AZURA_Apa Selamanya Cinta Selalu Menyakitkan

Romance Completed 20692

Kehidupan hampa tanpa semangat. Tak ada lagi tawa gemuruh dan pertengkaran yang terjadi. Hidupnya hanya lurus dan tak bergairah. Eiren menyandarkan tubuhnya pada pinggiran kusi halte. Hari ini dia harus pulang cepat karena tidak enak badan. Perutnya mual sejak pagi. disaat seperti ini terkadang dia merindukan Adelardo.

Eiren memandang miris sepasang suami istri yang berjalan didepannya. Tampak sang suami sangat menjaga istrinya. Membawakan belanjaan dan juga membelikan makanan yang diminta. Dia iri. Iri dengan takdir yang begitu baik kepada mereka berdua. Sedangkan dia. Dia hanya bisa merasakan semuanya sendiri. Pusing, mual, panas, lelah. Tak ada pria yang menopangnya sekarang. Apakah jika dia tetap tinggal bersama dengan Ade semuanya akan bahagia? Atau sama saja?

Tanpa sadar setitik air mata merembes melewati pipi mulus Eiren. Dia ingin sekali melupakan Ade tetapi cintanya kepada pria tersebut seperti tak hilang. Apa yang diharapkannya sekarang? Dia hanya bisa berteduh dengan lelah dan perjuangan. Ada bayi kecil yang akan lahir nantinya. Eiren menatap perutnya yang sudah sedikit buncit dan tersenyum.

“Kamu harus sehat sayang.” Eiren kembali menatap ke jalanan yang tampak lengang. Tak ada banyak orang karena memang jam kantor. Hanya anak kuliah yang berlalu-lalang disekitarnya.

Eiren hendak melangkah pergi, tetapi berhenti karena terdengar suara orang terjatuh dengan pakaian yang benar-benar kucel. Baju robek dan celana seperti tak pernah dicuci. Eiren cuek dan hendak melangkah tetapi pria berpakaian itu terjatuh. Semua yang melewati hanya pergi dan menatap jijik. Eiren yang tak tega langsung berbalik dan mendatangi lelaki tersebut. Membantunya berdiri dan menyuruhnya duduk di halte.

“Terima kasih.”ucap lelaki tersebut saat sudah duduk.

Eiren mengangguk dan tersenyum. Dia melihat tangan bapak tersebut yang terus memegangi perut. Tampilannya seperti gembel. Apa dia lapar?

“Bapak sudah makan?” Akhirnya Eiren memutuskan bertanya.

Lelaki tersebut tersenyum kecil. “Dari kemarin Bapak tidak makan, Nak.”

“Kalau gitu Bapak bisa ikut saya ke rumah. Kebetulan saya memasak banyak.”

Bapak-bapak tersebut langsung tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih.”

Eiren hanya mengangguk canggung karena Bapak tersebut terus memperhatikannya. Terlebih perutnya yang sudah mulai membuncit membuat Eiren tak nyaman. Awalnya dia ingin langsung pergi tetapi dia merasa kasihan.

“Mari, Pak.” Eiren membimbing Bapak tersebut dan langsung berjalan. Rumahnya tak jauh dari kantor. Dia duduk sejenak karena merasa lelah. Sejak kehamilannya semakin tua, dia sering merasa kelelahan.

__________AZURA__________
Eiren memperhatikan lelaki yang saat ini tengah duduk di depannya. Dia memang membawanya ke rumah dan memberikan makanan. Dia tau ini terkesan aneh karena Bapak didepannya tak tampak seperti seorang gelandangan. Dia memang mengenakan pakaian lusuh tetapi wajahnya jauh dari kata lusuh. Kulit putih dan bersih. Tanpa cacat. Dan sekarang, dia tengah menyuap nasi dengan begitu menawan. Dia lelaki tua yang membuatnya mengingat seseorang.

Eiren menyipitkan mata. Benarkah lelaki ini seorang gelandangan? Tetapi cara makan yang anggun membuatnya berfikir. Tak mau pusing, dia mengabaikan semuanya dan mengusir pikiran konyolnya. Apakah ini sebuah jebakan dan dia akan mendapat hadia? Haha terkesan konyol.

“Bapak mau tambah?” tanya Eiren saat lelaki itu selesai dan meneguk minumannya sopan.

Bapak tersebut menggeleng. “Tidak perlu. Aku sudah sangat kenyang. Apa kamu sendiri yang memasaknya?”

Eiren tersenyum dan mengangguk. “Saya tidak memiliki uang jika harus membeli makanan di luar, Pak.” Eiren tersenyum dan mengambil piring serta gelas yang sudah tak terpakai.

Lelaki tersebut mengikuti arah Eiren melangkah. Dia tengah mencuci piring di dapur. Tetapi bukan itu yang menarik perhatiannya. Tetapi sekotak susu ibu mengandung. Pandangannya menyipit dan beberapa kali memperhatikan postur tubuh Eiren yang tampak lebih besar.

“Apa kamu sedang mengandung?” tanya lelaki tersebut memastikan.

Eiren menoleh dan mengangguk. “Iya, Pak. Saya mengandung dan sudah hampir tiga bulan.”

“Tapi sepertinya kamu tinggal sendiri.” Lelaki tersebut mengamati rumah Eiren yang serba tunggal dan tidak ada tanda bahwa dia memiliki suami. “dimana suamimu? Apa dia tidak di rumah?” tanyanya memancing.

Deg.

Eiren menghentikan aktifitasnya. Suami? Dan bahkan dia juga tidak memiliki kekasih. Apa dia harus menjelaskan bahwa anak tersebut didapat dari perjanjian konyolnya? Tidak mungkin. Dia bahkan tak mengenalnya.

“Iya. Suami saya bekerja di kota dan jarang pulang.” Eiren tersenyum sembari mengelap tangannya.

Lelaki tersebut mengangguk. “Kamu pasti mengalami masa sulit sendirian, Nak. Aku berharap suamimu akan segera kembali dan bersamamu disini.”

Eiren tersenyum dan memberikan segelas tes panas. Kembali? Dia saja tidak yakin jika ayah dari anaknya akan datang menemuinya. Tak ada yang tahu dimana dia tinggal. Inilah pilihannya. Dia tidak bisa melihatnya bersama dengan wanita lain. Dan di sini, dia menyiksa diri dengan melupakan lelaki tersebut. Apa dia benar-benar senang? Apa ini keputusan terbaiknya?

Eiren menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia menatap lelaki yang saat ini berada didepannya. Mengapa wajahnya mirip sekali dengan Ade? Menyadari hal tersebut Eiren langsung menghilangkannya semua pikirannya. Mungkin dia terlalu memikirkan Ade akhir-akhir ini.

Lelaki tersebut mendongak dan menatap Eiren lekat. “Kamu gadis yang baik. Aku yakin, suamimu sangat mencintaimu.”

Cinta? Eiren tersenyum tipis. Apa cinta memang begini? Apa cinta selalu menyakitkan? Atau hanya dia yang mendeklarasikan bahwa cinta itu menyakitkan? Nyatanya, cinta tak selalu sama dengan apa yang dibayangkan.

__________AZURA__________
Dena menatap Ade dari balkon kamarnya. Lelaki tersebut tengah duduk bersila di taman yang dapat terlihat dari kamar Dena langsung. Setiap pagi. Dia selalu duduk bersila dengan memegang koran. Memegang dan bukan membaca. Karena Ade melamunkan sesuatu sampai beberapa menit dan kembali ke rumah.

Sejak kejadian saat itu, Dena tak lagi menanyakan mengenai Eiren. Dia tau Ade tak menyukainya. Tetapi dia sudah membuat keputusan. Keputusan yang entah akan berdampak apa untuknya nanti.

Dering ponsel membuyarkan lamunan Dena. Dena langsung menuju ponselnya di kasur dna menatap siapa nama pemanggilnya. Dokter Alvin. Tangannya dengan cepat mengusap layar canggih tersebut dan meletakkannya di telinga.

“Halo, Dok.”

“Dena, apa kita jadi pergi hari ini?” tanya Alvin yang ada diseberang.

“Iya, Dok.”

“Kamu sudah siap? Aku menunggu di café tak jauh dari rumah Ade.”

“Baik. Aku akan segera turun.”

Dena langsung mematikan ponsel dan segera mengambil tasnya. Setelah itu dia langsung berjalan cepat menuju lantai dasar. Belum juga sampai, dia menghentikan langkah. Entah mengapa melihat kamar sebelahnya dibersihkan membuatnya nyeri. Apa disini mereka menghabiskan waktu bersama?

Dena mengurungkan niatnya sejenak dan masuk ke dalam kamar yang didominasi warna putih. Pandangannya menatap nanar ranjang di depannya. Disinikah tempat mereka bergumul dan berbagi? Semua pelayan yang tengah membereskan langsung diam dan tak bersuara. Dena hanya menatap sejenak dan air matanya siap mengucur, tetapi ditahan. Menyadari posisinya sudah berubah.

“Kalian teruskan saja.” ucap Dena yang hendak berbalik badan dan siap pergi.

Langkahnya terhenti saat dia menatap amplop putih dinakas dekat ranjang. Matanya menyipit dan karena penasaran dia langsung berjalan tergesa. Dengan cepat dia membukanya dan membaca semua isinya. Matanya membelalak tak percaya. Mulutnya ditutup dengan sebelah tangannya. Kakinya melemas tak berdaya.

“Jadi dia hamil?” ucapnya terbata dan membuat beberapa pelayan yang tengah berada disana menunduk tak menghiraukan.

“Pasti dia merasa kesulitan karena kandungannya masih sangat muda.” Dena tampak begitu lemas dan tak tega. Semua pelayan yang ada disana juga ikut merasakan. Bahkan mereka sudah tau saat Eiren pergi meninggalkan rumah.

Dena langsung memasukkan kembali amplop tersebut dan segera memasukannya ke dalam tas. Dia menghapus air matanya dan berjalan cepat menemui Alvin. Dia tau Alvin tau semua ini. Ya, dia yakin itu.

“Aku harus segera menemukannya.”tekad Dena yang langsung pergi. Dia tidak sadar bahwa Ade memperhatikannya bingung.

__________AZURA__________
“Jelaskan ini !!” Dena membanting amplop berisi keterangan bahwa Eiren tengah mengandung.

Alvin yang tak tahu apapun langsung mengambil dan membaca amplop tersebut. Ekspresinya sama, dia cukup kaget. Bukan karena kabar Eiren mengandung karena dia sudah tau itu sejak dulu. Eiren menceritakan semuanya dan setelahnya pergi. Dia sempat melarang tetapi namanya Eiren keras kepala, dia tidak akan mendengarkannya. Yang menjadi sumber keterkejutannya adalah Eiren lupa membawa hasil ter kehamilannya.

“Cepat jelaskan !!” bentak Dena membuat pengunjung café memperhatikannya.

Alvin menatap sekitar dan tersenyum meminta maaf. “Duduk dulu. Aku akan menjelaskan semuanya.”

Dena yang tengah meluap-luap menurut. Dia harus tau alasan apa yang membuat Eiren pergi.

Alvin menarik nafas perlahan dan menghembuskannya. Dia memandang Dena yang masih berkobar penuh amarah. “Jadi Eiren mengandung. Sebelum Ade bertemu denganmu, dia sudah mengandung anak Ade.”

“Apa dia tau?” Dena memicingkan mata penuh introgasi.

Alvin menggeleng. “Eiren menyuruhku merahasiakannya. Dia ingin Ade bisa hidup bahagia bersamamu. Karena dia tau kamu adalah wanita yang diharapkan.”

Dena tersenyum sinis. “Jadi dia ingin menjadi malaikat? Atau dia hanya ingin membuat Ade semakin bersalah karena melepaskannya dalam keadaan mengandung?”

Alvin membuang wajah tak mau meluapkan emosinya. “Terserah apa katamu tetapi itulah yang aku tau. Dia hanya tidak ingin mengganggu hubungan kalian.”

Dena menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan an kembali membuka. Entah apa yang dipikirkan Eiren karena pada akhirnya Ade yang tersiksa.

“Sudah berapa minggu usia kandungannya?” tanya Dena mulai penasaran.

“Sekitar sembilan minggu.”

“Dimana dia tinggal sekarang?”

“Aku ti…”

Alvin menghentikan ucapannya dan membelalak menatap lelaki yang berada di belakang Dena. Dena yang mulai penasaran langsung menoleh dan mendapati Ade tengah berapi-api. Tangannya mengepal sempurna dan siap meluapkan amarahnya.

“Ade.” Panggil Dena lirih. Dia tidak menyangka Ade mengikutinya.

“Eiren sialan !!” ucapnya geram dan langsung pergi keluar.

Dena dan Alvin yang sadar langsung ikut mengejar. Mereka yakin Ade akan mencari Eiren tanpa berhenti. Alvin menghubungi Abyan dan mengatakan semuanya. Dari ponsel terdengar umpatan Abyan yang juga tampak gelisah.

Sebenarnya Alvin sudah tau keberadaan Eiren saat ini. Tetapi Abyan yeng menyuruhnya untuk tetap diam. Abyan takut jika kedatangan Ade akan membuat kandungan Eiren mengalami gangguan. Dia tidak ingin calon keponakannya kenapa-kenapa. Itu sebabnya dia tidak memberitahukan Ade mengenai hal ini. Dia akan mempertemukan mereka saat pertemuan di rumah Stev.

Ya, pertemuan itu juga merupakan rencananya. Kerja sama dengan perusahaan Stev membuatnya mudah untuk mendapatkan bantuan. Dan untungnya, Eiren malah berlari ke tempat dimana Stev yang merajainya. Abyan sengaja meminta bantuan dari Stev untuk menampung Eiren. Memberikan pekerjaan? Itu bukan salah satu rencananya. Tetapi karena Eiren yang memaksa jadi Stev memberikan pekerjaan dikantor.

“Aku akan mengejarnya.” Alvi mematikan sambungan dan terdengar helaan kesal. Alvin tau sebanarnya Abyan sangat merestui Ade merestui bersama dengan Eiren. Tetapi dia hanya selalu menyangkal. Jika dia tidak menyukai Eiren, kenapa dia harus mempertahankan Eiren sampai seperti ini? Karena bayinya? Itu tidak mungkin karena Abyan malah lebih mudah dan mendapati Eiren keguguran. Jadi dengan begitu tak ada keturunan Azura yang menjadi bagian keluarganya karena Eiren juga tak berniat mengungkapnya.

Alvin langsung masuk menyusul Dena yang berlari ke dalam rumah. Banyak penjaga yang mengawasi mereka. Tetapi tak mencegah Alvin karena dia datang bersama dengan Dena dan Ade yang menggeram penuh amarah.

__________AZURA__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience