Chapter 2

Romance Completed 2699

Alina bergegas bersiap, dipilihnya beberapa baju dress yang akan ia kenakan nanti untuk berlibur dengan Adimas, dipandangi Alina dengan seksama dipantulan cermin. Tatapannya tertuju kearah perutnya srndiri seandainya ia secepatnya bisa hamil dan merasakan setiap gerakan sikecil dalam kandungan. Alina mengeluh, raut wajahnya kembali bersedih. Ia tau betul bahwa kesabarannya sedang diuji oleh sang maha pencipta, mengeluhpun takan berbuah manis.

********

Cuti Adimas akhirnya tiba, dipagi buta selepas shalat subuh berjamaah Alina berkemas barang bawaan mereka. Adimas ikut serta mengambil alih dapur untuk membuat sarapan sebelum akhirnya mereka berangkat.

"Sayang kamu mau sarapan apa hari ini?" Adimas memeluk Alina dari belakang, Alina menoleh.

"Mas bikin kaget aja, aku mau apa aja yang penting mas yang buatkan." Sambung Alina.

Adimas kembali kedapur dan meninggalkan Alina yang sibuk dikamar, Matahari mulai memunculkan sinarnya dari balik celah gorden yang masih tertutup rapat. Disisi lain Alina masih sangat terluka, tentu jauh dari pandangan Adimas ia masih menyimpan beban.

Beberapa menit kemudian Adimas kembali masuk kedalam kamar, didapati Alina masih duduk dipojokan kasur. Dengan isak tangis Alina tak mampu menatap suaminya sendiri. Dipegang eratnya telepon genggam yang masih menyala, Adimas duduk disampingnya.

Adimas mengelus punggung Alina. " Kamu kenapa lagi sayang?"

Alina menggelengkan kepalanya, Adimas kembali gelisah kedua matanya menatap layar Hp Alina, rupanya Alina sedang mengstalking akun fac teman kuliahnya dahulu, yang baru beberapa bulan menikah tapi sudah mendapatkan kepercayaan untuk menimang seorang anak.

"Sayang? Sudahlah jangan menangis lagi." Adimas merangkul tubuh Alina, perlahan ia putar posisinya. Kini persis dihadapan Alina dengan menggenggam erat kedua lututnya.

"Mas tau ini sulit, tapi bersabarlah kembali, Allah swt masih menyimpan dengan baik kebahagiaan kita nanti." Adimas mengangkat wajah Alina, dipandangi dengan seksama. Perempuan cantik yang sudah menemaninya selama 8tahun kini raut wajahnya lusuh.

Adimas mencium kening Alina dengan dalam, diusapnya pelan airmata yang sudah membasahi kedua pipi Alina. Dengan cepat Adimas memeluk Alina.

"Kita pasrahkan semuanya, semoga lelah menjadi lillah."

"Maafkan aku Mas, aku masih begitu lemah." Sahut Alina.

"Kamu tak perlu minta maaf, sekarang bagaimana caranya agar kita tetap berprasangka baik kepada Allah.." Adimas menyemangati.

Alina mengangguk, diusapnya dengan cepat kedua pipinya. Adimas menggandeng tangannya untuk beranjak dari tempat tidur dan segera menyantap sarapan pagi yang sudah Adimas buatkan sejak tadi.

=========================

Mencoba tetap bersikap biasa, Adimas menepuk pelan pundak Alina yang sedang melamun disepanjang perjalanan. Tak berapa lama, Alina memalingkan pandangannya untuk menatap Adimas. Ia menghentikan mobilnya, Adimas menghapus butiran bening yang jatuh kembali dipipi perempuan dihadapannya. Ia merasakan nyeri didadanya setiap kali melihat Alina menangis. Dihadapannya, perempuan itu adalah sosok yang rapuh yang selalu butuh pelukan dan dicintai sepenuh hati. Adimas berjuang mempertahankan kebahagiaan Alina, tentu menjadi kebahagiaan untuk Adimas sendiri.

"Sayang jika kamu ingin menangis kembali. Kemarilah, menangis sepuasnya dipundak Mas." Adimas menepuk pelan pundaknya, memberi tanda untuk Alina.

Alina menolak lalu tersenyum, dengan mengelus lembut lengan tangan Adimas.

"Gak usah Mas, ayo kita lanjutkan perjalannya aku ingin secepatnya membaringkan tubuh ini." Alina tersenyum, ia berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya. Dihadapan Adimas, ia tak ingin melubangi hati suaminya semakin lebar.

**********

Teriknya matahari semakin terasa panas dikerongkongan, Alina mulai mengeluh kehausan.

"Mas aku haus,kita cari minimarket dulu." Alina memegang lehernya.

"Baiklah." Adimas menurut.

Tak berapa lama Alina menunjuk kesuatu arah, Adimas menengok kearah kanan rupanya ada Minimarket yang sedari tadi mereka cari. Adimas membiarkan Alina menunggu didalam mobil, ia bergegas untuk pergi.

********

Diluar jendela mobil, hujan rintik perlahan jatuh. Alina mengerutkan dahinya. Biasanya, ia begitu menyukai suara hujan bahkan aroma tanah setelah hujan. Tetapi kali ini hatinya resah. Karena, sang suami sedang berada diluar ia takut pakaian yang digunakan Adimas akan basah kuyup. Dugaanya betul, Adimas berlari dengan cepat untuk menghindari hujan yang semakin lebat.

Adimas menyodorkan sebotol minuman dingin, "Sayang ini minumnya."

"Kamu basah kuyup mas," Alina nampak khawatir.

"Cuaca cepat sekali berubah,padahal tadi panas sekali." Adimas mengusap air yang membasahi dahinya.

"Yaudah sekarang cari toilet dulu untuk ganti baju." sahut Alina, Adimas menyetujuinya.

Selepas berganti pakaian Adimas melanjutkan perjalanannya beberapa KM lagi, Akhirnya mereka sampai disebuah Villa persis didepannya sebuah pantai yang menjulang indah. perlahan Adimas mengangkat tubuh Alina yang kelelahan hingga tertidur pulas didalam mobil, dengan hati-hati menggendongnya masuk kedalam kamar.
Adimas masih dalam posisi diam, tak sedikitpun ia mengeluarkan suara. Ditatapnya dengan lembut wajah sang istri yang masih tertidur pulas. Ia tau bahwa Alina masih menyimpan beban selama ini, walau bagaimanapun dengan cara apapun ia menyembunyikan kesedihannya. Adimas tetap tahu bahwa dihadapannya adalah perempuan yang rapuh.

***********

Sinar matahari yang mulai senja menyorot wajah Alina yang masih terlelap. seketika, Alina membuka matanya dengan pelan. Tubuhnya mulai beranjak dari tempat tidur dengan sempoyongan ia melangkah keluar. Alina menghela napas berat, ditatapnya sekeliling Villa tapi matanya belum mendapatkan apa yang ia cari.

Pandangan Alina tertuju kearah pintu yang terbuka lebar, dengan ragu ia menghampiri keluar. Pemandangan indah sedang ia saksikan ketika sunset akan dimulai. Adimas kembali memeluknya dari belakang.

Adimas berbisik, "Bagaimana sunsetnya?"

"Indah sekali Mas." Alina terkejut kagum.

Adimas masih erat memeluk Alina, keduanya berlarut dalam indahnya Sunset yang sedang mereka lihat. Helaan napas Adimas menyentuh dengan lembut pundak Alina, akhirnya mereka semakin terbuai dalam keindahan yang mengujungkannya dalam desahan hebat. Adimas dengan sigap menggendong kembali Alina untuk masuk kedalam kamar, dengan malu Alina memandangi wajah Adimas yang mulai salah tingkah. Ditutupnya dengan rapat pintu kamar, Adimas mulai mengeluarkan jurus andalannya untuk menikmati setiap lekuk tubuh Alina.

Adimas merapatkan tubuhnya, wajah Alina tepat dihadapan Adimas. Mata keduanya bertemu, saling memandang penuh cinta. Semakin dalam akhirnya mereka menghabiskan malam bersama.

==========

Keesokan harinya, Alina terbangun lambat. Dengan setengah sadar Alina mengucek bergantian kedua matanya, aroma masakan sudah mulai tercium. Alina tersenyum tipis ia tau betul dibalik aroma yang menyebar ini ada seseorang yang sedang memasak. Bergegas Alina merapihkan rambutnya, dugaannya benar Adimas sudah sibuk didapur sejak tadi. Terlihat dari hasil masakannya yang sudah tertata rapih diatas meja.

"Mas kamu sudah bangun?" Alina memeluk suaminya.

"Iya sayang, sini kamu duduk sarapannya sudah siap" Adimas menggandeng tangan Alina.

Alina memancarkan kedua matanya, " Kamu semua yang masak?"

Adimas mengangguk, diletakkan piring dan sendok garpuh berdampingan. Alina masih menatap kagum kearah Adimas yang sibuk menyiapkan sarapan untuk Alina.

"Mas,biarkan aku yang ambil sendiri..lagipula aku belum membersihkan diri." sahut Alina.

Adimas menggelengkan kepalanya, " Mandinya habis sarapan juga bisa kan."

Alina tersenyum manja ia tau bahwa tak bisa menolak keinginan suaminya, Adimas duduk didepan. Keduanya saling berhadapan dan mulai menyantap sarapan pagi bersamaan setelah pertarungan sengit semalam yang sudah mereka lakukan.

*************

Masa cutti berakhir, Adimas sudah mulai kembali masuk kerja dan Alina kembali bertugas menjaga rumah dan suaminya. Tak ada hal yang berubah setelah mereka berlibur, Alina kembali merasa sedih disaat kesepian melanda ada sebuah harapan kembali terucap.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience