Chapter 9

Romance Completed 2699

  Alina bersiap untuk mengantarkan bekal makan siang untuk Adimas jam sudah menunjukkan pukul 11:30 wib, 30menit lagi sudah masuk jam makan siang Alina berkemas serapih mungkin setelah beberapa bulan ia tak pernah datang kekantor Adimas. Dipesannya taksi Online terlebih dahulu dan Alina siap untuk pergi.

  Disepanjang jalan Alina terus tersenyum menatap kearah perutnya yang mulai nampak membesar, menggunakan baju dress sedikit ketat nampak jelas perubahan dalam perutnya. Sesampainya dikantor Adimas ia menatap kearah sekeliling tak ada perubahan dalam lingkungan perkantoran Adimas, Alina datang tanpa memberi tahu Adimas terlebih dahulu, Alina sengaja membuat kejutan untuk suaminya.

  Alina masuk dengan gembira, kehadirannya disambut dengan baik oleh karyawan dan karyawati. Alinapun membalas semua sapaan dihadapannya dengan melangkah hati-hati, perasaan bahagia entah datang dari mana membuat Alina bergegas ingin secepatnya bertemu dengan Adimas.

  Setelah berjuang jalan kaki entah berapa langkah, akhirnya dengan napas tersenggal Alina sampai didepan ruangan Adimas. Tanpa mengetuk Alina masuk dengan senyum semerbak bunga yang baru bermekaran.

*****

   Adimas menatap Nada penuh kegundahan, setiap debaran didadanya menyimpan perasaan yang terus bertambah entah kenapa sosok Nada begitu terasa istimewa dalam pandangan keduamatanya. Setelah berdiskusi berdua, Adimas perlahan menggenggam erat telapak tangan Nada. Dengan hati-hati Adimas mengangkat pandangannya yang sedari tadi terus menolak batin yang sedang menghasutnya.

   Nada terkejut, ia menghentikan jari-jemarinya yang sedang bekerja. Menoleh seketika tanpa bertanya apa-apa Nada membalas tatapan penuh harap dari Adimas. Mereka saling berhadapan melepas kerinduan yang terlarang dengan bebas, tanpa mereka sadari sebuah dosa terus mengalir dari pandangan yang semakin berlarut dalam hasutan jin yang menggoda mereka dengan mudah.

****

   Dengan pelan Alina masuk kedalam ruangan, senyum merekah yang Alina berikan untuk menyambut Adimas yang kelelahan setelah bekerja berubah menjadi badai mangrup dijepang, kedua matanya tak mampu lagi berkedip bebas sesak didada semakin terasa memenuhi setiap ruangan yang kosong.

   Kini jelas pirasat yang selalu menggoyahkan imannya memang kenyataan, suaminya sedang mengagumi perempuan lain. Alina menghela napas berat ia menundukkan kepalanya untuk melonggarkan sesak didada yang terus menggrogoti. Ia tak ingin keyakinanannya berubah karena pandangan dihadapannya bisa saja hanya kebetulan.

  Alina kembali keluar dan menutup dengan rapat pintu yang sudah ia buka, dibalik pintu Alina menenangkan renyuhan airmata yang mulai memenuhi kedua sudut yang siap terjun bebas dipipinya, berapa kali Alina menarik ulur napas melepas sesuatu yang menyesakkan diddadanya. Beberapa detik kemudian Alina mengetuk pintu untuk mengakhiri dosa yang sedang suaminya lakukan.

******

    Mereka terdiam tanpa ada satu katapun yang keluar dari bibir mereka, Adimas terus menatap lekat wajah Nada seraya ingin memeluknya dalam kegelisahan yang menyiksa Adimas selama ini, ia paham sekarang Nada sudah tau bahwa ada perasaan dari balik genggaman yang Adimas lakukan.

  Beberapa menit kemudian, suara ketukan halus samar-samar terdengar oleh kedua telinga Adimas. Melepas tatapan dengan seketika, begitu juga dengan Nada ia terkejut hebat karena terbawa oleh suasana yang terus mendukung mereka bercengkrama lebih jauh.

****

   Setelah mengetuknya suara Adimas terdengar untuk mempersilahkan masuk, dengan perlahan Alina masuk ia kembali memberi senyuman merekah kepada suaminya. Dengan perasaan yang sedang berpura-pura memasang muka palsu dihadapan suaminya kini harus ia lakukan. Alina tak ingin melepas Adimas dengan mudah untuk perempuan yang berusaha ingin merebut kebahagiannya kini.

  Alina memberi sambutan kepada Adimas, dengan hangat ia memeluk lekat haknya dihadapan perempuan yang tak mampu membalas tatapan Alina yang menusuk layaknya pedang. Alina tau perasaan perempuan dihadapannya kini sedang tidak baik-baik, tapi ia tak peduli karena laki-laki dihadapannya adalah kekasih halalnya. Alina terasa berubah menjadi seorang iblis yang merasa kemenangan diraihnya.

***

  Nada menolak pandangan keduamatanya untuk tak menatap kearah Adimas, perasaannya kini sedang terombang-ambing antara cemburu atau malu. Beberapa saat Nada hanya mampu menundukkan kepalanya semakin dalam. Kedua kepalan ditangannya gemetar hebat rasa panas dihatinya terasa membara, ia tau sekarang penampilan Asli istri dari laki-laki yang sedang ia kagumi.

*****

   Adimas memeluk Alina dengan ragu-ragu, pandangannya tak mampu berkedip ketika Alina hadir diwaktu yang salah. Detak jantung terasa berdebar semakin kencang nyaris seperti ingin meloncat-loncat. Seketika Alina memeluk tubuhnya yang belum siap menerima kenyataan. Adimas mengerutkan dahinya karena dihadapan matanya ada dua perempuan yang sedang berlomba singgah dihatinya.

Adimas terdiam, pandangan keraguan ia arahkan untuk Nada yang masih menundukkan kepalnya ia tau bahwa Nada sedang tidak baik-baik.

"Sayang udah ya malu ada oranglain disini." Adimas melepas pelukan Alina.

"eh,,iya mas aku lupa." Memasang muka polos.

   Adimas menyuruh Nada untuk keluar ruangan, ia tak ingin melukai perasaan Nada semakin banyak.

"Mas dia siapa? Aku baru lihat." Alina mengejutkan lamunan Adimas.

"Mmmm..anu itu sekertaris baru mas." Adimas gelagapan.

"Cantik juga ya Mas, pasti laki-laki yang mendapatkannya beruntung sekali." Alina berlalu untuk duduk dikursi tamu dan menyiapkan makanan yang ia bawa.

  Adimas terkejut mendengar perkataan Alina, perasaannya menolak untuk menerima ucapan Alina. Adimas tak ingin ada laki-laki lain mendapatkan Nada, keyakinannya untuk berpoligami semakin jelas karena Adimas ingin mengakhiri dosa yang terus berlipat ganda.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience