AZURA_Sulit Melupakan

Romance Completed 20692

Stev meletakkan ponselnya di meja. Dia meminta Eiren menemaninya makan siang. Memang sudah waktunya makan siang. Eiren memandang pria dengan kemeja rapi dihadapannya ini. Mengapa pria ini ada dihadapannya sekarang? Padahal Eiren hanya izin dari tempat kerja dan tanpa sepengetahuannya.

“Jadi, bagaimana dengan janinmu? Apa dia sehat?” tanya Stev yang masih menyeruput kopinya.

“Iya. Kata dokter dia sehat hanya saja saya harus banyak beristirahat.” Eiren tersenyum. Entah perasaan seperti apa yang dirasakannya tetapi, dia senang mengingat tengah mengandung.

“Aku bilang apa. Lebih baik kamu istirahat saja dan berhenti bekerja. Aku masih bisa membiayai hidupmu.”

Eiren tersenyum. Dia tidak enak jika harus menyusahkan Stev terus. Dia mendapatkan tempat tinggal dan makan yang layak sudah cukup. Belum lagi pekerjaan yang bisa menopang hidupnya. Dia jadi mengingat pertemuan pertamanya dengan pria dihadapannya ini.

*Flashback*
Eiren berjalan tak tau arah. Cuaca mendung bercampur malam pekat membuatnya tak dapat berjalan dengan benar. Sebentar lagi akan turun hujan. Dia tak menghawatirkan tubuhnya tetapi dia sadar bahwa kini dia tak sendiri. Eiren hanya memikirkan bayi dalam kandungannya yang masih terlalu muda.

“Kemana kita?” Eiren sedikit bingung dan menyesal. Seharusnya dia tahan sebentar lagi dan menunggu sampai pagi. Bukan malah pergi tak tau arah seperti ini.

Eiren melangkah sebelum sebuah mobil hitam berhenti disebelahnya. Kaca mobil terbuka dan tampaklah lelaki dengan kemeja biru menatapnya lekat. Beberapa kali tampak dia mengamati wajahnya dan itu membuat Eiren bergidik ngeri.

Eiren menghela nafas perlahan dan kembali berjalan tetapi mobil itu kembali mengikutinya. Semakin langkahnya dipercepat,dia malah semakin mengikuti. Sampai Eiren berhenti dan memandang lekat ke arah lelaki yang menatapnya datar. Dia tampan tetapi tak setampan Ade. Bibirnya yang merah dan juga hidung bangir menjadi faktor utama wajahnya. Ditambah dengan mata sebening batu safir yang mampu menghipnotis.

Eiren menggelengkan kepala perlahan, menyingkirkan pikiran konyolnya. Dia hanya mengutuk dirinya selama perjalanan kenapa dia mudah sekali terjerat dengan seorang Adelardo Cetta, sang pecinta selangkangan? Sampai pada akhirnya dia menuruni kehidupan nenek moyangnya.

“Nona, apakah kamu sendiri saja?” tanya lelaki tersebut.

Eiren mengerutkan kening dan hendak pergi tetapi terhenti saat pria itu mengatakan sesuatu.

“Stev.”

Itu yang didengarnya dan membuat Eiren berhenti. “Hah?”

“Namaku Stev. Jika kamu membutuhkan bantuan, silahkan naik ke dalam mobilku. Aku akan membantumu kalau bisa.” Ujar Stev masih dengan menyunggingkan senyumnya.

Menolong? Eiren tersenyum tipis dan menggeleng. “Tidak perlu. Saya bisa sendiri.”

“Hari sudah terlalu malam dan kamu masih diluar? Udaranya juga dingin.”

Eiren hendak menolak lagi tetapi sebuah kepala mendongak dibalik pria tersebut. Wanita dengan lesung pipi dan mata hazel yang meneduhkan. Wanita dengan rambut sebahu yang menatapnya dan tersenyum. Polesan make up tipis dan hanya mengenakan lipstik.

“Hai.” Dia melambaikan tangan dan tersenyum ramah. “masuklah. Jangan takut, dia tidak akan macam-macam.”

Eiren tersenyum dan menggeleng. Dia tidak bisa menumpang dengan orang asing. Bahkan orang yang baru beberapa menit dihadapannya. Bagaimana jika dia sindikat penjual organ manusia? Eiren tak akan ambil pusing dengan hal tersebut.

“Maaf, saya buru-buru. Permisi.” Pamit Eiren.

Eiren berjalan dengan langkah lebar tetapi mobil Stev masih mengikutinya. Dia tak lagi memiliki tenaga kuat seperti dulu. Dia masih harus menjaga kandungannya dan tak banyak melakukan hal yang membahayakan. Akhirnya dia berhenti dan menatap Stev kesal.

“Apa mau anda?” tanya Eiren kesal.

Stev hanya diam dan wanita yang berada dibangku belakang langsung turun. Dia tersenyum dan memandang Eiren dengan pilu. Seakan dia tau apa yang terjadi padanya.

“Namaku Sherly dan dia,” wanita tersebut memandang Stev dan tersenyum. “dia suamiku. Namanya Stev. Kami tidak bermaksud jahat. Kami hanya ingin menolongmu. Sepertinya kamu tidak memiliki tujuan.”

Mendengar bahwa mereka bersuami istri membuatnya lega. Setidaknya dia tidak khawatir. Terlebih wanita dihadapannya ini tersenyum dengan sangat manisnya.

“Eiren.” Putus Eiren memberitahukan namanya.

Wanita tersebut tersenyum. “Baiklah Eiren. Lebih baik sekarang kamu ikut dengan kami. Besok pagi kamu bisa pergi dari rumah kami dan mencari tempat tinggal.”

Eiren diam. Apakah dia benar-benar baik? Bagaimana jika mereka hanya baik dibibir saja? Tetapi mengingat cuaca yang tidak bersahabat, Eiren juga bingung.

“Ayolah. Kami bukan orang jahat. Kami bukan perampok atau sebagainya.” Stev akhirnya angkat bicara karena kesal.

Sherly memukul pelan Stev dan tersenyum kearah Eiren. “Ayolah. Kami tidak akan melukaimu.”

Mendengar itu Eiren langsung mengangguk. Entah mengapa rasanya berbeda dan dia dengan mudahnya percaya. Eiren masuk ke dalam mobil dan ikut bersama pasangan tersebut.

*Flasback selesai*

Eiren tersenyum mengingat hal tersebut. Pada akhirnya dia tinggal di salah satu rumah Stev dan malah bekerja di mini market yang dikelola Sherly. Jika mengingat dia dulu mengira Stev jahat, dia sampai malu jika lelaki itu mengtahuinya. Dan sekarang, Sherly sudah melahirkan anak pertama mereka. Padahal waktu bertemu dia tidak tampak seperti tengah mengandung.

Eiren tersenyum tipis. Sejujurnya dia iri dengan Sherly. Wanita itu beruntung karena suaminya ada untuknya dan siap selalu. Sedangkan dia. Dia sendiri dan tak ada yang membantunya. Saat dia merasa mual, dia sendiri yang mengatasinya. Saat dia lelah, tak ada yang memijatnya. Dan bahkan saat dia menginginkan sesuatu, tak ada yang membelikannya. Mengingat kenyataan itu membuat Eiren ingin sekali berteriak pada takdir.

“Setelah ini apa yang akan kamu lakukan?” tanya Stev membuyarkan pikiran Eiren.

“Mungkin pulang. Hari ini aku ijin.”

“Good. Biar aku yang antar.” Stev langsung berkemas dan membayar. Setelah itu dia menganar Eiren dan kembali pergi.

__________AZURA__________
“Aku tidak tau dok apa yang terjadi sejak aku tertidur. Ade berubah. Dia bukan lagi seperti yang dulu. Tak bersikap seperti dulu. Berangkat pagi pulang petang. Dan bahkan dia seakan tak menginginkanku lagi.”

Dena menunduk bingung dihadapan Alvin. Apa yang seharusnya dilakukannya? Awalnya dia pergi ke taman untuk menenangkan diri tetapi entah mengapa pikirannya malah kacau dan hampir bunuh diri. Untung saat itu Alvin datang dan membuang cutter kecil yang tak sengaja ditemukan Dena.

Dena terduduk diam. Alvin yang merasa begitu iba langsung merengkuh Dena dan memeluknya erat. Hatinya terasa begitu terluka melihat Dena seperti tak memiliki tenaga. Belum lagi Eiren, wanita itu malah kabur dengan bayi dikandungannya. Menambah masalah dalam pikirannya. Banyak hal yang harus diurusnya sekarang. Termasuk mencari Eiren.

“Apa yang harus saya lakukan, Dok?” Dena masih terus menitikkan air mata. Dia tak dapat berfikir dengan baik saat ini.

“Apa kamu mencintainya?” tanya Alvin perlahan.

Dena mengangguk. Dia sangat mencintai Ade dan itu membuatnya buta dengan apa yang harus dilakukannya.

“Jika kamu mencintainya, kenapa harus meragukannya?”

“Karena saya melihat dia bersama dengan wanita lain. Dia wanita yang cukup cantik. Bahkan dapat dibilang sangat cantik. Senyumnya manis dan saya merasa Ade begitu bahagia dengan wanita tersebut. Bahkan senyum itu tak pernah ditunjukannya selama ini.”

“Siapa wanita tersebut?” selidik Alvin penasaran.

Dena diam sejenak dan memandang Alvin lekat. “Eiren.” Sebutnya pelan dan itu membuat Alvin diam sejenak.

“Dia mencintai Eiren Azura.” Jelas Dena serius.

Alvin diam. Dia tau Ade mencintai Eiren tetapi dia juga bingung antara Eiren dan Dena. Dena yang masih cukup terguncang dan tak dapat ditinggalkan. Sedangkan Eiren, si gadis keras kepala yang ditinggalkannya sendirian.

“Saya tidak rela jika Ade bersama dengan wanita tersebut. Eiren Azura? Bukannya dia wanita dari keluarga yang tidak baik? Azura selalu tak memiliki suami tetapi memiliki anak. Keluaga yang terkenal kotor. Rela menjual diri demi harta. Sampai kapanpun…”

“Cukup !!” geram Alvin tak terima. Dia melepaskan Dena dan memandang penuh amarah. “jangan pernah menilai seseorang jika bahkan kamu tidak tau siapa dia sebenarnya.”

“Apa?” Dena mengerutkan kening heran dan tersenyum sinis. “jadi sekarang dokter juga membelanya? Bukankah seluruh dunia tau siapa keluarga Azura? Siapa dan seperti apa pemilik nama Azura? Semuanya wanita yang dipertanyakan moralnya.”

“Dan kamu tahu siapa yang membiayai pengobatanmu?” Alvin sudah tak tahan mendengar nama Eiren dijelek-jelekan. Dia tidak tau siapa dan seperti apa keluarga Azura dan kenapa dia harus berkomentar? Omongan orang? yang benar saja. Ini terlalu konyol.

“Dia adalah Eiren Azura. Wanita yang membiayaimu hingga sekarang kamu berdiri di sini.” Tekan Alvin dan itu membuat Dena membelalak tak percaya.

Awalnya Alvin yang menyuruh Ade untuk sabar menghadapi Dena. Tidak meninggalkannya dan menyakitinya. Tetapi dia yang hanya manusia biasa memiliki kesabaran. Mau sampai kapan Dena berfikir buruk tentang keluarga Azura? Dan ini yang dilakukannya. Mengungkap siapa yang telah membiayainya.

Dena langsung diam tak menjawab. Alvin tau dia belum menerima semuanya. Setelah semua kebencian yang dipupuk entah sejak kapan, dia tau ini bukanlah cara yang benar untuk memberitahu. Tetapi Alvin sudah terlanjur mengatakannya. Dan ya, semua sudah terjadi. Tak ada yang perlu disesali.

__________AZURA__________

Eiren merebahkan tubuhnya di ranjang kecil miliknya. Sekarang dia tinggal di rumah Stev tetai jauh dari rumah utama. Rumah yang menurut Eiren cukup besar karena hanya dia yang menempatinya.

Eiren menutup mata perlahan tetapi rasanya belum mengantuk. Matanya tak dapat terpejam dan dia langsung bangkit.

“Aku tak pernah bisa tidur dengan nyenyak akhir-akhir ini.” gerutu Eiren tak suka.

Dia langsung bangkit dan menuju lemari kayu tak jauh dari ranjang. Dia mengambil salah satu kejema putih yang digantungnya. Kemeja yang panjangnya sampai menutupi sebagian pahanya itu langsung dipakai. Setelah itu dia menuju ke arah meja rias dan menyemprotkan minyak baju yang selalu dikenakannya saat tidur. Eiren harus menghematnya. Dia tidak tau akan sampai kapan melakukan hal seperti ini. Dia bahkan menjadi pencuri sebelum meninggalkan rumah tersebut.

Setelah itu dia langsung menuju ranjang, menarik selimut dan tidur dengan nyenyak. Kegiatan yang selalu dilakukannya sejak pergi dari rumah Ade. Eiren tak yakin bisa melupakan Ade itu sebabnya dia mencuri salah satu pakaian dan minyak wangi. Diantara deretan minyak baju yang bermerk tersebut, tidak akan ketahuan, kan?

“Bahkan aku masih tak dapat melupakanmu, Ade.” Eiren menghapus setitik air mata yang menetes di pelupuk mata dan mulai memejamkan mata. Dia harus menerima kenyataan bahwa mungkin Ade sudah bahagia bersama Dena.

__________AZURA__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience