Chapter 6

Romance Completed 2699

   Dengan perlahan Adimas terus mendorong kursi roda yang diduduki oleh Nada, sesampainya diluar Adimas membopong tubuh Alina yang masih lemas.

Adimas menatap Nada, "Maaf..boleh aku memegang tanganmu?"

Alina memperbolehkannya, kini kedua tangan itu saling bertemu. Adimas dengan lembut memboyong tubuh Nada untuk masuk kedalam mobil. Adimas memejamkan perlahan kedua matanya berusaha meloloskan perlahan sesak didadanya, merekapun akhirnya pergi.

  Adimas mulai mengontrol hasutan demi hasutan yang menyeruang dikedua telinganya, rasa ingin sesegera mungkin melepaskan semua perasaan terhadap sosok perempuan disampingnya. Tapi sayang, mulut dan hatinya bertolak belakang.

  Nada menatap Adimas semakin lekat, raut wajahnya memerah perlahan. Ia tau bahwa laki-laki disampingnya itu bukan muhrimnya sampai kapanpun, ada pemilik dibalik laki-laki yang sedang ia kagumi berulang-ulang, hatinya mengalah. Sesampainya didepan rumah Adimas berpamitan kembali untuk melanjutkan pekerjaannya dikantor, mereka berpisah.

*****

    Alina mulai sibuk dengan persiapan syukuran 4bulanan dikampung halaman, meski ada kegelisahan yang terselip dicelah hatinya. Alina terus berprasangka baik terhadap suaminya, ia yakin bahwa Adimas mampu menjaga hati dan pandangannya kepada sesuatu yang bukan miliknya. Alina kembali menghubungi Adimas, dengan duduk dihalaman belakang rumah suara burung berkicauan dengan merdu Alina meraih telepon genggamnya dan mulai mengscroll layar HP mencari nomor Adimas.

"Assallamualaikum mas.." Ketika telepon diangkat.

"Mas sedang kerja ya? Jangan lupa sarapannya.." Alina tersenyum manja.

"Mas baik-baik saja kan?" Alina mengalihkan pembicaraan, "keliatannya ada sesuatu yang Mas sembunyikan? Dari nada suaranya berbeda." Sambung Alina.

"Yaudah nanti hubungi aku lagi ya mas, aku merindukanmu." Alina mengakhiri pembicaraannya dengan sedikit kecewa.

***

   Hampir tengah malam, selepas lelah bekerja Adimas membaringkan tubuhnya, matanya enggan untuk terpejam sekuat apapun ia berusaha rasa bersalahnya semakin tergambar jelas. Cinta semakin membutakan, seringkali menjadikan mata sebagai pintu yang mudah untuk masuk, Kesalahannya semakin jelas karena Adimas tak mampu merapatkan pandangannya untuk terus menunduk kepada yang bukan haknya, sekarang matanya tak mampu ia jaga maka hatinya juga ikut tak terjaga.

   Adimas mengepalkan kedua tangannya, seolah menggenggam erat-erat kekuatannya supaya jangan terlepas. Ia tahu situasi ini bukanlah hal yang baik, banyak perasaan yang sedang dipertaruhkan diatas menara, ada 2 perempuan yang tercipta dari tulang rusuk yang bengkok jika diluruskan secara bersama tentu akan ada yang patah salah satunya, sama halnya dengan perasaan yang kini tergenang lebih banyak dibenak Adimas. Ia tak mungkin menikahi perempuan yang ia kagumi kini dan memilih melukai salah satu perempuan yang ia hormati, tapi dosa akan terus mengalir jika ia terus memandang sesuatu yang bukan haknya.  Kelemahannya sebagai seorang laki-laki memang tak mampu menjaga pandangan dari istri sahnya terkadang hal yang bukan haknya seperti lebih mengkilap melebihi berlian yang terkena cahaya lampu. Godaan setan begitu tipis dengan mudah menyelinap jika lengah.

   Kegundahannya memilih untuk shalat sunnah diseperempat malam, Adimas menggelarkan sejadah ditengah-tengah ruang kamar yang diterangi oleh lampu tidur, berdiri tegak ia diatasnya dengan khusu Adimas mulai melakukan shalat istikharah meminta petunjuk atas Dosa yang telah ia perbuat.

  Dari kejauhan Adimas memandangi foto Alina yang tersenyum lepas karena mendapatkan sebuah hadiah, Sesak didadanya kembali terenyuh semakin hebat. Buliran hangat mulai memenuhi sudut matanya, Adimas membungkukkan tubuhnya untuk kembali bersujud memohon ampun atas haknya yang tak mampu menyudahi dosa yang semakin menggerogoti imannya.

Selepas mencurahkan semua isi hatinya terhadap sang maha pencipta  seluruh makhluk hidup dan seisinya, Adimas mengeluskan kedua tangannya tepat diatas dadanya. Terasa ada udara sejuk masuk kesisa ruangan didalam hatinya. Setelah itu, Adimas memilih untuk istirahat sejenak.

***

  Disebuah kedai kopi, Nada sudah duduk manis didepannya sudah tersedia Kopi hangat dan beberapa buku. Diujung ruangan ia duduk menghadap luar yang jelas sekali ia dapat memandangi kemacetan diibukota setiap paginya, dibukanya perlahan lembar demi lembar sebuah novel baru  yang berjudul "Suami Orang Lain" ada hentakan hebat didalam batinnya, perasaan enggan melanjutkan tapi penasaran dengan setiap part ceritanya.

  Jam masih menunjukkan pukul 06:00 wib , Nada memang sengaja berangkat lebih awal karena tak ingin terjebak macet. Kegemarannya dalam membaca buku apalagi Novel membuat Nada betah berlama-lama dikedai kopi yang sedang ia tempati, menikmati secangkir kopi dengan setiap part cerita yang ia baca.

  Satu lembar sudah ia baca, getaran didadanya berdebar membaca novel itu seperti ia yang menjadi tokohnya dalam dunia nyata. Nada memalingkan pandangan rasanya ia tak sanggup menatap kembali membaca hingga usai, akhirnya ia tutup rapat novel itu lalu beranjak keluar untuk kekantor.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience