Episode 16

Family Completed 3810

Semakin hari, Arin mulai merasakan ada yang hadir dalam tubuhnya. Disatu sisi dia telah merasakan bahwa misi yang diemban sudah menunjukkan ada tanda-tanda keberhasilan. "Sabar ya sayang, mama akan merawatmu, memanjakanmu sampai kau hadir dalam dunia nyata." Kata Arin  sambil mengelus-elusnya. 

"Hallo mbak, hari ini ada waktu nggak?, Kalau ada kerumah dong Arin pengen dibuatin rujak Nick. Habisnya kalau bikin sendiri gak karuan rasanya,o iya nanti kesini pake taxi saja, nanti Arin yang bayar." Kata Arin saat berbicara dengan Aisyah via telepon. Arin duduk di teras depan rumah. Sambil memandang mangga yang bergelantungan di depan samping rumahnya. Tak lama kemudian sebuah taksi berhenti di depan halaman rumah. Arin segera menghampirinya.

"Pak sekalian antar ke pasar ya, tapi nanti tunggu sebentar, karena kami hanya belanja beberapa kebutuhan. Terus antar kesini lagi." Pinta Arin kepada sang supir taxi.

"Tadi pas selesai menyiapkan barang-barang yang bisa dibawa duluan ke rumah mbak Arin… e… mbak Arinnya telepon saya, ya untung. Jadi mbak Arin gak sampai lama menunggu." Kata Aisyah.

"Iya mas Gendut tadi pagi berangkat kerja juga mampir ke sini, bawa barang-barang. Selesai menata. Langsung pamit berangkat. Arin suruh sarapan dia bilang sudah selesai sarapan."

"Iya mbak, kebiasaan dari dulu habis mandi itu langsung sarapan, baru ngopi sambil nunggu jam berangkat kerja."

……..

Siang itu, saat mereka berdua asyik menikmati rujak buah, yang kali ini ada kerupuk yang menemani, disampingnya. Ibu Surti juga datang lagi seperti hari kemarin. Begitu membuka pintu, Aisyah sudah berada di samping Bu Surti, tangan kirinya masih memegang kerupuk, dan si Aisyah sendiri masih nggaber-nggeber akibat menikmati rujak super pedas. Melihat ekspresi si Aisyah, si Surti tertawa lepas.

"Asik bingit rupanya. Semalam ibu gak bisa tidur tau?!"

"Aduh pasti gara-gara rujak kemarin siang ya Bu?.. maafin Aisyah ya… mungkin rujaknya terlalu pedas, sehingga membuat ibu." Belum selesai bicara sang ibu memotongnya dan berkata; "Saking nikmatnya…makanya hari ini ibu kesini lagi, siapa tau ibu masih kebagian."

Mendengar jawaban si ibu, Aisyah jadi lega dan ikut tertawa.

"Cepetan Bu, tak habisin lho?" Teriak Arin. Kemudian menggigit kerupuk. Krauk."

Tujuan si Surti, kerumah Arin sebenarnya hanya ingin memastikan keberadaan Arin. Apakah sesuai yang ada dalam pikirannya, karena sepulang dari Bali waktu itu, sikap Arin berubah dan cenderung untuk diam. Tapi dua hari ini dilihatnya Arin sangat ceria beda dengan yang dilihat waktu itu. si Surti sendiri gak berani langsung menanyakan hal itu, dia gak mau anak angkatnya tersinggung dengan pertanyaan yang diajukan. Itulah sebabnya dia memutuskan untuk mendekati dan meluangkan banyak waktu. Berharap apa yang menjadikan si Surti penasaran bisa terjawab dengan cara ini.

"O iya di mobil ibu bawa apel dan kedondong besar. Kemarin pas ibu liat di jalan ada dagang buah yang jual kedondong. Ya ibu beli." Kata si ibu, sambil ngunyah mangga yang diiris lebih tebal dari sebelumnya.

Aisyah berlari kecil menuju mobil mengambil apa yang dikatakan si Surti sang ibu.

Mereka bertiga istirahat, karena memang rujak itu dibuat Aisyah lebih pedas dibandingkan yang kemarin.

"Bersyukur, saat-saat kami sekeluarga sedang bingung dan gak tau lagi apa yang harus kami lakukan. Dan pada saat yang tepat. mbak Arin mengijinkan kami untuk menempati sebagian besar rumahnya untuk tempat kami berteduh."

Sang majikan memang tak mengerti apa yang dialami keluarga si Gendut. Makanya dia bertanya; "lho memang rumah kamu kenapa?".

"Ceritanya panjang Bu." Jawab Aisyah. 

"Kok malah ibu, gak pernah tau?, Selama ini si Endut gak pernah cerita apa-apa?. Sempat sih beberapa waktu yang lalu mau ngomong sama ibu. Tapi gak jadi." Sang bos makin penasaran lalu melanjutkan pertanyaannya; " semua karyawan tanpa terkecuali, ibu selalu menekankan untuk terbuka karena ibu kan gak tau apa yang kalian alami. Semua karyawan ibu yang membuat ibu bisa seperti sekarang ini, tanpa mereka semua, ibu bukan apa-apa. Terus ibu menikmati hasil jerih payah, sedangkan ternyata ada salah satu karyawan kesusahan. Ibu jadi merasa bersalah." Melihat Bu Surti matanya berkaca-kaca karena berusaha untuk menahan air mata agar tidak menetes. Aisyah langsung berkata: "Maafkan kami Bu, kami tidak bermaksud begitu, hanya saja kami sekeluarga gak mau merepotkan terus-menerus. Selama kami bisa berusaha, sebisa mungkin tak merepotkan ibu." Kata Aisyah sambil mengusap matanya.

"Ya sudah, hari ini kita menikmati pesta rujak terlebih dahulu. Nanti baru kita bicarakan."

Pesta rujak buah siang itu semakin terasa hangat. Antara sang ibu majikan, anak buah,anak angkat gak ada batasan.

Setelah selesai. Aisyah bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan buat makan malam dengan menu istimewanya.

Sedangkan Siska, tidur dipangkuan ibu angkatnya yang sudah lama tidak merasakan hal seperti ini. si Surti mengelus rambut Siska dan berkata: "Kapan terakhir Siska tidur di pangkuan ibu ya?". Tanya ibu sambil tersenyum. Kemudian Siska bangun dan memandang wajah sang ibu. "Bu, misi yang ibu berikan sudah berhasil tinggal menunggu beberapa saat lagi." Kata Siska dalam hati.

"Terakhir, saat Siska lulus SMA." Jawabnya sambil tersenyum. Mereka berdua saling bertatap mata.

"Bu,maafkan Siska ya?". Tambahnya.

"Ada apa memang?". Pikiran si Surti langsung terbayang dan dalam hati dia berkata. :"Semoga Siska menceritakan semua yang dialami kenapa akhir-akhir ini seperti ada beban dalam dirinya. Dan kali ini baru sempat dia cerita" Kata hatinya.

"Mengenai.". Siska berhenti menyampaikan.  Namun sang ibu mendesaknya. " Iya katakan ndok."

"Itu,mengenai mas Gendut dan keluarganya. Bulan depan kan harus pindah karena kontraknya habis, tapi dia gak ada dana untuk memperpanjang. Karena rumah Siska cukup luas,daripada bingung-bingung Siska suruh menempati rumah ini. Kan Siska masih bisa di kamar yang paling depan dan masih tersisa tiga kamar kan."

"O..tak kira kamu mau menceritakan masalahmu." Pikir si Surti. 

"Maafkan Arin gak sempat cerita sama ibu."

"Ya kalau itu sih keputusan kan ada padamu tho nduk, jadi ya kenapa mesti harus ijin sama ibu?". Kata si Surti.

"Tapi yang bangun rumah ini, dan semua biaya yang dikeluarkan kan dari uang ibu, jadi Arin wajib bilang dulu sama ibu, tapi waktu itu Arin spontan karena gak tega lihat keluarga ini bingung mencari biaya, ya sudah Arin tawarin saja, lagian biar Arin gak kesepian sendiri di rumah Segede ini."

"Keputusan yang patut diacungi jempol. Seandainya Ibu pada posisi kamu, mungkin ibu bakal melakukan hal yang sama." Hibur sang ibu angkat kepada anaknya si Arin.

"Malam ini ibu kepengin nginap di sini." Pinta si Surti.

"Asiiik, sudah berapa tahun ini gak pernah nginep disini." Kata Siska gembira.

……….

Malam itu ketika mereka berkumpul di ruang tamu, si Gendut dan istri, ibu Surti serta Siska. Di meja terdapat aneka gorengan minuman bersoda dan air mineral serta cemilan kering seperti kacang kulit, potato dan entah apalagi di meja itu. Guyon tanpa batas. Apalagi kalau sudah ada si Gendut gak bakalan kehabisan candaannya yang selalu baru. Membuat semua pada cekikak-cekikik los tanpa batas.

Ketika di saku Siska hp bergetar. 

"Mohon pamit sebentar ke kamar kecil." Katanya

"Bu, pinjam mobilnya sebentar." Pinta si Gendut

"Mau kemana?". Tanya bi Surti.

"Mau pakai nganter non Arin ke kamar mandi."  Mendengar jawaban si Gendut semua ketawa ngakak.

"Gak perlu mas Arin sudah pesan taxi." Jawab Arin bergegas masuk. Sesampainya di kamar mandi dia buka pesan masuk di hpnya kemudian dibaca. Ternyata ada satu lamaran yang diterima. Minggu depan sudah mulai bisa aktif bekerja. Membaca pemberitahuan lewat Email ini hati Arin langsung berbunga-bunga pasalnya pekerjaan yang bakal dikerjakan ini tak harus ke kantor. Melainkan bisa dikerjakan di rumah dan Kanya dia kerjakan di depan komputer. Kemudian Arin segera bergabung kembali dengan yang lain.

"O iya,ngomong-ngomong mengenai pindahan kalian ke rumah ini. Kenapa mesti nunggu kontrakan habis?... Besok kan juga bisa pindah." Tanya ibu Surti 

"Menurut non Arin sih, daripada harus libur kerja, mending barangnya diusung sedikit-sedikit, sambil menyelam minum bir begitulah Bu kira-kira." Jawab si Gendut.

Bu Surti hanya tersenyum sambil mengacungkan dua jempol.

"Siapa yang kepengen campur malam ini, Arin traktir maksimal sepuluh mangkok per orang gak boleh lebih," kata Arin. Mendengar itu Bu Surti angkat tangan paling duluan.

"Yang gak mau angkat tangan tinggal di rumah membersihkan meja." Kata Arin. Gendut dan Aisyah Pun langsung ikut angkat tangan.

"Mbak campur dilangganan kita gak ada yang ngalahin rasanya. Ntar tak telponnya dia biar kita kebagian." Kata si Gendut.

"Jujur aku gak pernah merasakan sedekat ini, sebelumnya."  Kata Surti dalam hati. "Rupanya ini cara baru agar aku dapat lebih dekat sama semua karyawaku selama ini aku hanya memikirkan perkembangan Bisnisku sendiri, tanpa memikirkan bahwa mereka juga butuh kegembiraan." Pikirnya lagi.

Pengalaman baru saat ini membuka mataku, untuk lebih dekat sama karyawan semua dengan cara memberi sedikit waktu.

Saat asik menikmati tahu campur yang nikmatnya selangit, setidaknya itu yang ada di ikira. Sang bos besar malam itu.

Disisi lain yang ada di pikiran Arin

"Mungkin aku bisa mengerjakan pekerjaan ini di rumah, sampai usia kehamilanku sudah hampir gak bisa disembunyikan di depan orang banyak. Dan tampaknya aku harus menghilang dan paling cocok adalah pergi ke Bali." Pikirnya.

………….

Si Sokran sebenarnya sudah dapat informasi, bahwa Siska tak pernah keluar dari rumahnya. Tapi dia benar-benar gak punya nyali untuk menemui Siska sejak kejadian itu.

"Sis kamu punya waktu gak?". Tanya dia lewat telpon.

"Buat bosku yang ganteng selalu ada waktu kapanpun, dimanapun. Cuma satu yang bak pernah ada dan dilarang keras." Jawab Siska

*Apa itu?". Tanya sang Owner

"Berkunjung melalui pintu keajaiban." Jawab Siska sambil tertawa renyah. Tapi sang Owner masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh Siska sehingga dia bertanya lagi

"Maksud Siska apa?". Tanya sang Owner

"Ya bapak, harus berjanji dulu, dan bersumpah didepan saksi, kalau mau mampir berkunjung ke dalam relung kenikmatan yang pintunya sudah bapak tembus waktu itu." Setelah Siska menjelaskan baru dia nyambung dan rasa bersalah itu kian bertambah.

"Halo .. halo .halooo… kok diam?".

"Iya..iya..iya." jawab sang Owner.

"Iya apa?". Tanya Siska 

"Iya gak..pasti tak kunjungi dah." Jawab sang Owner bingung.

"Enak saja ogah.. kalo begitu gak usah temuin Siska lagi.". Katanya dengan nada kesal.

Ini"Iya sori bapak salah ngomong. Oke deh bapak berjanji gak bakal berani membahas yang satu itu." Jawab sang Owner.

"Bukan soal membahasnya, tapi janji gak boleh berkunjung lagi you know?"

"Iya..iya.. apa perlu perjanjian diatas kertas dengan metre sepuluh ribu biar tambah yakin?".

"Oke Siska percaya. Bapak saja yang kesini. Apa kita ketemuan di villa yang kemarin." Tanya Siska. 

"Okey ketemu di villa yang kemarin saja. Tapi berangkat hari ini lho ya?". Kata sang Owner.

"Siap bosqiu."

…………..

Malam itu mereka berdua sudah berada di kamar villa itu dan kebetulan dapat kamar yang tempo hari mereka boking.

"Aku ingin tidur dipangkuanmu." Kata si Sokran. Siska tau seperti ini yang dia mau kala hatinya lagi galau. Dibiarkannya semalaman sang Owner tidur dipangkuannya. Siska menemaninya semalaman dan tak sedikitpun beranjak bahkan tak memejamkan mata. Dia hanya merasa hanya itu yang bisa dia lakukan kepada mantan bos sekaligus dia yang dicintai tanpa harus memiliki. 

Sesekali dibelai rambut sang Owner dan teringat apa yang pernah dikatakan sang Owner kala itu.

"Kalau Siska ingin menikmati tubuh bapak yang memang dikaruniai postur indah, monggo.. nikmati sepuas keinginanmu, hanya saja cukup kali ini. Tapi maaf, bapak bukan tipe orang yang bisa mendua hati." Lanjutnya penuh kharisma dan Wibawa. 

Siska tersenyu mengingat kejadian waktu itu

Kembali dia mengingat kejadian saat itu.

Dengan penuh merasa bersalah, tapi hati kecilnya mendesak untuk mengutarakan semua dari awal ketertarikannya sampai benih cinta tumbuh seiring berjalannya waktu.

Pernyataan Cinta disampaikan Siska saat  itu  berubah jadi sebuah pengakuan rasa bersalahnya, atas apa yang terjadi dalam hatinya  selama ini. 

Masih segar dalam ingatanya apa yang di katakan song Owner yang sekarang ini tidur dalam pangkuannya:

"Seandainya kita bertemu 10 atau 15 tahun yang lalu, itu merupakan anugerah buat bapak. Siapa sih orang yang menolak cinta gadis seagung dirimu, cantik, cerdas, rajin, penuh tanggung jawab, ayu, polos... semua ada pada diri kamu. Selama ini bapak menyayangi dirimu itu gak bisa dipungkiri, namun cinta yang bapak ekspresikan kepadamu, adalah cinta sebagai orang yang lebih dewasa…dan bisa juga bapak katakan kalau diijinkan, cinta dalam hubungan antara anak dan orang tua.  Sekali Lagi maafkan bapak, kalau selama ini bapak memperlakukan Siska seperti itu."

Saat itu Siska hanya mampu untuk menangis dan semakin merasa bersalah.

Melihat hal itu, Mat Sokran sang Owner, mengambil tisu dan menyeka air mata Siska kemudian mendekapnya.  

Tak lama kemudian Siska mengambil kan baju tidur untuk majikan dan mengenakan pada sang majikan. 

"Terimakasih.. bapak bisa memakai sendiri."

Dipeluknya Siska, diciumnya kening si Ayu, cantik mempesona itu kemudian dia berkata. :

"Maafkan bapak ya cah ayu, bapak telah membuatmu salah mengartikan kasih sayang selama ini."

Siska langsung bersimpuh di depan Mat Sokran dan mencium tangan majikannya serta berkata: "Saya minta maaf. atas ketidak sopanan Siska selama ini," diciumnya berkali-mali kedua tangan sang majikan. Sambil menangis sampai terisak-isak sesenggukan. 

"Sudah.. sudah sudah... ingat pesan bapak setelah kejadian ini.. jangan kau rubah perlakuanmu pada bapak.. Okey... tapi gak boleh jatuh cinta lagi sama bapak."

Mengingat semua itu dia tersenyum sambil memandangi Sang Owner yang masih terlelap dipangkuannya hingga pagi datang menjelang.

…………..Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience