AZURA_Maaf Karena Aku Tak Memilihmu

Romance Completed 20692

Eiren menatap sekeliling, tersenyum pedih. Di sini dia beberapa bulan. Tempat dimana dia berteduh. Tempat dimana dia menghabiskan harinya. Tawa, menangis dan bahkan cinta. Di rumah yang seharusnya tak menjadikan dia merasa nyaman. Setitik air bening terasa merembes. Kenapa dia menangis? Harusnya dia tidak pernah mempercayai cinta.

Alex yang baru saja dari rumah keluarga Cetta tercengang melihat Eiren tengah menarik turun koper. Langsung didatanginya wanita tersebut dan membuat Eiren ikut berhenti tepat di tengah tangga.

“Ada apa?” tanya Eiren menatap Alex yang mengerutkan kening heran.

“Anda tidak bisa pergi, Nona. Tuan Adelardo akan sangat marah nanti.”tegas Alex dan menarik koper Eiren untuk dibawa masuk tetapi, Eiren mencegah dan tersenyum manis.

“Aku sudah harus pergi, Alex. Sudah tidak ada tempat di rumah ini.”

“Tapi tuan Ade..”

“Dia sudah kembali. Bukannya aku harus pergi ketika dia kembali?” Eiren menatap pedih. Ya, dia harusnya sadar kalau dia hanya sebuah pelarian.

“Apa?” Alex melepas genggamannya dan menatap shock. Kenapa juga dia harus shock?

“Iya. Dena kembali dan aku juga harus kembali. Kamu jaga baik-baik mereka.” Eiren menarik kopernya kembali. “dan aku baik-baik saja. Jangan khawatir.” Eiren tersenyum diujung tangga dan berjalan tegak menuju pintu depan.

Harusnya dia sadar bahwa cinta itu tidak ada. Dia sudah mengemasi seluruh pakaian yang dibawanya dan meninggalkan semua pemberian Ade. Tangannya menggenggam erat, menguatkan hati yang mulai rapuh.

BRAK !!!
Eiren langsung diam di tempat, terlihat Abyan dengan nafas tersengal-sengal. Apa dia sebegitu buru-burunya? Terdengar kelegaan dari arah pria tersebut. Rambutnya cukup acak-acakan dan Alex masih masih membisu juga ikut menengok, menatap Abyan yang terlihat lusuh.

Eiren cuek dengan keberadaan Abyan. Lagipula dia tidak mengenalnya. Bukan itu, lebih tepatnya Abyan enggan mengenalnya. Pria itu teramat membencinya dan sekarang, dia akan benar-benar puas. Apakah dia harus mengucapkan selamat tinggal? Tidak perlu karena ini keinginan Abyan.

Eiren melangkah melewati Abyan yang masih mengatur nafasnya dan siap keluar, sebelum sebuah teriakan membuatnya berbalik.

“Jangan. Jangan pergi.” ucap Abyan masih dengan nafas yang belum normal.

“Apa?” Eiren mengerutkan kening heran. Apa Abyan sadar mengatakan hal tersebut?

“Jangan pergi.” ulangnya lagi.

Eiren tersenyum. Jangan pergi? Dan maksudnya dia ingin menyiksa Eiren kali ini? Melihat Ade bersama dengan Dena? Apa Abyan sebegitu membencinya sehingga ingin membuatnya menderita? Terluka begitu dalam.

“Maaf. Tapi aku harus pergi. Kontraku di sini selesai. Ade sudah menemukan cintanya.”

Abyan menegakkan tubuh. Dia ke rumah Ade memang terburu-buru dan berlari ke rumah dengan cepat. Takut Eiren sudah pergi dan benar. Sedikit saja dia terlambat, dia tidak akan pernah menemukan Eiren dan anak yang dikandungnya.

“Tapi aku mohon, jangan pergi. Ade, dia akan mencarimu kemana-mana. Dia mencintaimu.” Abyan tau karena sekarang Ade terlihat begitu tersiksa.

Eiren tersenyum tipis dan bersikap datar. “Maaf. Bukannya dulu anda membenci saya? Kenapa sekarang anda begitu baik dengan saya?” Ini memang aneh karena Abyan tampak peduli dengannya.

“Aku minta maaf untuk itu semua. Aku tau itu terlalu kejam tetapi, maaf. Dan aku berterima kasih karena kamu sudah merawat Dena dengan baik. Kamu membiayainya dan aku akan menggantinya. Selain it…” Abyan berhenti karena Eiren mengangkat tangannya sampai di dada.

Eiren menatap pilu. Jadi ini yang membuat Abyan merasa berhutang budi? Itu sebabnya dia baik? Pikiran konyolnya mengatakan setidaknya Abyan telah menyukainya dan tak membenci keluarga Azura. Nyatanya salah. Semuanya hancur dan ternyata semua hanya karena Dena. Dan apa dia bilang? Uang? Mengganti uangnya? Uang yang digunakannya juga dari keluarga Cetta dan dia ingin mengembalikannya? Itu terdengar seperti mata duitan.

“Tidak perlu.” Eiren membuka mulut dan menatap Abyan. Air matanya berhenti di pelupuk mata. “anda tidak perlu mengembalikan semuanya kepada saya. Saya tidak butuh. Dan Ade,” Eiren berhenti, menarik nafas panjang dan hembuskan. “dia akan baik-baik saja bersama dengan Dena. Dia akan bahagia.”

Eiren kembali menarik koper dan siap pergi tetapi Abyan berteriak dan itu membuatnya kaku.

“Setidaknya jika kamu mau pergi, beritahu Ade bahwa dia akan menjadi seorang ayah !!” teriak Abyan dan itu mampu menghentikan Eiren yang siap pergi.

“Apa?” ucap Eiren shock. Jadi Abyan tau dia mengandung? Apa Ade juga tau? Tanpa sadar Eiren menggenggam perutnya, seakan melindungi anak yang dikandungnya agar tak hilang dari dekapan.

“Iya. Aku tau kalau kamu masih hamil. Jadi, setidaknya beritahu Ade dan biarkan dia memilih siapa yang harus bersamanya.”

Alex yang mendengar juga ikut membatu. Apa yang terjadi selama dia pergi? Ada kebahagiaan karena tuannya akan memiliki anak. Tetapi menyadari Eiren akan pergi, dia yakin Ade akan sangat terluka. Apa dia akan terpuruk seperti dulu lagi? Ada ketakutan yang meresap perlahan. Dia tidak sanggup jika harus melihat Ade terpuruk lagi.

“Jangan pergi dan menanggung semuanya sendiri. Setidaknya biarkan anak itu tau siapa ayahnya.” Bujuk Abyan karena Eiren tak juga berbicara.

Eiren tersenyum sinis. “Bukannya itu yang orang selalu pikirkan tentang keluargaku? Jadi tidak perlu memikirkan hal ini.” Eiren kembali menarik kopernya dan berhenti sejenak, melirik Abyan yang siap menghentikannya. “dan jangan katakan ini kepada Ade. Anak ini adalah anakku dari kesalahanku. Jadi jangan katakan apapun.”

“Dia calon keponakanku, jadi aku berhak melindungi dia.” Tegas Abyan masih kekeh.

“Memangnya anda yakin jika ini anak dari Ade? Aku bahkan sering tidur dengan banyak lelaki.”

“Nona.” Suara Alex terdengar pilu dan itu membuat Eiren berhenti. Dia tidak menengok sama sekali. Air matanya bercucur hanya suaranya masih dapat dikontrol. “kalau anda pergi, Tuan Ade akan merasa kehilangan. Apalagi jika dia mengetahui bahwa Nona tengah mengandung. Bayi itu tidak bersalah apapun, Nona.”

Eiren menarik nafas dan menghembuskannya keras. “Jika dia terpuruk karena anak ini, maka jangan bilang. Dan jangan takut, aku bukan seorang ibu yang akan dengan tega membubuh anaknya. Aku akan mengasuhnya sendiri.”

“Tapi..”

“Jika kamu merasa ini anak dari adikmu, jangan katakan apapun tentang kehamilan ini karena aku tidak akan muncul lagi dihadapan kalian.” Eiren meneteskan air matanya perlahan. “aku akan pergi jauh dari tempat ini.”ucapnya lirih.

Abyan dan Alex hanya bisa diam melihat Eiren yang mulai berjalan menjauh. Dia tidak mendengarkan ucapan dari keduanya. Apa yang bisa dilakukan? Alex berniat mengejar Eiren tetapi Abyan mengehentikan.

“Kita awasi saja dia dari jauh. Kita hanya bisa membantu seperti itu jika dia juga keras kepala.” Abyan duduk di kursi dan memijit kepalanya ringan. Eiren sukses membuat kepalanya berdenyut tak karuan.

“Hubungi Revan dan suruh dia memata-matai Eiren. Jangan sampai ketahuan.” Perintah Abyan yang langsung diikuti oleh Alex.
__________AZURA__________

“Ade.”

Ade yang tengah berada di sofa langsung sigap dan menatap Dena. Gadis itu tampak lemah. Karena dia baru sadar dari tidur panjangnya. Ade langsung bangkit dan pindah kursi.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Ade khawatir dan menggenggam erat tangan Dena.

Dena mengangguk. “Maaf.” Ucapnya lemah. “maaf untuk yang waktu itu. Abyan, dia..”

“Ssssttt..” Ade tersenyum menatap Dena. Dia tidak bisa menyalahkan Dena karena memang semua salahnya. Dia tidak mau mendengarkan penjelasan dari keduanya. “aku sudah tau semuanya. Dan kamu maish lemah. Jangan banyak bicara dan istirahatlah.”

“Kamu tidak akan pergi, kan?” tanya Dena takut Ade akan meninggalkannya.

Ade menggeleng dan tersenyum. “Aku akan tetap di sini. Aku tikda akan kemana-mana. Jadi tenang saja.”

Dena yang merasa yakin langsung tersenyum dan menutup mata perlahan. Entah mengapa matanya terasa berat. Apa Alvin memberinya obat tidur? Mungkin iya tetapi Ade tidak akan pernah meninggalkannya, kan? Dena menggenggam tangan Ade erat.

Sejak tadi Ade hanya diam masih memikirkan apa yang terjadi pada Eiren. Apa wanita itu baik-baik saja? Terakhir mereka bertemu suasananya tidak baik dan Ade juga terlalu banyak pikiran. Dia ingat mengatakannya sebagai jalang. Berulang kali dia memukul pelan kepalanya. Bodoh. Eiren pasti sakit hati dan tidak ingin menemuinya.

Ade mengambil ponsel dan menekan nomor Eiren. Tak ada jawaban. Ade mencoba lagi dan masih sama. Kali ini malah tidak aktiv. Ade semakin gusar dan tampak bingung. Dia hendak menghubungi Alex dan menanyakan mengenai Eiren tetapi Dena malah menggenggam tangannya sangat erat.

“Ade.”

Beberapa kali Dena mengigau menyebut namanya. Langsung diletakkannya ponsel tersebut di atas nakas dan menggenggam tangan Dena.

“Tenanglah. Aku disini.” Ujarnya menenangkan. Dan tak lama, Dena melepaskan genggamannya dan tertidur pulas.

Ade menghembuskan nafas perlahan. Mungkin jauh lebih baik dia menemui Eiren langsung, pikirnya.

__________AZURA__________

Eiren menatap layar ponselnya datar. Beberapa kali ponselnya menyala. Ade. Nama yang tertera membuat Eiren semakin sakit. Saat ini dia tengah berada di jalan setelah menjual mobil dan rumahnya. Tak ada yang harus disapanya saat ini karena dia memang tak memiliki siapapun.

Eiren memanang jalanan yang tampak padat dengan nanar. Ini terakhir kalinya dia merasakan cinta. Pertama dan terakhir. Awalnya dia membentengi hatinya dengan kokoh tetapi sekarang, dia bahkan tak memiliki pertahanan apapun.

“Maaf, Ade. Aku harus pergi.” Eiren melepaskan kartu di ponselnya dan membuangnya melalui jendela mobil. “kamu akan bahagia dan aku tidak bisa menyaksikannya. Aku akan bahagia dengan caraku.” Eiren memandang perutnya yang masih rata. Di sana, tumbuh buah cintanya. Sayang, Ade tak ada untuk menemaninya.

“Kita wujudkan cinta kita sendiri, Nak. Biarkan ayahmu bahagia. Kita tak akan pernah mengganggu hidupnya.” Eiren tersenyum tipis dan air matanya menetes terus. Dia yakin ini sulit tetapi, dia harus melakukannya. Demi cinta yang tak harusnya digapai.

__________AZURA__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience