AZURA_Perjanjian

Romance Completed 20692

Setelah Adelardo menyetujui untuk membeli Eiren, Adelia kembali ke ruangannya. Asistennya sudah menyuruh asistennya mendandani Eiren, dia nenyuruh agar gadis itu dibawa ke ruangannya.

Pintu terbuka. Tampak Eiren menggukan dres berwarna hitam tanpa lengan. Eiren tampak tak nyaman dengan pakaian ketat yang melekat itu. Ini first time dia menggunakan pakaian super ketat yang melekat memamerkan bahu dan juga lekuk tubuhnya.

Adelia tak mengatakan apapun. Tangannya memberi isyarat pria di belakangnya agar masuk dan dengan sigap pria bertubuh kekat dengan setelan jas dengan pakaian serba hitam masuk. Eiren mengerdik ngeri.

Apa sudah ada pria yang membayar untuk menyentuhnya? Seketika Eiren menelan ludah meski terasa sulit. Apa dia masih bisa pergi dan bernego? Tapi rasanya tidak. Adelia tak memberikan pilihan untuk melunasi utang ibunya. Apa ini? Dia harus bergelut dengan pekerjaan yang dibencinya sejak dulu?

Eiren menghela nafas berat. Tak ada yang bisa dilakukannya. Dia hanya bisa berpasrah sampai utang itu lunas. Meski dia bisa menghindar dan pergi sekarang, apa ibunya akan tenang? Menjual rumah pun tak akan ada gunanya.

Kenapa Ibu memiliki utang dengan wanita ini? Kenapa Ibu pergi dengan berjuta beban. Bahkan Eiren tidak tau ibunya masih bergelut dengan pekerjaan ini. Sejak dia kuliah, ibunya selalu bilang kalau tidak bekerja di klub ini.

Tanpa aba-aba, pria itu menarik Eiren paksa karena Eiren masih bertahan untuk tetap duduk. Tapi saat matanya menatap Adelia, dia tau wanita itu tak menyukai tingkahnya. Jadi dia memutuskan untuk mengikuti pria tersebut.

Setelah keluar ruangan, pria itu membawanya memasuki kamar megah. Tak ada siapapun. Tapi sesaat pintu terbuka dan nampak pria dengan kemeja dan celana hitam. Eiren mengerutkan kening bingung. Untuk apa ada dokter di sini?

"Dia dokter yang akan memberikan obat agar kau tak mengandung." intrupsi seseorang yang ada di belakang dokter tersebut.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, seseorang dari balik tubuh itu keluar. Seorang pria tinggi kekar dengan pakaian yang tak seberapa rapi. Jas kantor hanya disampirkan di pundak. Kemeja dengan tiga kantung terbuka dan lengan yang ditarik ke atas. Bibir metahnya benar-benar menggoda.

"Aku tidak ingin memiliki keturunan dari seorang bitch." tegas Adelardo sinis.

Sejenak Eiren memang terpana dengan pandangan yang ada di depannya. Namun sesaat dia teringat siapa dia bagi semua orang. Uhh, ini menyebalkan.

Dokter itu berjalan dan menyuntik Eiren yang hanya diam. Adelardo hanya memperhatikan wajah Eiren seksama. Keturunan Azura memang selalu memikat hati. Tapi bukan untuk seorang Adelardo. Hatinya benar-benar terpikat dengan cinta Dena. Bahkan dia masih belum melupakan gadis itu.

Setelah selesai dokter itu keluar, Ade menatap intens ke arah Eiren seakan menelanjanginya. Eiren hanya memalingkan wajah. Ini pertama kalinya dia ditatap sebegitu intens.

"Jangan membuang muka seakan kau baru pertama melakukanya." ujar Ade menyindir tingkah Eiren yang seakan baru pertama kali melakukan pekerjaan ini.

Eiren mendengus kesal. Bahkan dia memang tidak pernah berdekatan dengan siapapun. Semua hanya berfikir mesum seperti pria dihadapannya ini.

"Ada masalah?" Ade menatap Eiren dengan tatapan tajam. Dia mendengar dengusan Eiren barusan.

"Berada di ruangan yang sama dengan orang mesum sepertimu sudah menjadi masalah untukku." Eiren kini menatap Ade dengan tatapan yang tak kalah tajam. Dia tak diajarkan takut kepada siapapun.

"Kau!!" geram Ade kesal. Eiren benar-benar membuatnya naik pitam kali ini. Padahal belum genap satu jam dia bersama.

"Apa?!" Eiren membalas tatapan Ade tak kalah tajam. Dia harus menemukan cara agar bisa keluar dari kamar ini. Mungkin dengan membuat Ade marah dia akan diusir dan bebas. Persetan dengan hutang, nyatanya dia benar-benar tidak rela disentuh pria ini.

Tak disangka, Ade tak menjawab dan malah mendekat. Tanpa mengatakan apapun dia langsung meraih dagu Eiren dan menciumnya dengan ganas. Eiren yang tak menyangka akan diperlakukan seperti itu hanya diam mematung. Sejenak. Hany sejenak dan dia kembali sadar. Dipikulnya dada bidang Ade namun gagal karena Ade masih tak melepaskan ciumannya.

"Kau amatir." desis Ade saat melepas ciumannya dan menatap Eiren sinis. Berhentilah berpura-pura kau masih suci.

Eiren yang masih terengah-engaj hanya diam. Ade menciumnya tanpa ampun. Ini pengalaman pertamanya. First kiss. Oh god, kenapa ciumannya dicuri oleh orang macam ini?

Saat sibuk dengan pikirannya sendiri, Ade kembali mencium Eiren ganas. Kini Ade berada di atas Eiren. Gadis itu berusaha berontak tetapi gagal karena Ade menggenggam tangannya dan diletakkan diatasnya. Dan melumat kembali bibir Eiren ganas.

Entah mengapa hanya dengan melihat Eiren seperti ini birahinya memuncak. Tanpa basa-basi langsung diremas payudara Eiren dengan semangat. Eiren hanya melenguh dan mendesah.

Payudaranya tampak kencang. Apa pikirannya salah? Ade langsung mengenyahkan perasaannya dan melanjutkan perbuatannya. Dan sialnya erangan Eiren membuatnya semakib bernafsu.

Dengan semangat, Ade melepas seluruh pakaian Eiren dan menelanjanginya.

"Indah." gumam Ade dan langsung menyentuh titik sensitif Eiren. Sudah basah. Ade langsung menyeringai sinis.

"Jalang." desis Ade dan langsung menggesekkan miliknya.

Sempit. Apa Eiren begitu merawat diri? Ade tak peduli dan tetap melanjutkan aksinya. Dia sedilit menegakkan badannya dan mendorong keras hingga Eiren menjerit kesakitan.

Ade langsung diam. Sangat sempit dan bahkan dia ingin segera mengeluarkannya saat ini juga. Tetapi yang lebih membuatnya shock adalah darah mengalir.

Ade melongo. Dia perawan? Kini matanya menatap Eiren lekat. Eiren menggigit bibirnya dalam dan setitik cairan bening keluar. Eiren menangis.

Eiren tau kalau ini akan menyakitkan tetapi tak disangka akan sesakit ini. Dia sampai mengeluarkan air matanya.

"Bergeraklah, aku tak nyaman. " tegur Eiren karena Ade hanya diam dan itu membuat bagian kewanitaannya terasa begitu penuh.

Ade langsung tersadar. Dia sibuk dengan kebahagiaannya mendapatkan keperawanan seorang Azura. Sebuah pencapaian tersendiri.

Sekarang, Ade menggoyangkan pinggulnya dan mulai bergerak. Eiren hanya melenguh merasakan nikmat yang tak pernah dirasakannya. Semua sarafnya seakan tak bekerja.

"Ahh!!" Ade mempercepat gerakannya saat mendengar keluhan Eiren dan remasan pada kejantanannya.

Tak lama setelah itu Ade mengerang dan berbarengan dengan Eiren. Dia mencapai puncak. Ya, puncak terindah dan ternikmat.

Ade mencium bibir Eiren sekejap dan berpindah ke sebelah Eiren yang masih tersengal karena pergulatan mereka. Ini terlalu luar biasa. Dan kini Eiren hanya memejamkan mata karena kelelahan. Ade memindahkan kepala Eiren ke tangannya dan memeluknya erat.

Ade menutup matanya, menikmati kebersamaan mereka yang jarang dilakukannya. Biasanya dia langsung pergi tetapi, entah mengapa dia ingin memeluk gadis didekatnya ini. Gadis yang selalj dinilainya sebagai jalang yang menjajakan diri tetapi nyatanya dialah yang pertama mendapatkannya.

"Mama." guman Eiren membuat Ade membuka matanya kembali.

Dia mengerutkan keningnya. Mama? Apa Eiren merindukan mamanya?

"Mama. Hutang." rancau Eiren semakin membuat Ade bingung.

Hutang? Apa Eiren melakukan ini karena hutang? Ade langsung meraih ponsel yang diletakkan diatas nakas dan menekan salah satu nomor.

"Cari tau alasan kenapa Eiren berada di tempat ini." perintah Ade kepada seseorang diseberang. Setelah itu sambungan terputus.

Ade memang begitu, setelah mengatakan keperluannya langsung menutup sambungan. Dia harus tau kenapa Eiren melakukan ini. Apa hanya untuk mendapat banyak uang atau memang sebuab hutang? Sebenarnya dia bukan tipe orang yang peduli tetapi, entah mengapa dia ingin tau alasan Eiren. Dia tak bisa berfikir buruk lagi jika nyatanya pikirannya selalu salah menilai orang lain.

__________AZURA__________

Ade memandang wajah Eiren lekat. Wajah damai dalm tidur. Dia sudah salah menilai seseorang untuk ke dua kalinya dan bahkan dia telah melecehkan Eiren. Dia perawan? Ada secercah kebahagiaan yang bersemayam dalam hatinya. Dia yang pertama? Ah dia bahkan tak pernah menyangka hal itu akan terjadi.

Untuk apa kau menjual diri jika sudah sejauh ini menghindari dunia malam?

Seakan mendapat jawaban, ponsel Ade berdering. Tampak nama seseorang tertera di ponsel. Alex. Dengan cepat Ade mengangkat. Dia ingin tau hasil penyelidikannya.

"Halo, sir." Sapa Alex dari seberang.

"Bagaimana dengan penyelidikannya?" Ade langsung bertanya tanpa basa-basi.

"Eiren Azura menjual diri karena melunasi hutang ibunya yang sudah meninggal. Adele membawanya tadi sore."tutur Alex menjelaskan.

Hutang? Untuk ibunya? Wuah luar biasa. Ade tersenyum sinis.

"Sudah?" Ade bertanya lagi.

"Sudah, sir."jawab Alex singkat.

Tanpa menjawab, Ade mematikan ponsel. Matanya menatap intens Eiren yang masih berbaring. Bibirnya menyunggingkan senyum misterius. Ada rencana yang tengah disusun diotak mungilnya kali ini.

__________AZURA__________

Eiren menggeliat. Tubuhnya terasa pegal dan kewanitaannya terasa sakit. Uh, rasanya perih. Matanya mengerjal beberapa kali, menyesuaikan dengan sekitar. Ini bukan kamarnya.

Eiren langsung duduk hingga selimut yang menutupinya turun sampai perut, Eiren membelalak dan langsung menariknya. Dia telanjang? Ingatannya kembali ke saat dimana dia nengerang dibawah kungkungan Ade.

Sial. Eiren mengumpat dalam hati. Yang benar saja, dia benar-benar telah menjul harga dirinya.

Ade yang menatap kelakuan Eiren hanya mengulum senyum. Dia benar-benar lucu. Dia duduk di depan tetapi gadis itu tak menyadarinya. Sebenarnya wanita macam apa dia?

"Ehem." Eiren langsung menengok, menatap sosok di depanya.

Matanya melotot. Pria itu masih ada? Kenapa dia tidak pergi saja? Kenapa malah menatapnya begitu dalam? Eiren langsung menarik selimut sampai atas. Dia tidak akan sudi melakukannya lagi.

"Untuk apa kau masih di sini?" tanya Eiren sinis. Aku benar-benar tak menyukaimu.

Ade terkekeh. Awalnya dia memang akan langsung pergi tetapi, saat dia tau Eiren masih perawan entah mengapa dia ingin mengetahui alasan gadis itu.

Hutang. Ya, karena hutang dia melakukannya dan itu menyentuh hati Ade. Dia bukan orang baik tetapi, entah kenapa dia jadi begitu peduli dan memutuskan untuk tetap ada dan memberikan penawaran untuknya.

"Kenapa? Bukankah itu tak masalah untukmu?" Ade menyeringai sinis.

Eiren mengerutkan keningnya dalam. Tak masalah? Jelas ini masalah untuknya. Melihatnya saja dia sudah enggan.

"Bukankah yang kau  butuhkan hanya uang?" Ade menambahkan.

"Meskipun aku membutuhkan uang aku tak akan merangkak meminta kepadamu pria mesum." Eiren membuang wajah kesal. Pagi ini mod-nya benar-benar rusak.

"Aku tak memintamu merangkak, Eiren. Aku hanya memberikan penawaran."

Penawaran? Eiren menatap Ade lekat. Penawaran apa yang akan diberikannya?

Seperti mengetahui apa yang ada dipikiran Eiren, Ade melanjutkan.

"Jadilah wanitaku dan aku akan melunasi hutang ibumu."

Eiren mengerutkan dahi. Wanitanya? Maksudnya kekasih? Oh god, tak akan pernah.

"Maksudku kau hanya perlu menemaniku tidur dan aku akan melunasi seluruh hutangmh."jelas Ade gamblang.

"Apa??!!!" Eiren melotot tak terima. Menemaninya tidur? Wanita simpanan atau jalang pribadi? Konyol.

"Tak akan pernah."jawab Eiren sepontan.

Ade malah tertawa meremehkan. "Yakin tak akan pernah terima? Coba pikirkan. Kamu gak akan pernah mencukupi hutang hanya dengan melayaniku. Dan akjntak akan pernah datang setiap hari ke sini untuk membayarmu."

"Jadi, coba hitung berapa lelaki yang akan menidurimu nantinya?"

Eiren diam. Benar juga. Dia tidak akan cukup hanya dengan meniduri Ade meski harga yang ditawar fantastis. Dan jika dia kabur, Adele tak akan pernah melepaskannya. Percuma juga. Jadi apa penawaran ini harus diterimanya?

Eiren menatap Ade yang masih duduk santai di depannya. Apa dia harus bersama dengan pria semacam itu?

"Aku tak memiliki waktu lama. Jadi apa jawabanmu." Ade membuyarkan lamunan Eiren.

Eiren masih dia. Dia harus menimang penawaran itu. Jika dia menolak maka dia harus tidur dengan banyak lelaki dan itu tidak berbeda dengan keturunanya. Jika dia menerima Ade, setidaknya dia hanya akan melakukan itu dengan satu pria.

"Baiklah, kau terlalu lama." Ade bangkit dan siap pergi.

Eiren membelalak. Jika Ade pergi maka dia harus mengikuti aturan Adele dan itu berarti dia akan menjadi seorang jalang?

"Tunggu." teriak Eiren saat Ade sudah memegang knop pintu.

"Aku menerimamu."tambah Eiren kesal. Sebenarnya dia enggan tetapi menyadari fakta bahwa dia harus melayani begitu banyak lelaki membuatnya bergidik ngeri.

"Bagus."desis Ade bangga.

"Berkemaslah. Anak buahku akan membawamu ke rumahku."

"Kenapa?" Eiren bingung. Dia memiliki rumah dan tidak harus tinggal di rumahnya.

"Aku tak mungkin ke rumahmu saat aku menginginkanmu, Eiren." Ade menatap Eiren lekat.

Eiren membuang nafas kesal. Dan bahkan dia tak bisa bebas lagi setelah ini. Dia tak menyalahkan ibunya karen baginya ibunya adalah wanita terhebat. Ibunya membesarkannya sendiri dan menyekolahkannya hingga jenjang yang tinggi. Meski dia sendiri tak tau darimana ibunya mendapatkan uang. Tetapi setelah mengetahuinya Eiren tetap bangga dan tak membenci sedikitpun.

"Hanya satu tahun dan setelah itu kau bebas."lanjut Ade. Ya, hanya satu tahun sampai Dena ditemukan.

"Sampai Dena ditemukan," ucap Ade pelan tetapi Eiren masih mampu mendengarnya.

Sejak Dena menghilang Ade memang sering berganti wanita untuk menghilangkan rasa stresnya. Dan dengan adanya Eiren dia tak perlu berganti wanita untuk menemaninya.

"Baiklah." Eiren menurut. Hidupnya sudah menjadi milik Ade sekarang.

"Bersiaplah. Alex akan menjemputmu." Setelah itu Ade keluar.

Eiren masih diam dan langsung berbaring lagi. Hidupnya memang mengenaskan. Dia harus terikat kasat mata dengan pria semacam Ade. Hanya untuk sementara, kan? Ya, hanya sementar sampai Ade menemukan kekasihnya. Hanya satu tahun dan itu tak akan lama. Bahkan dia hidup lebih parah selama dua puluh tiga tahun. 

__________AZURA__________

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience