AZURA_Kembali Tersadar

Romance Completed 20692

Sudah hampir seminggu Ade menunggu Dena di rumah sakit. Dia bahkan tidak pernah pulang. Wanita tersebut tampak jauh lebih kurus dari terakhir dilihatnya. Pipinya semakin tirus. Sudah berapa lama dia ada di rumah sakit ini?

Ceklek.

Pintu terbuka dan tampaklah Abyan dengan paper bag di tangannya. Ade hanya memandang sekilas dan kembali menatap Dena yang tengah tertidur. Dia tak pernah melepaskan genggaman tangannya. Kecuali saat dia harus makan dan juga membersihkan diri.

“Mandilah dan aku ingin berbicara denganmu.” Abyan memberikan paper bag dan langsung diterima.

Ade masuk ke kamar mandi dan Abyan yang menunggu. Dia menatap Dena nanar. Mengapa dia kembali dan menghancurkan sebuah hati? Harusnya Dena kembali sebelum Ade mengalami frustasi dan menemukan hati yang lain. Hati yang ternyata jauh lebih lembut dari kapas. Ingatannya kembali membawanya satu minggu yang lalu.

*Flashback*

Abyan melihat Eiren keluar dari ruang dokter. Mulai penasaran karena wajahnya benar-benar berbinar. Memancarkan bahagia. Abyan memutuskan masuk dan saat dia masuk, seorang dokter wanita menatapnya bingung.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya dokter tersebut.

Abyan langsung masuk dan menutup pintu. Dia langsung duduk dan menatap Dokter Rada dengan serius. Dia benar-benar penasaran.

“Dok, boleh saya bertanya?” tanya Abyan sedikit khawatir.

“Tentu. Selagi saya mampu menjawab akan saya jawab.” Dokter Rada dengan senyum manis.

“Gadis yang barusan keluar, apa dia memeriksakan sesuatu?” tanya Abyan sedikit ragu.

“Maksud anda Eiren?”

“Anda mengenalnya?”

“Tentu. Dia sahabat saya. Ada hubungan apa anda dengannya?” Dokter Rada memicingkan mata penuh selidik.

“Saya hanya ingin tau. Itupun jika boleh.”

Rada tersenyum manis. “Dia tengah mengandung. Usia kandungannya baru dua minggu.”

Jedar.
Bagai disambar petir, Abyan langsung tercekat. Dia hamil? Apakah benar itu anak Ade? Tapi dia tidak yakin jika itu bukan anak Ade. Dilihat dari riwayat Eiren yang bahkan rela merawat dan membiayai Dena, dia bukan tipe wanita yang seperti dikabarkan.

“Apakah anda mengenalnya? Anda mengenal ayah dari anaknya?” tanya Rada yang bingung melihat Abyan seperti shock.

Abyan mengangguk. Entah mengapa dia yakin bahwa Ade-lah ayah dari anak tersebut.

“Apa dia mencintainya? Saya hanya takut jika lelaki tersebut hanya memanfaatkan Eiren. Saya tidak mau jika Eiren mendapat rumor buruk seperti orangtuanya.”

“Tentu.” Jawab Abyan singkat dan langsung keluar. Dia bahkan tidak berpamitan dengan Rada. Sampai di depan ruangan Dena, dia melihat Eiren tengah menangis. Dia yakin Ade sudah ada di dalam. Tetapi bagaimana bisa?

Eiren berbalik dan menatapnya dengan mata sembab. Dia tak seperti yang dikabarkan. Dia bukan wanita perusak keluarga orang dan wanita murahan. Dia lebih dari wanita baik yang bahkan rela berkorban.

“Kamu menang. Selamat dan aku akan pergi.” ucap Eiren sembari menyunggingkan senyum miris.

Mendengar hal tersebut membuat Abyan merasa sakit. Dulu dia benar-benar ingin mendepak tetapi sekarang, dia tidak yakin.

*Flasback selesai*

Ade keluar dan sudah berganti pakaian. Dia meletakkan pakaian kotornya di paper bag dan menatap Abyan. Bukankah dia ada yang ingin dibicarakan?

“Aku harap kamu pulang sekarang, De.” Ujar Abyan sebelum Ade membuka percakapan.

“Aku tidak mau. Aku tidak mau kehilangan Dena lagi.” kekeh Ade keras kepala.

“Ada hal yang harus kamu urus.”

“Tidak. Urusanku selesai.”

“Eiren.”

Satu nama yang disebutkan dan itu membuat ingatan Ade kembali. Dia ke sini bersama dengan Eiren seminggu yang lalu dan sekarang dia bahkan tidak ingat dengan Eiren. Terakhir kali dia melihat Eiren, dia tampak pucat. Apa dia baik-baik saja? Menyadari hal tersebut membuat Ade gusar.

“Selesaikan masalahmu dengan Eiren. Kamu tidak bisa memiliki Dena dan Eiren sekaligus. Tentukan pilihanmu.” Abyan masih menatap Dena yang tertidur lelap.

Ade manarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. “Baiklah. Jaga Dena.” Dia hanya pulang untuk memastikan bahwa Eiren masih di rumahnya, bukan mengakihiri salah satunya. Dia bahkan tak pernah membayangkan hal seperti ini. Kehilangan Dena? Dia tidak mampu. Melepaskan Eiren? Dia sama saja tidak bisanya.

Abyan menatap pintu kamar yang tertutup setelah Ade keluar. Dia yakin Ade akan memilih Eiren karena dia akan mengungkapkan kehamilannya. Dan dia, dia hanya akan menenangkan dan memberikan pengertian kepada Dena seperti yang dikatakan Alvin sebelum dia menemui Dena.

__________AZURA__________

Ssepanjang jalan Ade menggerutu. Kenapa dia sampai melupakan Eiren? Bagaimana jika ternyata wanita itu tidak lagi di rumahnya? Dia yakin pasti akan gila. Baru sebentar saja dia tidak bisa. Hanya saja, dia belum sanggup menentukan pilihan. Mungkin dia harus memindakan Eiren ke apartemennya karena Dena harus tinggal di rumahnya.

Di sisi lain, Eiren hanya duduk merenung di ruang tamu. Sudah satu minggu Ade tidak kembali dan bahkan dia tidak menghubunginya. Apa semua kata cintanya waktu itu langsung hancur dan tak berbekas? Eiren menatap perutnya. Di sana ada janin dari percintaannya dengan Ade. Dan apa dia akan mengulangi sejarah yang sama? Membayangkannya saja membuatnya sakit kepala.

Ade yang baru sampai langsung ke rumah dan membuak pintu keras. Tampak Eiren berjingkat kaget. Dia masih melihat wanita tersebut duduk dan menatapnya penuh tanya. Ade banr-benar lega dengan hal ini.

“Aku lega kamu masih disini.”ujar Ade yang langsung berlari dan memeluk Eiren.

Eiren tersenyum senang. Ade kembali. Apakah dia akan tetap tinggal untuknya?

“Eiren, maaf. Aku tau ini salah tapi Dena kembali. Dia kembali.” jelas Ade berbinar bahagia.

Eiren merasa sakit karena senyum itu bukan karenanya. Dena mengalihkan dunia Ade.

“Aku tidak bisa melepaskanmu, Eiren. Jadi, bisakah kamu tinggal di apartemen milikku?” tanya Ade dengan was-was.

“Pindah?” Eiren mengerutkan kening heran.

“Iya. Hanya sementara sampai Dena sembuh total.”

Hah? Dan sekarang dia seperti selingkuhan? Eiren tersenyum miris.

“Tidak. Aku tidak bisa, Ade.”

Ade langsung menatap kecewa. Dia berharap Eirem mau mengerti kondisinya dan Dena. Dena masih terlalu lemah menerima informasi bahwa Eiren kini merupakan kekasihnya. Dena akan shock dan melakukan hal yang tidak diharapkan.

“Aku bukan selingkuhanmu dan aku tidak mau jika aku diperlakukan seperti selingkuhan.” Eiren menatap berani. Dia harus mengatakan apa yang dipikirkan sejak lama. Siapakah dia bagi Ade?

“Aku tidak menganggapmu selingkuhan.” Jawab Ade dengan rahang mengeras. Dia tidak pernah menganggap Eiren selingkuhan.

“Tapi dengan begitu aku teras seperti selingkuhan ! Aku ini kekasihmu dan bukan simpananmu !” Eiren lepas kesabaran. Apa yang dipikrikan Ade? Memiliki dia pacar dan akan dijadikan istri semua?

“Kamu kekasihku !”

“Kalau begitu pilih, De. Pilih aku atau Dena!!” akhirnya Eiren menyuarakan apa yang dipikirkannya.

“Cobalah mengertiku, jalang !” bentak Ade semakin marah.

Jalang? Eiren tersenyum lagi. Ya, harusnya dia sadar siapa dia sebenarnya. Dia tidak lebih dari alat pemuas nafsu. Dia tidak akan mendapatkan cinta yang dikatakan.

Ade menatap Eiren yang hanya diam. Dia sadar apa yang diakataknnya sudah kelewatan. Tetapi amarahnya masih merajainya. Dia tidak memikirkan perasaan Eiren. Ade mengacak rambutnya dan menatap dengan mata berapi-api.

“Silahkan. Silahkan. Pergi seperti perjanjian awal kita jika kamu tidak mau mendengarkanku. Pergi !!” bentak Ade yang langsung pergi. Entah mengapa dia kesal karena Eiren kembali membangkang.

Ade langsung pergi dengan perasaan kacau. Tak bisakah Eiren mengerti dirinya? Dia bukan menghadapi seorang penghianat dan bahkan rasa bersalah Ade kini kian besar melihat kondisi Dena yang memprihatinkan.

Eiren menitikkan air mata. Benar kata dunia. Dia memang ditakdirkan sendiri. Dengan aib yang harus dibawanya. Eiren menghapus air matanya dan berbalik ke kamar. Bukankah dia harus segera berkemas?

“Kita akan hidup berdua, Nak. Mama akan membahagiakan kamu.” ucap Eiren pilu. Dia benar-benar harus pergi sejauh mungkin.

__________AZURA__________

Ade datang ke rumah sakit dengan keadaan kacau balau. Abyan yang melihat langsung menebak apa yang terjadi.

“Apa kamu sudah menyelesaikan masalah kalian?” tanya Abyan penasaran.

“Iya.” Ade langsung duduk dan menarik nafas dalam.

“Jadi kamu memilihnya?” selidik Abyan penasaran.

“Dia memilih pergi. Ya, dia memang harus pergi sesuai perjanjian.”

Deg. Abyan menatap Ade bingung. Apa Eiren tidak memberitahukan tentang kehamilannya?

“Kamu tidak mencegah?”

Ade menggeleng.

“Shit !!” umpat Abyan dan langsung pergi. Dia tidak memperdulikan tatapan penuh tanya Ade. Dia tidak akan membiarkan Eiren pergi tanpa mengatakan kehamilannya kepada Ade. Setidaknya sampai Ade memutuskan akan melepas atau menggenggamnya.

“Dasar bodoh.” Umpatnya sembari menuju parkiran. Dia harus mencegah Eiren secepat yang dia bisa.

__________AZURA__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience