsung menghampiri dan memeluknya. Katanya : “Biyuh, kamu kebangetan non, ninggalin kita gak pamit, gak ada kabar aku sampai kangen tau?!”. Sambil terus memeluknya, tetes air mata rindunya benar terungkap nyata.

“Iya aku kangen juga, bagaimana kabar kalian semua…okey selesaikan dulu pekerjaan kalian baru kita ngobrol.” Pinta Siska.

mendengar Siska datang, mas Agung pun menghampiri Siska katanya: “O… jadi MisKa Vape Store, iku kamu tho Sis Ownernya?, kok begitu kami ngilang tiba-tiba ada pelanggan baru yang jumlah orderannya sempat menyapa rangking pertama.” Tanya mas Agung. Siska hanya tersenyum. “Selama ini, kami hanya mensupay, tanpa tau siapa pemesan, maupun penerimanya.”.

Sore itu pembagian ke semua cabang, cepat terselesaikan, karena menurut mas Agung. justru saat sang Owner tak mengawasi pekerjaan kita, harus kita selesaikan lebih cepat namun ketelitian paling utama.

mereka menata meja dan berkumpul untuk bersulang atas kesuksesan dalam pengiriman dan dilanjutkan makan malam bersama, mengelilingi meja yang mereka tata.

“Non, ternyata kamu berhenti dari sini itu memang bertujuan buka sendiri tho, selamat deh kami disini tidak ada yang bisa hadir, yah kamu sendiri tau kan gimana kerjaan disini gak bisa ditinggal bareng-bareng.”  Tanya Ledy Cuplik Siska hanya tersenyum. Kepolosan si Siska memang tampak, ketika diluar pekerjaan.

pertemuan mereka bertiga, dilanjutkan di rumah Ayu Asri dengan ngobrol sampai hari menjelang pagi, Ayu Asri dan Ledy Cuplik banyak mendominasi cerita mereka dengan pengalaman-pengalaman lucunya, sampai hal-hal yang sangat pribadi buat mereka menceritakan hal pribadi memang sesuatu yang biasa, namun Siska hanya sebagai pendengar, kalau ceritanya lucu, ikutan ketawa sampai ngakak,  sebotol ditemani Jack Daniel dan lima botol beer.

“Non tau gak, kemarin si Ayu kecantol pelanggannya, wah mesra habis pokoknya, berangkat diantar pulangnya dijemput. bahkan mereka berdua sudah sewa apartemen.” bisik Ledy Cipluk, “aku sampai iri melihat kemesraan mereka berdua.” Tambahnya

“Iya, untung baru jadian tiga bulan.”  Kata si Ayu. “Istrinya lagi hamil tua memergoki kami berdua di sebuah restoran. dan untungnya saat itu aku pas baru keluar dari kamar mandi. melihat istrinya ngamuk dan nangis-nangis, aku langsung lari lewat pintu belakang, seminggu kemudian, aku minta tolong sama mas Agung untuk mengambilkan barang barangku di apartemen itu.” Lanjutnya.

"Hmmm… …beberapa waktu yang lalu aku menyerahkan kepada sang Owner milikku sekali saja. Aku merahasiakan dalam-dalam takut ada yang tau, tp mereka  malah menceritakan dan menjadi bahan bercandaan." Pikirannya.

“Lumayan juga, setidaknya sudah merasakan berbagai jurus pamungkas dalam dunia persilatan.” Tambah si Ledy Cuplik. Mereka bertiga ketawa terbahak-bahak.

“Sudah pagi ini non yuk kita tidur.  Btw ntar sore jadwal siapa.” Tanya Siska mengalihkan pembicaraannya.

Siang itu mereka ke pasar, bermaksud belanja untuk makan siang. "Bu, tempenya berapaan ini?". Tanya Ayu. "Biasa non, ambil semua ya?, Tak kasih bonus dua wis. Masalahnya sudah siang mau cepet pulang nih, maklum sudah kangen istri." 

"Ya sudah bungkus pak. Pasti istri muda ya pak?". Tanya Ayu. Balik tanya.

"Ah e non ini tau aja.".

"Emang istrinya ada berapa?".

"Lima non." Jawabnya sambil menyodorkan tempe dan kembalian.

"Wak, hebat bapaknya."

"Iya non digilir dua hari sekali, maksudnya dua hari sekali. Satu sampai lima itu orangnya ya satu, cuma ganti bajunya aja yang dua hari sekali." Mendengar seloroh dagang tempe mereka bertiga ketawa ngakak.

Setelah keliling pasar dan belanja keperluan mereka langsung pulang. Karena letak pasar gak terlalu jauh mereka jalan kaki sambil ngobrol.

Masakan Ledy Cipluk memang maknyus, walau sederhana, cuman sayur lodeh sambal bajak dan tempe goreng dan beberapa potong ayam goreng. Tapi mereka bertiga menikmatinya seperti menikmati olahan chef ternama. Karena tugas Ayu dan Ledy Cipluk lebih sore dari hari biasanya. Maka mereka bertiga pun berangkat sama-sama. "Sis aku numpang kamu aja ya, lagi Males bawa sepeda." Pinta Ayu.

"Ah… bilang aja pengen naik mobil barunya Siska, gitu EA kok malu-malu kucing." Saut Ledy Cipluk. Mereka bertiga kalau sudah ketemu memang bercandanya kelewat batas. Tapi gak ada yang pernah tersinggung walau candaannya kadang bebas hambatan.

"Kamu balik ke kotamu kapan non?". Tanya Ayu

"Yah malam ini, sehabis ketemu dan ngobrol sama temen-temen.".

"Kamu bawa mobil sendirian gak ada yang diajak ngobrol gak bosen?, Emang berapa jam perjalanan yang kamu tempuh?".

"Normal ya dua belas jam, cuma kalau lewat tol sekitar, enam sampai tujuh jam. Tapi sayang uangnya. He…he…he."

Sementara itu dalam waktu yang sama di rumah si Surti sore itu.

"Bu, Arin sore ini mau melihat rumah, mau bersih bersih karena sudah sebulan lebih Arin pasti kotor banget." Pinta Arin.

"Ya nanti ibu minta beberapa karyawan untuk membantu membersihkannya, lagian untuk sementara waktu jangan bawa mobil sendiri, harus ada yang anter." Kata Bu Surti.

"Iya Bu,biar Arin naik taksi saja, kasihan mereka juga pada capek dengan pekerjaan mereka, kalau cuma bersihkan rumah secuil Arin masih bisa kok."

"Ya sudah biar ibu saja yang nganter, kebetulan sore ini ibu juga mau cari AC itu cabang kita yang di jln. Ayani, sama di jln Gatsu sudah minta ganti.".

Setibanya di dekat rumah Arin.

"Maaf ya ndok, ibu gak mampir, nanti kalau ada waktu senggang ibu bakal main ke rumahmu."

"Iya Bu terima kasih sudah nganter Arin." Katanya. Ketika mobil sang ibu angkat melaju tak terlihat, baru Arin masuk rumah.

Sejak sepulangnya dari Bali, sepertinya Arin terlihat tak ada senyum di wajahnya dan cenderung untuk lebih memilih diam tanpa melakukan aktivitas apapun, gak seperti biasanya. Entah apa yang terjadi pada Arin sehingga dia bersikap seperti ini.

…………….Bersambung 

  

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience