Episode. 12

Family Completed 3810

Moge yang dikirim lewat biro jasa telah sampai di hotel, tempat sang Owner bersama mantan karyawan istimewanya menginap beberapa hari itu..

“Hmmm… … memang kira rencana berapa lama, kok malah kirim moge kesini beib, cinta gelapku?”  Canda Siska.  “Sampai pintu gerbang sempit itu terbuka.”  Jawabnya. Siska tidak heran lagi dengan candaan mantan sang Ownernya. Bahkan dia membalas dengan sebuah tantangan,  “yuk masuk sekarang, siap dijelajahi hingga ngarai lembah di tengah hutan asal jangan sampai gak bisa keluar karena tersesat.”  “Kan ada google map yang bakal memandu.”

“Kemanapun hari ini sang Arjunaku pergi, Siska siap menemani.”  Diciumnya pipi sang Arjuna, kemudian dia masuk menuju lobby, entah apa yang dibicarakan. Kemudian dihampirinya sang kekasih gelap, milik ibu Surti dan berkata dalam hati : “Bu, Siska pinjam suaminya sebentar ya, nanti Siska  kembalikan tanpa lecet sedikitpun.”  Siska tersenyum sendiri dengan pikiran yang terlintas barusan. 

 Siang itu, awan tipis berarak perlahan, juntai batang pohon kayu putih yang dihinggapi daunnya berbaris, meliuk-liuk, bak penari legong, walau angin kali ini sedikit sopan menyapa.  Bunga bunga kamboja putih bertebaran di halaman villa itu dengan aroma khasnya.  Jalan setapak yang terbuat dari batu sikat berjajar, meliuk menuju kolam ikan yang ada di tengah-tengah halaman villa yang ditempati dua anak manusia itu.  Siska menuju kolam itu membawa pakan bermaksud ingin mengajak bercanda kumpulan ikan koi yang menghiasi koman itu, di tengah kolam itu berdiri patung putri membawa  kendi yang keluar airnya dari sana, sedangkan di pinggir kolam jauh dari Siska berdiri dua patung yang menuangkan air dari kendi yang dibawa, sedikit tertutup  beberapa jenis tanaman hias, menggambarkan seseorang yang dengan sembunyi-sembunyi menuangkan air kedalam kolam itu.

“Sayank yuk kita jalan.”

“Tar tak ganti dulu, beib.”  Siska langsung berlari kecil menuju kamar, untuk berganti pakaian. Dengan santainya dia melepas semua tanpa sehelai pun tersisa, berjalan mengambil dalaman yang di di almari villa kemudian memakainya. Kemudian memakai jean ketat warna biru, dipakainya bra sport warna putih gading, luarnya kemeja tipis. Karena merasa gak nyaman dilepasnya kembali, bra sport san dipakainya lebih simpei. Yaitu teen top warna  sama dengan kulitnya kemudian memakai jaket kulit di depan kaca ia melihat penampilannya dan merasa kutang akhirnya siska memutuskan untuk memakai singlet tanpa lengan.  

“Sudah semua yang kamu pakai cocok dan cantik kok.”  Suara sang mantan Ownernya mengagetkan Siska.  “Sejak kapan bapak disana?”  Tanya Siska, kali ini benar-benar kaget hingga jantungnya terasa lepas.  “Sejal awal.”  Jawab Sokran sambil tersenyum manis dan tetap menatap mata siska yang menyimpan rasa malu, yang belum pernah terjadi semalu ini sebelumnya.

“Ini ekspresi Siska yang sesungguhnya.”  Pikir Sokran sang Mantan Owner Siska. “Apa yang dicandakan selama ini bukan sifat aslinya yang pemalu, polos,lugu itu.” Pikir Sokran lagi, mengalihkan pembicaraan.

“Maafkan siska pak, bener Siska gak bermaksud a,”  belum selesai bicara si Sokran menarik tangannya dan mengecup kening Siska lalu berkata :  “Bapak tau siapa Siska.”  Hibur si Sokran.

……………..

Perjalanan keliling Bali menyusuri pantai, lewat Batubulan, bypass Ida Bagus mantra, berhenti di pantai Ketewel sebentar, lalu melanjutkan ke pantai Melasti. Pantai lepang. Jeprat-jepret sebentar lanjut ke pantai Lepang melihat orang memancing di laut pinggiran mengambil beberapa gambar. “Kita langsung ke pantai virgin saja, tapi mampir ke bekas pelabuhan Tanah Ampo ya?”. Pinta Siska. “Emangnya disana apa yang menarik?”.  Tanya Mat Sokran.  “Enggak ada cuman liat-liat orang mancing berjajar di bekas dermaga.” Jawab Siska tersenyum.

Perjalanan mereka memang cukup membuat Mat Sokran sejenak menghilangkan rasa jenuhnya, bahkan beban yang selama ini menghimpitnya seakan tidak pernah terjadi. Ada rasa damai bersama Siska, ada teman sejati yang dirasakannya selama berada di Bali. telebih perjalanan siang ini, dia merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan begitu melekat seperti yang ia rasakan saat ini. Perjalanan itu sebenarnya tak ada yang istimewa, tapi bersama Siska dia rasakan sesuatu yang dia sendiri tak dapat menceritakan seperti apa.

Sesampainya di kota Singaraja ia tidak meneruskan untuk menyusuri pantai, sI Sokran membelokkan ke arah kiri menuju bedugul, sesampainya di air terjun Gitgit, ia berhenti dan bermaksud parkir dan ingin mengajak Siska menikmati pemandangan di sekitar air terjun disana, tapi tiba-tiba siska meminta untuk kembali ke villa tempat mereka menginap.

“Kalau Siska capek, kita menginap di Bali handara di bedugul nanti.” Kata si sokran dengan suara lembutnya yang menggetarkan jantung setiap wanita, tak terkecuali Siska.

“Balik saja beib.”  Jawabnya manja.

 

Walau jalanan berkelok-kelok menuju villa tempat mereka menginap, tapi tak sampai matahari terbenam mereka sudah sampai di villa itu. Melihat Siska tampak gak enak badan, digendongnya dia menuju kamar.

“Makasih beib.” Saat dibaringkan  di tempat tidur kedua tangan siska menggapai leher si Sokran sehingga keduanya rebah disana.

Kali ini keduanya sama-sama  membiarkan  diri mereka terhanyut dengan masing-masing alasan yang berbeda. Entah berapa lama.

"Sekarang bapak sudah tau kan, bahwa Siska masih". Ditutupnya bibir Siska, hingga dia tak dapat meneruskan apa yang akan diucapkannya.  Malam itu keduanya diam membisu, sama-sama tak tau apa yang ingin dikatakan. Hingga pagi datang menjelang.

Sejak malam itu. Siska berjanji tak akan merusak hubungan dalam pernikahan sang majikan yang memberikan pekerjaan serta posisi yang membuat dia mampu membiayai kedua adiknya serta bisa membahagiakan sang mama. Dia juga gak mau membuat sang Owner pujaan hatinya retak rumah tangganya, gara-gara keegoisannya. Dia juga tak mau memposisikan dirinya sejajar dengan orang yang membuatnya sukses seperti sekarang ini

………………………………..

Siang itu, Siska berusaha untuk menenangkan hatinya yang masih merasa bersalah, namun saja masih tetap terlihat tegar dan beruhaha untuk berlaku seperti biasanya, namun tak tahu darimana dia mengawalinya.

“Say yuk kita maem yuk laper nich.” Ajak si Sokran, ia tau Siska lagi ada masalah,hanya saja dia tak tau persoalan apa yang sedang menghinggap pada diri si cantik ini. Di dekatinya Siska lalu dirapikannya rambut Siska yang dibiarkannya terterpa angin, diikatnya dengan tali rambut yang melingkar di tangan Siska. Siska berusaha untuk mengelak namun si Sokran menepisnya.  “Ssssst!!, jangan bergerak sebentar.”  Suara lembut si Arjuna tampan itu meluluhkan hatinya, sehingga dia menurut, namun hatinya tetap saja bergejolak, namun gejolaknya beda seperti yang dia rasakan sebelumnya. 

“Pesan lewat online aja, lagi gak pengen keluar.”  Jawabnya singkat. Melihat Siska lagi gak enak hati, si Sokran memanggil sang resepsionis, tak lama kemudian datang dengan sangat sopan dan bertanya:  “Selamat siang, ada yang bisa dibantu?”  entah apa yang diminta sang Owner kepada sang resepsionis.

Diangkatnya Siska masuk dan dibaringkannya siska di tempat tidur, dan dia duduk di sampingnya, tanpa kata. Entah berapa lama, tiba-tiba suara pintu diketuk, beberapa resepsionis datang membawa pesanan. Mereka masuk dan menatanya di meja makan. Villa yang disewa itu memang ada ruang tamu yang terdapat mini bar, dan ada meja makan di sampingnya hanya di batasi dengan tanaman dalam pot. Mat Sokran mengambil beberapa botol minuman yang berada di mini bar yang berjajar di rak yang menempel di tembok dan mengambil air mineral di kulkas yang ada di bawah meja mini bar tersebut, kemudian menuju ke kamar dan kembali duduk di samping Siska yang sedari tadi memejamkan mata, namun tak terlihat bahwa dia sedang tertidur. Si Sokran membuka pembicaraan dalam kebisuan itu.

“Maafkan bapak, atas kejadian semalam. Sejujurnya sejak dulu, ini yang bapak takutkan, itulah sebabnya mengapa bapak selalu menghindar. Bukannya bapak sok alim, sok gengsi dan jual mahal. Tapi sejujurnya bapak sangat menghargai, menjaga, menghormati sesuatu yang paling berharga bagi semua wanita, terlebih mereka yang berada di sekitar bapak.  Tapi sekali lagi bapak benar-benar tak mampu menjaga … … da.” Sebelum sang Owner melanjutkan bicaranya Siska bangun memeluk sang Owner dan berkata: “Cukup pak jangan dilanjutkan, hal itu akan semakin membuat Siska merasa bersalah.” 

Untuk mengantisipasi yang bakal lebih serius, Mat Sokran mengalihkan pembicaraan dan mengajak Siska makan.  “Yuk kita makan dulu, tuh para resepsionis sudah menyiapkan makan siang.”

Siska berusaha mengusap bekas air matanya, pergi ke wastafel dan mencuci muka, kemudian menggandeng sang Owner keluar kamar menuju ruang makan untuk menikmati makan siang.  Siska berusaha agar terlihat lahap menikmati sajian yang ada di depannya, itulah sebabnya dia menyantap berbagai menu siang ini.  “Habis ini temani bapak minum wine yang sudah bapak pesan ya.”  Pinta sang Owner, Siska hanya mengangguk sambil mengunyah apa yang ada di dalam mulutnya. Mas Sokran memang melihat ada upaya Siska untuk terlihat kembali seperti semula, walau itu masih terlihat ada sesuatu yang mengganjal.

“Nanti kalau Siska merasa terlalu lama meninggalkan pekerjaan, besok kita balik okey?” 

Kali ini Siska memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada dalam benaknya, namun gak mungkin hal itu disampaikannya di tempat terbuka seperti ini. Itulah sebabnya Siska meminta sesuatu sebelum balik ke tempat tinggalnya untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Sore itu, setelah menghabiskan waktu di teras.

“Pak.”

“Ya, apa?”  ditariknya tangan song Owner, dan keduanya duduk di pinggir ranjang. Siska menarik nafas panjang kemudian bertanya.  “Boleh Siska minta dua hal sebelum kita balik pulang?”. Sang Owner menoleh, satu kakinya diangkat naik keranjang, ditekuknya dan kemudian menghadap pada Siska. Ditatapnya mata Siska, namun kali ini dia tek berani membalas, dia hanya mampu menundukkan kepala sambil meremas-remas jarinya sendiri.

“Katakan.”  Jawab sang Owner.

“Siska ingin berada di sisih bapak selama dua hari ini.” mendengar permintaan Siska dalam hatinya berkata, “o..cuman itu.” 

Sang Owner mengangguk, kemudian bertanya, “emang Siska pengen kemana, terus permintaan kedua apa?”.  Siska merebahkan tubuhnya, dan memberikan isyarat agar sang Owner berbaring disisinya. Setelah menuruti apa yang diisyaratkan Siska menarik tangan kiri sang Owner untuk dijadikan bantal kemudian sang Owner berhadap hadapan dan Siska memejamkan matanya. Dipandangi wajah si Siska hingga ia terlelap. Melihat hal itu si Sokran hanya tersenyum dan ikut memejamkan mata hingga keduanya terlelap hingga pagi datang menjelang.

Saat Siska membuka mata, tangannya menyentuh sesuatu dan ketika dia melihat. "Ternyata kakak miliknya ibu Surti si gagah terbangun." Pikirnya lalu tersenyum. "Ini yang kemarin menerobos gerbang menuju lembah, hingga aku dibawanya terbang sampai ke awan, ingin sih terulang, tapi itu milik ibu Surti."  Katanya dalam hati.  

Saat sang Owner terbangun juga, matanya langsung melihat wajah Siska, masih ada dalam pelukannya.

"Sudah siang ayo bangun pak."  Bisik Siska lembut. 

"Sudah bangun dari tadi kok."  Jawab sang Owner.

"Mana?, Dari tadi Siska liat bapak masih terlelap gitu kok." Jawab Siska.

"Tuuuuh kakak yang bangun duluan.. liat… liat tu kan sudah bangun." Kata Sokran sambil.digerak gerakkan.

Dicubitnya pipi Sokran, sambil berkata: "itu milik Bu Surti yang sempat Siska pinjam."

"Aduh sakit tau?... Dipinjam lagi juga boleh kok.".

"Enak ajjja."  Jawab Siska.

"Emang enak, apalagi kalau yang ke dua dan seterusnya… … tambah e."

"Itu yang ingin Siska bahas buat permintaanku dua sebelum pulang. Udah sana mandi dulu." Kelas Siska.

Mendengar jawaban Siska, ia langsung menuju kamar mandi. Selang sepuluh menit kemudian, ia sudah berada di depan Siska. Siska diajaknya berbaring, ditariknya tangankiri untuk dijadikan tumpuan kepala Siska dan menghadap arah lamgit-langit. Siska menceritakan dari Awal ketika melamar pekerjaan di Mattia Vape Store, menjadi sukses dengan pendapatan yang membuat dia bisa kredit rumah sampai lunas dan bisa menyekolahkan kedua adiknya, hingga kini sudah memiliki toko Vape, membuatnya bahagia. 

Bukan hanya itu saja yang diceritakan Siska, mulai pertama kali dalam hidupnya merasakan hatinya berdebar panas dingin merasakan apa itu namanya jatuh cinta, apa itu namanya kangen, apa itu namanya cemburu dan juga merasakan apa yang namanya terayomi dan merasa damai walau tak sepatah katapun terucap kata cinta. Dan pertama kali dalam hidupnya menyatakan cinta kepada lawan jenisnya, walau saat itu mendapatkan penolakan.

Dan Siska juga menceritakan betapa indahnya perjalanan ke Bali saat ini mendapatkan perlakuan istimewa dari seorang Owner yang tampan sukses dan pada titik karir yang cemerlang. Sampai pada akhirnya dia rela menyerahkan dirinya untuk dikunjungi. Malam itu.

Sang Owner mendengar tanpa sedikitpun berucap, yang dia lakukan hanya membelai rambut Siska, sesekali mencium kening Siska dan saat air mata Siska menetes disekanya perlahan dengan penuh kelembutan.

Sesaat Siska terdiam berfikir apa lagi yang harus ia sampaikan dalam perjalanan terakhir ke Bali hari ini. Kemudian ia melanjutkan dengan permintaan yang kedua.

"Beib, sesuai dengan permintaanku yang kedua, sebelum kita meninggalkan Bali yang penuh dengan kenangan ini. Tolong jangan diingat lagi semua tentang apa yang terjadi saat kita refreshing ke Bali ini. Siska minta jangan ada satupun yang terulang lagi. Siska ingin kembali sebagai Siska karyawan bapak yang ceriah, penuh perhatian dengan segala canda yang pernah ada."  Kembali Siska menata hati untuk mengatakan hal terpenting yaitu puncak inti dari yang telah disampaikan.

Kemudian Siska melanjutkan untuk menyampaikan hal terpenting.

"Baik, tau gak kenapa Siska rela dikunjungi kemarin?".  Si Sokran gak berani menjawab dan hanya mampu berkata : "Maafkan bapak."

"Siska hanya ingin agar bapak tau bahwa cinta yang pernah Siska sampaikan itu adalah yang pertama, dan Siska hanya ingin membuktikan bahwa Siska bukan wanita sembarangan yang mudah mengobral cinta dan bapak sudah membuktikan bahwa itu yang pertama dan terakhir. Sekaligus Siska minta jangan diingat apa yang pernah terjadi. Jadi setelah kita beranjak meninggalkan Bali kita akan memulai seperti yang dulu." Dikulumnya bibir sang Owner berharap ini yang terakhir untuk meminjam milik Bu Surti.

………..Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience