Hari pernikahan Dimas telah tiba...
pukul 10 aku dan Nizar pergi ke sana.
aku sudah siap memakai gaun pemberian Nizar yang sangat indah,
"sayang kamu terlihat anggun memakai gaun itu,!" kata mamah.
"jangan berlebihan puji dia ntar dia, ngerasa paling cantik deh!" kata kakak
"anak papah ini emang yang paling cantik!" kata ayah
"iya lah paling cantik, kan dia anak perempuan satu2 nya, yang ini paling paling ganteng!" kata kak
"idih... kegeerannya minta ampun!" kata aku. ayah dan ibu tertawa .
Nizar sudah sampai di rumah ku.
"assalamualaikum?" kata Nizar
"waalaikum !" saut kami
"mah, pah, kak, aku duluan yah?, " kata aku.
"iya sayang!, kami sebertar lagi nyusul, nanti kita ketemu di acara pernikahan,"
kata mamah
kami berdua pergi bersama,
"kenapa kamu bawa bodyguard lagi?, kamu buat keributan?"
kata aku.
"tapi aku gx biasa kalau gx bawa bodyguard." katanya
"kamu kan jago bela diri, kamu aja sudah cukup ngelindungi aku!" kata aku.
"ini hanya untuk berjaga2 !" kata nya.
"terserah, !"
"baik lah aku suruh mereka semua pulang oke?" katanya.
aku mengagukan kepala
Sesampainya di tempat resepsi.
kami berdua turun dari mobil,
kami masuk bersama ke tempat resepsi,
"gandeng lah tanganku agar terlihat romantis!". bisiknya
"apaan sih?" kata aku sambil tersipu malu
dia menatap ku dan memberi kode agar aku cepat menggandengnya .
aku menggandeng tangannya ,
para tamu banyak yang memeperhatikan kami.
kami masuk dengan membawa hadiah,
tak di sangka pak Wijaya menyambut kami, ia adalah ayah dari Dimas.
"Kirana!, kamu sangat cantik, bagaimana kabarmu?"
"aku sangat baik om!" jawab aku
" pak Nizar?" kata pak Wijaya .
"Iyah?, senang bertemu dengan mu lagi!" kata nizar
"ka..kalian saling kenal?" kata pak Wijaya.
"sangat mengenal, dia kekasihku!" kata nizar,
"ooh,, sangat tidak menyaka!" kata om Wijaya.
kami tersenyum.
lalu kami di persilahkan untuk berjaba tangan dengan pengantin.
Dimas sangat kaget melihat aku dengan Nizar, dia memasang wajah tak senang,
Hati aku hancur menyaksikan pernikahan mereka, tapi aku berusaha tegar.
aku harus melupakan semua nya, dan membuka untuk yang lain.
kami duduk bersama menikmati makanan yang telah di sediakan,
"kapan aku dan kamu seperti mereka?" kata nizar.
"mungkin pada waktunya!" kata aku.
dia tertawa kecil.
" aku sangat mencinta,...!" katanya dengan lumayan kencang hingga aku menutup mulut nya, sehingga dia belum selesai bicara
tamu di sekeliling kita, memeperhatikan dengan senyam senyum tak karuan.
"kenapa kamu selalu ingin menjadi pusat perhatian?" kata aku.
"kenapa tidak?" katanya.
Baru aku sadari Dimas memperhatikan aku dengan Nizar. dari kejauhan
aku sangat risih bila ada seseorang yang memperhatikan ku
aku berusaha tak menghiraukan nya,
Setelah acara hampir selesai,, pak Wijaya menghampiri kami.
"nak nizar, bagaiman jamuan nya?" tanya pak Wijaya
"sangat berkesan!" kata nizar.
"mengenai kontrak kerja sama kita bagaimana?" pak Wijaya,
"itu nanti akan aku urus!" kata nizar .
"baik lah kalau begitu!" kata pak Wijaya.
di tengah tengah perbincangan kami,,, terjadi gempa yang sangat besar.
kami belum menyadari bahwa itu gempa,
tubuh kami bergoyang goyang .
"gempa!... gempa!,," terikan orang2
berhamburan keluar, aku terbawa oleh orang2 yang sedang panik!."tolong!" terikan ku, karena orang2 hampir akan menginjak nginjak tubuhku.
dengan cepat Nizar menarikku, aku berada dalam pelukan nya, "aku takut!" kata aku. "kamu tak boleh takut aku ada di sini!" kata nya
aku terus mempererat pelukanku,,
Tiba2 ada orang berteriak "awas!,"
kami melihat hiasan lampu bergoyang goyang sepertinya akan terjatuh dan menimpa kami, dengan cepat kita menghindarinya, kami terguling ke lantai, Nizar memeluk ku dengan sangat kuat, agar aku tak terbentur, tapi pelukan nya sangat kuat membuat ku sesak nafas, dan pusing mendera kepala ku.
"sayang!," teriakan mamah.
gempa sudah mereda, .
mamah menghampiri kami.
aku sangat lemas, saat Nizar melepaskan pelukan nya..
"kamu ga papah kan sayang?" kata nizar,
"aku ga papah !" kata aku.
"terimakasih, nak nizar berkat mu, anak Tante selamat!"
kata mamah Sabil memeluk pelan diri ku.
"darah!, tangan mu berdarah!"kata ku,.
aku langsung membawanya ke wc..
dan meminta obat P3K kepada pelayan..
aku mengobati dengan hati2, "terima kasih!, kamu telah menyelamatkan nyawaku!" kata ku.
"itu adalah kewajiban ku!" katanya. dia menatap ku dengan gaya khas nya
setelah selesai mengobati kami pulang ..
Share this novel