AZURA_Kisah Baru

Romance Completed 20692

Pagi ini, Ade membuka mata dan mendapati wanita yang tidur didekatnya sudah tidak ada. Awalnya dia berfikir jika Eiren pergi ke dapur atau ke manapun di rumahnya tetapi, setelah dia mandi dan juga bersiap berangkat, wanita tersebut tetap tidak menampakkan diri.

“Kemana dia?” tanya Ade pada diri sendiri.

Ade mencoba mencari di dapur tetapi, hasilnya nihil. Setelah itu dia ke taman dan hasilnya sama. Sampai akhirnya dia memutari seisi rumah dan tidak mendapati Eiren dimana pun. Langkahnya semakin gusar ketika wanita tersebut tidak juga ditemukan. Ada perasaan takut dan juga kalut.

Dia langsung merogoh kantung celana dan menelpon seseorang di seberang sana. Lama tidak mendapat jawaban. Apa Eiren masih marah karena ucapannya semalam? Dia tau jika ucapannya memang menyakitkan dan membuat siapa yang dituju menjadi terluka.

Hingga enam panggilan tidak juga mendapat jawaban. Setelah panggilan ke tujuh, Eiren baru mengangkat telfon dari Ade.

“Halo.” suara Eiren terdengar dari seberang. Suara di dekatnya juga terdengar riuh.

“Kamu dimana? Aku bangun kamu sudah tidak ada.” Ade menetralkan suaranya setelah dikira sudah terlalu khawatir.

“Aku di rumah sakit.” jawab Eiren singkat.

“Kamu sakit? Kenapa tidak memintaku menemani? Aku akan kesana, jangan kemana-mana.” Ade sudah tidak lagi bisa menutupi rasa khawatirnya.

Eiren masih ingin mengatakan sesuatu tetapi, Ade langsung memutuskan sambungan. Setelah itu dia langsung berjalan. Entah mengapa dia begitu takut jika Eiren terluka. Setelah masuk ke dalam mobil, dia baru ingat bahwa dia tidak menanyakan rumah sakit.

“Aku rasa lebih baik cek lokasinya saja.” Ade mengeluarkan ponsel dan saat melacak melalui GPS milik Eiren, dia segera melajukan mobil.

__________AZURA__________

“Jadi, apa yang membuat gadis cantik ini kemari?” tanya seorang berjas putih yang tengah duduk di depan Eiren.

“Jangan terlalu menyanjung.” Eiren menyesap kopi-nya dan kembali menatap lurus. “bagaimana dengan putri tidur? Apakah sang pangeran belum juga menciumnya,” goda Eiren membuat sang dokter muda itu memerah malu.

“Sudahlah Eiren. Itu tidak akan pernah terjadi.”

“Ayolah Alvin, kamu cukup baik dengan merawat gadis itu sekian lama. Jadi wajar saja jika kamu memang mau.” Eiren masih tetap setia menggoda.

“Dan aku bukan maniak seperti yang kamu pikirkan.”gerutu Alvin kesal. “terlebih dia pasien.”

“Ah, baiklah. Kamu memang pria baik-baik.”

“Dan kamu wanita bodoh yang menolaknya.”celetuk Alvin sembari menunjukkan wajah cemberut.

“Kau masih kesal mengenai hal tersebut?” Eiren membelalak dan mulutnya terbuka.

Alvin hanya diam dan kembali menyesap kopi-nya. Sebenarnya dia tidak marah. Hanya saja suka menggoda temannya satu ini. Dia memang mencintai Eiren tetapi, dia juga tidak ingin memaksakan jika memang gadis tersebut tidak ingin bersamanya. Menjadi penyangga sudah cukup baginya.

“Ayolah, Alvin. Aku hanya tidak ingin teman terbaik dalam kehidupanku hilang begitu saja.” Eiren tampak tak enak hati. Pasalnya dia sudah menolak lelaki tersebut tetapi, dia masih juga tetap menginginkannya menjadi teman dan bersama dengannya. Berbagi segala hal bersama.

Alvin melirik Eiren dan tersenyum kecil. Dia ingin tertawa. Namun tertahan. Dan saat dia Eiren menyadari hal tersebut, wanita itu langsung memukulnya pelan, membuatnya harus menutupi bagian yang akan dipukul setiap kali Eiren melemparkan tasnya.

“Lo emang nyebelin.” Ucap Eiren kesal.

“Baiklah. Sorry, sorry.” Alvin mengaduh kecil dan tertawa.

“Aku sebel sama kamu.” Eiren langsung berdiri dan pergi.

“Hey, mau kemana?” teriak Alvin tanpa sadar seisi kantin menatapnya lekat.

“Menemui seseorang.” Eiren terus berjalan. Ya, dia harus menemui seseorang yang beberapa tahun lalu diselamatkan olehnya. Seseorang yang secantik bidadari. Seseorang yang selalu menjadi tempatnya menuangkan semua rasa. Meski tidak pernah terdengar jawaban. Namun menurutnya, dia-lah teman untuknya.

__________AZURA__________

Tidak butuh waktu lama untuknya sampai di rumah sakit ini. Hanya membutuhkan sekitar tiga puluh menit hingga akhirnya dia sampai di parkiran. Setelah menginjakkan kakinya setelah menyetir ugal-ugalan, Ade langsung berlari menuju resepsionist dan menanyakan mengenai Eiren.

“Tidak ada pasien yang baru masuk yang bernama Eiren, Tuan.” Jawab resepsionist tersebut setelah Ade menanyakan perihal Eiren.

Ade menghembuskan nafas berat. Pikirannya benar-benar campur aduk dan memutuskan untuk menelfonnya. Tetapi belum sempat dia menelpon, wanita yang dicari tengah berdiri bersama dengan seorang pria dihadapannya dan tersenyum. Senyum manis yang jarang dilihatnya.

Berarti dia sudah jauh lebih baik, pikir Ade dalam hati.

Ade melangkah mendekati Eiren yang tengah berada di pintu sebuah ruangan.

“Eiren.”panggilnya ketika sudah dekat dan wanita tersebut menoleh.

“Ade.” Eiren sempat kaget dan hanya diam mematung ketika lelaki tersbeut memeluknya erat.

“Aku pikir kamu pergi.” bisik Ade pelan.

Alvin yang ada diantara mereka hanya diam tak berpendapat. Mungkin Eiren sudah menemukan siapa yang dicintainya. Pikirkanya polos. Dia tau bagaimana Eiren dan dia bersyukur karena pada akhirnya ada seorang lelaki yang berhasil memikatnya.

“Aku akan pergi jika kontrakku selesai.” Balas Eiren sendu. Ya, dia memang harus ingat dimana letaknya saat ini. Hanya seorang pelayan yang akan dibuang ketika sang ratu datang. Bahkan Alvin yang mendengar sempat mengerutkan kening bingung.

Ade yang mendengar hanya menghela nafas perlahan dan melepaskan pelukannya. Dia yang sudah mengingatkan akan hal tersebut. Jadi bukan salah Eiren jika dia juga kembali mengingatkannya.

“Jadi, apa yang kamu lakukan di rumah sakit?” Ade mengalihkan pembicaraan.

“Hanya menjenguk seorang teman yang belum dikenal.” Eiren tersenyum palsu, menutupi rasa sakit hatinya.

“Teman yang belum dikenal?” tanya Ade bingung.

Eiren mengangguk. “Aku menemukannya beberapa tahun yang lalu dan aku selalu mengunjunginya. Jadi bisa dibilang dia teman yang belum dikenal.”

Ade mengangguk dan sorot matanya menatap Alvin yang hanya diam. Siapa lelaki tersebut? Eiren tampak begitu bahagia. Mengerti tatapan tersebut, Alvin tersenyum dan menglurkan tangan.

“Alvin.” Alvin tersenyum ramah dan Ade menjaab uluran tangan tersebut.

“Ade.”

“Tidak perlu memperkenalkan diri. Aku tau siapa kamu. Bukankah keluargamu yang memiliki rumah sakit ini?” potong Alvin cepat.

“Apa?” Eiren langsung membelalak tak percaya.

“Iya. Dia anak dari pemilik rumah sakit ini.” Alvin kembali memperjelas. “Adelardo Cetta.”

Eiren hanya manggut-manggut. Dia tau sekarang seberapa kaya raya-nya keluarga Cetta dan dia tidak pernah membayangkan jika dia berhubungan dengan keluarga tersebut. Meski hanya sebagai wanita pengganti. Salah. sebagai pelayan pribadi untuk anak terakhirnya.

“Jadi, apa aku boleh melihat temanmu tersebut?” Entah mengapa dia benar-benar ingin tau sosok teman tak dikenal Eiren.

Eiren mengangguk dan tersenyum. Perlahan dia membuka ruangan. Udara dingin ruangan tersebut mulai terasa. Sunyi. Ade mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan, diikuti Eiren dan Alvin.

Belum juga masuk terlalu dalam, ketiganya tercengang menyaksikan pandangan didepannya. Terlebih Ade. Dia mengerutkan kening heran.

“Apa ??!!”
__________AZURA__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience