1 - Pernyataan

Romance Series 688

Apa kamu percaya dengan cinta pada pandangan pertama? Putri Yuniata tidak percaya akan hal itu. Bagaimana bisa jatuh cinta pada seseorang yang baru ditemui dan belum dikenal?

Tapi inilah yang kini dialaminya. Jatuh cinta dengan salah satu teman sekelasnya. Ah, tidak bisa dikatakan sebagai jatuh cinta pada pandangan pertama sih mengingat mereka sudah sekelas selama tujuh bulan. Jauh lebih cocok dikatakan sebagai jatuh cinta saat mata mereka saling menatap untuk pertama kalinya.

Padahal sebelumnya Putri tidak merasa tertarik sedikit pun pada laki-laki ini. Tapi saat dia dibantu mengambilkan buku yang berada di rak perpustakaan, mata dengan sorot tajam itu seolah langsung menghipnotis Putri.

Padahal mata itu tidak menatapnya dengan lembut sampai bisa meluluhkan hati, tatapan itu justru terasa sangat menusuk seolah bisa mengeluarkan jiwa Putri dari tubuhnya. Tapi bukan jiwa yang diambil oleh laki-laki ini, yang sukses diambilnya adalah hati Putri dalam kurun waktu tidak lebih dari sepuluh detik.

Memang laki-laki bernama lengkap Jaka Mahardika ini memiliki wajah yang cukup tampan, tapi tidak berarti Putri bisa dengan mudah jatuh cinta dengannya kan? Apalagi karena menjadi cowok most wanted di sekolah ada banyak siswi yang selalu mencoba mengincarnya. Tapi tidak ada yang berhasil. Mereka selalu dicueki dan langsung ditinggal pergi begitu saja.

Karena terlalu sulit didapatkan tentu banyak yang menyerah, lagian laki-laki tampan di sekolah bukan hanya ada Jaka saja kan? Itulah yang awalnya diyakini oleh Putri.

Tapi semakin Putri ingin membantah telah menyukai Jaka, semakin besar pula rasa penasarannya pada cowok itu. Dan karena terus dibuat penasaran, Putri pun sering memperhatikan semua aktifitas yang Jaka lakukan saat sedang berada di sekolah. Terus, dan terus memperhatikan sampai pada akhirnya mengerti dia memang sudah dibuat jatuh cinta.

Jujur saja ini terasa aneh. Mereka kan tidak pernah bertegur sapa, jarang bertatap muka, dan Putri hanyalah satu dari sekian banyak siswi yang mengagumi Jaka dari jauh. Tapi fokus matanya tidak pernah bisa lepas dari sosok cowok berwajah Melayu itu, seolah di sekolah tidak ada hal lain yang bisa dipandang.

Jadi setelah Putri yakin dengan perasaannya, dia berniat langsung mengutarakan hari ini juga. Terlalu terburu-buru? Mungkin iya, tapi biarlah, lagian banyak perempuan yang juga sudah pernah melakukan hal yang sama sepertinya. Tidak salah kan kalau Putri ingin mencoba peruntungannya?

Sepulang sekolah, tanpa mencoba melakukan persiapan dan juga latihan dahulu, Putri berjalan mendekati Jaka yang sedang ingin mengambil motor putih di parkiran. Pas sekali tidak ada orang di sini, jadi tak memalukan jika sampai harus ditolak.

"Aku menyukaimu," setelah berhasil mengatakannya, Putri menunduk dengan gelisah. Jaka saat ini memang dalam posisi membelakanginya, tapi mengutarakan perasaan membuatnya merasakan gugup luar biasa.

Putri memainkan jemari tangannya sambil kembali bicara, "Jaka mungkin tidak terlalu mengenalku dan menganggapku aneh karena tiba-tiba mengatakan suka. Tapi aku hanya ingin mengatakannya saja kok."

"Tidak ingin jadi pacarku?"

Putri menggeleng cepat. Dia hanya ingin dekat dengan Jaka, dan ingin jauh lebih mengenalnya. Jika mereka sudah cukup dekat, ada kesempatan untuk mengatakan perasaan lagi dan diterima, "Ti- tidak. Sekarang aku hanya ingin bisa dekat denganmu, lagian Jaka juga pasti tidak ingin pacaran dengan perempuan yang tidak begitu kamu kenal kan?"

Jaka meletakkan helm yang dipegangnya kemudian berbalik untuk menatap Putri, "Siapa namamu?"

Mereka kan sekeles, tidak bisa kah cowok ini minimal menghapal semua nama siswi yang ditemuinya hampir setiap hari? Kenapa dia bisa begitu sangat cuek sekali sih? "Putri."

"Kenapa kamu menyukaiku?"

"Jaka pernah menolongku mengambilkan buku di perpustakaan."

Jaka menghela napas kemudian bergumam sesuatu yang tidak dapat Putri dengar.

Mendapati respon yang terbilang cukup aneh ini, Putri bingung. Padahal dari apa yang sudah dia dengar, jika Jaka mendapat pernyataan cinta, cowok ini langsung mengatakan maaf kemudian pergi.

Tapi kenapa kali ini berbeda? Rasanya sangat mustahil jika Jaka tertarik padanya. Atau jangan-jangan pernyataan cinta yang dilakukan Putri terlalu aneh? Atau justru alasannya jatuh cinta yang aneh? Urghh.. Putri jadi penasaran di mana letak kesalahannya, "Anu..."

"Apa?"

Melihat wajah cowok ini menunjukkan raut kesal, Putri kembali merasa gugup lagi. Apa Jaka marah? "Apa boleh aku dekat denganmu?"

"Tidak boleh, kau tidak menyukaiku."

"Tadi kan aku mengatakan suka padamu."

Jaka mempersempit jarak di antara mereka, wajahnya kini berada cukup dekat dengan wajah Putri, "Memang, tapi kamu tidak suka padaku."

Putri mengernyit, sepertinya memang ada yang salah dengan pernyataan cinta tadi ya? Mungkin dia harus mengulangnya kembali, "Kita memang belum terlalu saling mengenal, tapi aku menyukai Jaka. Aku tertarik padamu dan ingin lebih mengenalmu lagi."

Jaka menghela napas, "Iya, aku tahu kamu suka pada Jaka."

"Iya, aku suka padamu."

"Pada Jaka."

Hah? Apa maksudnya? Putri memiringkan kepalanya dengan tidak mengerti, "Kamu Jaka kan?"

"Aku bukan Jaka."

"Apa? Tunggu, tidak ada orang lain di sekolah yang wajahnya mirip denganmu, dan aku juga yakin Jaka tidak punya saudara kembar. Lalu bagaimana bisa kamu bukan Jaka?" tanya Putri sambil mengambil satu langkah mundur karena terlalu merasa bingung sekarang.

Cowok itu berdecak kesal sambil bersandar di motor Honda Vario miliknya, "Memang tidak ada orang lain yang wajahnya mirip denganku. Oke, begini, kamu tahu kepribadian ganda?"

Ada dua kepribadian di dalam satu tubuh kan? "Tahu."

"Aku mengalami kepribadian ganda. Sayang sekali yang seharusnya mendengar penyataan cintamu bukanlah aku."

Apa Jaka baru saja mengaku mengalami kepribadian ganda? Putri tidak salah dengar kan? "Tidak mungkin."

"Itu mungkin."

Putri menggeleng tidak percaya, menolak menerima informasi yang dikatakan Jaka, "Yang seperti itu hanya ada di film-film, novel, ataupun komik."

"Tapi yang seperti itu sekarang ada tepat di hadapanmu."

Bohong, tidak mungkin! Putri tidak percaya, bagaimana hal semacam ini ada? Apa dia sedang dikerjai? Apa yang ada di hadapannya sekarang bukanlah Jaka? Tapi Jaka tidak punya saudara kembar, jadi seharusnya tidak ada orang lain yang memiliki wajah sama persis seperti Jaka.

"Oh, ayolah... mana mungkin Jaka mau mengobrol santai begini dengan perempuan. Apa kau berpikir aku bercanda? Mustahil cowok yang tidak biasa dekat dengan perempuan bisa begitu santainya mengerjaimu."

Iya sih, mana mungkin Jaka ingin berbuat jahil pada perempuan. Dan jika Putri perhatikan lebih detail, sorot mata cowok ini terasa begitu berbeda dari yang selama ini dikenalnya. Mata tajam yang membuatnya jatuh cinta kini tidak ada, mata ini sekarang justru menatapnya dengan sangat lembut.

Senyum dengan bentuk bulan sabit terukir di wajah tampan itu, "Tidak percaya juga? Baiklah, tidak masalah. Oh ya, aku yang mendengar pernyataan cintamu bernama Vian. Dan aku tertarik padamu, Putri."

Saat menyadari cowok ini terus mempersempit jarak di antara mereka, Putri dengan refleks mendorongnya menjauh, "Apa yang mau kau lakukan!?"

"Aku ingin menciummu, kau menggemaskan sih."

Apa-apaan cowok ini? Putri mendorong dada bidang itu dan membuat dirinya terdorong ke belakang agar semakin menjauh, "Ck, menjauh dariku!"

"Kamu sendiri yang mendekatiku."

Melihat ekspresi tidak bersalah terkukis di wajah Jaka, Putri berdecak kesal. Lebih baik dia pulang saja dan melupakan semua hal aneh ini.

Putri memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat ke belakang bersikap seolah-olah tidak ada apapun yang sudah terjadi. Tapi sebelum pergi terlalu jauh dari parkiran, suara bariton milik Jaka kembali terdengar, "Jika ingin bertemu denganku, nyatakan cintamu lagi ya!"

?to be continued?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience