AZURA_Aku bukan Milikmu

Romance Completed 20692

“Kamu ada masalah, Dena?” tanya Ade saat melihat Dena tampak murung. Dia tak seperti biasanya.

Dena masih memikirkan keputusannya. Dia pergi ke rumah Stev dan disana juga ada Eiren. Jika dia meninggalkan Ade. Menyerahkannya kepada Eiren, apakah dia masih memiliki Ade meski hanya seorang teman? Banyak yang mengganjal dalam pikirannya. Dia tau itu dari Abyan yang langsung menjelaskan semuanya. Abyan mati-matian menjelaskan semuanya. Tak mau jika Dena kembali berfikir buruk.

Bahkan sebelum kamu menjelaskannya, aku sudah menyiapkan hati dan juga semuanya Abyan. Pekik Dena dalam hati. Dia ingin sekali mengatakan hal tersebut. Hal yang tak dapat diungkapkannya kepada seluruh dunia. Diam dan selalu diam. Dia memang harus mengambil keputusan sendiri.

“Kamu kamu sakit?” tanya Ade perhatian.

Dena memandang Ade lekat. Apakah setelah ini kamu juga tetap akan memperatikanku? Apa jika Eiren ada alam kehidupanmu, aku masih menjadi seorang sahabat yang sama seperti dulu?

“Kalau kamu sakit gak ikut gak kenapa-kenapa.” Ade memegang kening Dena yang tak panas.

“Gak perlu. Aku baik-baik saja.” Dena tersenyum manis. Setidaknya bisakah dia menjadi kekasih seorang Adelardo Cetta untuk hari ini saja?

“Baiklah. Ayo kita berangkat.” Ade seperti melupakan masalah Eiren. Dia ingin sejenak melupakan Eiren perlahan. Meski dia sudah tau bahwa dia mencintai Eiren. Mungkin memang labil tetapi dia harus memperhitungkan perasaan Dena.

Dena hanya mengangguk dan mengikuti langkah Ade yang langsung menggandengnya posesif. Apakah dia berhak mencintai lelaki ini selamanya? Apakah dia berhak jika tak memperhitungkan perasaan Ade terhadap Eiren? Terdengar helaan nafas halus dari arah wanita tersebut yang hanya disambut senyum manis dari Ade.

Kenapa kamu harus bersikap semanis ini Ade. Pekik Dena perih.

__________AZURA__________

Disinilah Eiren berbaring. Di ranjang rumah sakit dan mendapati tatapan intimidasi dari wanita berjas putih. Dokter Yesi berdiri disebelahnya dan menatap dengan tangan disilangkan di depan dada. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

“Jadi Eiren, apa yang baru saja kamu lakukan? Apa kamu berusaha membunuh janinmu sendiri?” tanya Dokter Yesi tak suka.

Eiren hanya diam dan menggeleng. Dia tidak bermaksud membunuh janinnya. Janin yang sudah membuatnya tabah dan tegar. Awalnya hanya berniat membantu di rumah Stev karena ada acara besar yang berlangsung. Selama persiapan dia terlalu lelah dan saat dia mencoba membantu mengangkat belanjaan malah ada darah yang keluar dan merembes sampai bawah. Para pelayan yang melihat dan ingin berteriak histeris langsung diberikan tanda diam. Eiren tak ingin merepotkan Stev dan Sherly lagi. Akhirnya dia ke rumah sakit sendiri dengan menggunakan sopir keluarga Stev.

“Kamu pernah gak sih dengerin nasihat orang lain?” tanya Dokter Yesi dengan nada yang masih tak suka.

“Maaf, Dok. Saya hanya membantu Stev karena ada acara besar. Lagi pula saya hanya mengangkat belanjaan saja.” kilah Eiren tak mau disalahkan.

“Itulah kesalahanmu. Tak pernah mendengarkan omongan oranglain. Dengar Eiren, kamu itu harus menjaga kesehatan kamu sendiri.” emosinya mulai menurun.

Eiren menghela nafas perlahan. Apa yang akan dokter lakukan jika berada diposisinya? “Baik, Dok.” Putus Eiren tak jadi mengungkapkan isi hatinya.

Terdengar helaan berat dari arah Yesi. “Baiklah. Sekarang kamu beristirahat saja di ruangan ini. Tak ada yang akan memakai ruangan ini. Dan aku harus ke rumah Stev, kekasihku menungguku disana, Eiren.”

“Baik, Dok.” Ucapnya lirih.

“Jaga dirimu baik-baik. Jika kamu merasa tidak enak, hubungi aku. Ada perawat yang akan memantau keadaanmu.” Dokter Yesi merapikan peralatannya dan menyampirkan di kursinya. Dan menatap Eiren yang hanya memandangnya.

“Dok. Bisakah jangan katakan ini kepada Stev dan Sherly?” tanya Eiren khawatir.

Dokter Yesi yang sudah siap menatapnya dan tersenyum. “Baik. Aku akan menjaga rahasia ini dari mereka.” Setelahnya Eiren hanya tersenyum dan Dokter Yesi pergi.

Hening. Hanya hening yang ada di ruangan putih ini. Eiren menatap dinding ruangan. Andai dia memiliki Ade yang menopangnya. Pasti saat ini dia tidak akan sendiri. Sebulir air mata turun dan langsung dihapus. Tetapi percuma karena bulir lainnya menyusul. Eiren tak dapat membendung dan langsung menangis terisak. Setidaknya tidak akan ada yang mengetahui kepedihannya.

Tanpa diketahui, Dokter Yesi melihat semuanya. Dia hendak pergi tetapi lipstiknya tertinggal. Dan saat pintu sedikit terbuka, terdengar isak tangis Eiren yang entah mengapa membuat nyeri hatinya. Ada beban kepedihan yang tak pernah diungkapkan wanita tersebut kepada orang lain. Itu sebabnya dia selalu memperhatikan Eiren lebih.

__________AZURA__________

Suasana cukup ramai. Stev menyalami seluruh tamu yang datang. Sherly sendiri langsung menemani tamu perempuan. Mereka semua tampak akrab. Tetapi Sherly harus membagi fokusnya pada keranjang bayi yang diletakkan tak jauh darinya dan dijaga para asisten dan pengawal. Usia bayinya masih tiga minggu dan itu sebabnya dia mengadakan acara ini. Sebagai wujud syukur karena anaknya lahir dengan selamat dan sehat.

Ade yang sudah berada di luar langsung turun dari mobil, menggandeng Dena yang tampak begitu anggun. Abyan sudah datang bersama dengan Farah lebih awal. Dan pandangan Farah mengarah sinis melihat Ade menggandeng Dena possesif.

“Welcome Adelardo Cetta.” Stev membuka kedua tangannya lebar dan Ade langsung memberikan salam dan berpelukan sejenak. Ade tersenyum senang dan Abyan hanya memandangnya lekat.

“Ini kekasihmu?” tanya Stev memperhatikan Dena dan tersenyum manis.

Ade memperhatikan Dena sekejap dan tersenyum. “Tentu.”

“Hallo Ade. Apa kabar?” tanya Sherly dari arah belakang Stev.

Mereka memang saling mengenal. Keluarga Cetta dan Alvaro memang sudah sangat mengenal sejak lama. Itu sebabnya mereka sudah seperti keluarga. Dekat.

“Hai Sherly. Apa kabar? Lama tak melihatmu.” Ade mengerlingkan matanya dan mendapat pelototan dari Stev yang tak terima.

“Aku baik. Dan apa kamu ingin melihat pangeran kecil kami?” tanya Sherly dan tersenyum manis.

Pangeran? Ade sampai lupa kalau acara ini dibuat untuk anaknya yang baru lahir. Entah mengapa mendengar hal itu kembali mengungkit masalahnya dengan Eiren. Dia juga ingin melihat anaknya tumbuh. Dia ingin menyaksikan setiap fase dan menemani Eiren dalam kesusahannya.

Dena yang tau langsung mengelus pelan lengan Ade. Ade menatapnya bingung dan hanya mendapat senyum merekah dalam bibir Dena. Dia tau Ade tengah memikirkan Eiren dan setaunya, disinilah harusnya Eiren berada. Tetapi wanita itu tak juga menampakkan wajahnya. Kemana dia?

Disisi lain, Abyan mendekati Stev dan Sherly yang tampak bingung. Mereka mencari seseorang.

“Ada apa?” tanya Abyan penasaran.

“Aku tak melihat Eiren sejak tadi siang.”celetuk Sherly sedikit khawtir.

“Apa? Apa dia tau kalau Ade akan datang?” Abyan juga sekarang tampak begitu terkejut. Dia ingin Ade bisa bertemu di acara ini. Karena memang itu satu-satunya jalan karan Eiren tak mau diajak kemanapun dan Ade tak ingin mendatangi sebuah tempat tanpa tujuan yang jelas dan menguntungkan.

“Aku akan mencarinya.” Sherly langsung bergegas pergi.

Farah yang melihat dari kejauhan langsung mendekat. Stev yang tau langsung diam dan membicarakan hal lain.

“Ada apa?” tanya Farah yang melihat Stev berubah.

“Tak ada apa-apa. Sherly hanya khawatir dengan putranya.” Kilah Abyan dan langsung dipercayainya. Sebenarnya Farah tidak percaya tetapi dia tau sekarang bukanlah saat yang tepat karena Abyan belum mempercayainya.

__________AZURA__________

Adinata masuk kedalam rumah Stev setelah menemui teman lamanya itu. Dia dan Stev berada dikampus yang sama. Ade juga. Mereka berteman sejak SMA. Sedangkan Ade dan Stev, mereka sejak lahir sudah menjadi teman. Dokter Yesi yang merupakan kekasih Adinata hanya tersenyum manis saat dipuji Stev. Sayangnya, Adinata langsung membawa Yesi pergi dan menjauhi mantan playboy tersebut.

“Adinata. Ini kekasihmu?” tanya Abyan yang didatangi Adinata saat itu.

“Tentu.” Adinata langsung menggamit pinggang Yesi posesif. Yesi yang menyadarinya hanya menerima dan tersenyum.

“Ah, dan apa itu calon istrimua?” Adinata memperhatikan Farah yang hanya diam. “hai Farah, apa kabar?” tanya Adinata semabri melambaikan tangan.

“Baik.” Farah tak suka dengan suasana seperti ini. Menjaga nama baik dan juga kualitasnya. Tetapi sebenarnya bukan itu masalahnya tetapi lelaki yang berada disana. Lelaki yang tengah tersenyum dan bermain dengan bayi bersama Dena. Dalam hatinya masih saja ingin membunuh wanita tersebut.

“Aku rasa aku ingin melihat bayi Sherly.” Ujar Yesi tak tau apa yang dibicarakan.

Adinata hanya mengangguk. Yesi yang merasa mendapat persetujuan langsung berjalan mendekati ranjang bayi. Dia melihat sepasang kekasih yang menggendong dan bermain. Dia tidak mengenalnya tetapi dia merasa sangat bahagia karena senyum yang mereka pancarkan.

Ade yang hendak pergi dan Yesi yang sudah berada dibelakangnya tak sengaja bertabrakan dan membuat ponsel Ade jatuh.

“Aduh.” Yesi menutup mulutnya kaget. “maaf aku tak sengaja.” Yesi langsung mengambil ponsel yang terjatuh. Tangannya tak sengaja memencet tombol yang berada disebelah kanan dan tampak wallpaper yang membuatnya diam tak berkutik.

“Tidak masalah. Aku juga tida…”

“Bukannya ini Eiren?” tanya Yesi yang langsung membuat Ade diam seketika. Dia mengenal Eiren? Eirennya?

Dena langsung diam dan memperhatikan Ade. Dia masih sama. Mencintai Eiren. Yesi memperhatikan gambar tersebut dan menatap Ade beberapa kali. Seperti itu sampai dia yakin bahwa itu Eiren. Dia menatap senyum manis dari wanita tersebut. Saling memeluk dan tersenyum. Siapa dia?

___________AZURA___________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience