21 - Menguji

Romance Series 688

Salah satu risiko mengalami Alter Ego adalah, harus siap jika tiba-tiba mengambil alih kesadaran kapan pun dan di mana pun.

Jaka sekarang memang sudah merasa biasa saja jika Vian mengembalikan kesadaran dalam keadaan apapun. Dari yang paling mudah saat bangun tidur, atau dalam kondisi yang bisa membuat Jaka marah dan kesal.

Tapi ini kali pertama Jaka mendapati dirinya berada di tempat yang tidak dikenal. Padahal biasanya Vian selalu mengembalikan kesadaran di tempat yang tidak asing untuk Jaka.

Jaka yang saat ini sedang duduk di atas motornya mengacak-acak rambut dengan frustasi. Rumah siapa ini? Kenapa dia bisa berada di sini?

"Apa yang harus kulakukan?" Jaka memijit pelipisnya dengan perasaan jengkel. Dia mungkin tidak akan ambil pusing jika Vian bisa diajak bicara, tapi entah kenapa hal itu tidak dapat dilakukan. Lalu Jaka juga tidak membawa ponselnya, jadi dia tidak bisa pulang dengan bantuan GPS.

Sebenarnya kenapa Vian bisa berada di sini sih? Kan tadi Jaka berpindah kepribadian saat masih ada di dalam rumahnya. Lalu kenapa sekarang ada di tempat ini?

Apa Jaka harus mencari orang untuk bertanya jalan pulang? Tapi terasa memalukan anak berusia 16 tahun tersesat di zaman teknologi yang canggih seperti sekarang ini.

"Kenapa Vian masih ada di sini?"

Tubuh Jaka terlonjak kaget dapat pertanyaan tiba-tiba itu, tapi begitu melihat orang yang bertanya, Jaka langsung mengerti dengan apa yang terjadi. Vian tadi mengantar Putri pulang sampai rumah.

"Aku–" Jaka berhenti bicara saat ingat Putri sekarang menganggapnya sebagai Vian. Mungkin tidak masalah sedikit menguji gadis ini, lagian sebelumnya Jaka cukup sukses berpura-pura menjadi Vian. Setelah merasa yakin, Jaka mencoba menarik kedua ujung bibirnya untuk tersenyum, "aku masih ingin bertemu dengan Putri, apa tidak boleh?"

Putri menghela napas, "Tadi kan Vian bilang ingin langsung pulang karena ibumu masih menunggu. Lagian seharusnya Vian tadi tidak membiarkanku masuk kalau ternyata masih mau menunggu di sini."

Oh, ibu sudah sampai rumah ya? Pantas Vian melempar kesadaran pada Jaka, "Aku berubah pikiran. Jadi aku mencoba untuk menunggu sebentar di sini, siapa tahu Putri ke luar lagi."

"Ibuku bertanya kenapa kamu tidak pergi-pergi dari depan pagar, jadi tentu saja aku ke luar lagi."

"Karena Putri sudah rela keluar untuk menemuiku lagi, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Mungkin ke cafe atau taman, Putri mau yang mana?"

"Tidak keduanya."

"Ohh, kalau aku yang ke rumahmu?"

"Oke, aku mau, ke mana saja antara taman atau cafe. Sekarang Vian tunggu di sini, aku akan ganti baju dulu," merasa panik dengan tawaran terakhir yang diberikan, Putri dengan cepat langsung masuk lagi ke rumah.

Jaka yang ditinggal menghela napas, ternyata Putri begitu takut saat harus berhadapan dengan Vian ya? Ini pertama kalinya. Padahal jika Vian sudah mengambil alih kesadaran dan bersikap manis, perempuan pasti mengharapkan mendapat sikap yang sama terus.

Padahal Jaka dan Vian kan berbeda. Walau mereka sepertinya mempunyai daya tarik masing-masing, tapi selalu Vian yang dapat menaklukan hati perempuan. Rasanya sungguh menarik saat Putri masih menginginkan Jaka setelah mengetahui keberadaan Vian.

"Aku sudah siap, sekarang Vian mau mengajakku ke mana? Cafe yang pernah kita datangi?"

Jaka menatap Putri yang sudah kembali berdiri di samping motornya, gadis ini hanya memakai pakaian yang terlihat biasa saja dan juga tidak berdandan berlebihan, menunjukkan ketidak niatan diajak pergi.

"Jangan malah memperhatikanku, Vian. Risi tahu."

"Apa salah jika aku memperhatikanmu? Dan apa Putri tidak niat jalan denganku?"

Putri memajukkan bibirnya beberapa centi, berpose cemberut, "Aku sungguh tidak niat, lagian aku mau jalan denganmu karena pembicaraan kita tadi belum selesai."

Walau Jaka dan Vian sudah berbagi pikiran, tapi Jaka tidak tahu apa yang tadi dilakukan Vian saat di rumah. Mungkin Vian sedang tidur? Kata Lia, alter juga masih membutuhkan istirahat dan menyerahkan seluruh tanggung jawab pada kesadaran utama.

Jadi jika Vian dalam keadaan tidak sadar begini, Jaka juga tidak mengetahui kejadian yang sudah terjadi walaupun mereka berbagi pikiran, "Bagaimana kalau Putri yang memilih kita mau pergi ke mana?"

"Aku yang pilih?"

Jaka mengangguk. Kan dia tidak tahu daerah ini, jadi lebih aman jika Putri yang memilih ingin pergi ke mana.

Setelah Putri sudah memilih sebuah cafe yang ingin dikunjungi, Jaka merasa sedikit senang karena cafe yang dipilih berada di daerah yang cukup familiar untuknya. Setelah ini artinya Jaka bisa pulang dengan tenang.

"Jadi kenapa Vian tadi mengatakan kalau hanya dengan membuat Jaka jatuh cinta masalah yang lain juga akan terselesaikan?" tanya Putri sambil menunjukkan wajah serius.

Jaka yang duduk di hadapan Putri memutuskan untuk memperhatikan suasana cafe yang didatanginya, "Karena Jaka tidak percaya dengan yang namanya cinta."

"Kamu sudah mengatakan itu sebelumnya."

"Oh, kalau begitu kebanyakan masalah yang membuatku mengalami Alter Ego sudah teratasi, tinggal satu lagi yaitu dengan membuat Jaka jatuh cinta."

Karena cowok yang sedang duduk di hadapannya sibuk memperhatikan cafe, Putri menunjukkan wajah tidak percaya, "Jadi maksudmu jika Jaka sudah bisa menyukai perempuan, artinya Alter Ego yang kau alami berakhir?"

Jaka menggeleng, kali ini dia fokus menatap wajah Putri, "Kurasa tidak semudah itu."

"Lalu kenapa Vian memberikan saran semacam ini?" tanya Putri dengan nada tidak terima.

Jaka juga tidak mengerti. Vian memang punya cara berpikir yang berbeda, jadi mungkin saja ada maksud tersembunyi dengan memberikan saran pada Putri. Tapi apa? Vian ingin melepaskan Putri padanya?

Tidak, seharusnya Jaka yang menyerah di sini karena Vian yang saat ini suka pada Putri. Dan Jaka sangat yakin kalau sampai sekarang selalu ada satu hal yang tidak mau mereka bagi bersama, yaitu perempuan yang disukai oleh salah satu dari mereka.

Perjanjiannya memang begitu kan? Siapa pun yang serius bisa jatuh cinta maka dia yang menjadi kesadaran utama, dan satunya lagi harus mau menghilang. Karena menyatukan dua kepribadian menjadi satu tidaklah mudah, bahkan nyaris mustahil dilakukan.

Jaka memegang kepalanya yang terasa sakit karena terlalu banyak berpikir, ini benar-benar membingungkan.

"Vian? Hei, apa kamu akan mengembalikan kesadaran pada Jaka?"

Saat melihat Putri bertanya dengan nada khawatir, Jaka menghela napas, "Memang kenapa kalau Jaka yang mengambil alih kesadaran?"

Putri melirik ke arah lain, terlihat gelisah, "Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Kita kan lagi-lagi pergi tanpa persetujuan dari Jaka, dia bisa marah kan?"

Sekarang Jaka justru jadi tertarik ingin tahu seperti apa respon Vian saat mengetahui kalau Putri sedang diuji seperti ini. Mungkin Vian akan marah? Sepertinya tidak, Vian justru mengerti karena ini bukan pertama kalinya.

"Kan tinggal mengatakan suka saja pada Jaka agar aku bisa mengambil alih kesadaran lagi."

"Apa bisa dilakukan secepat itu?"

Jaka menunjukkan jari telunjuknya, "Kepalaku akan terasa sangat sakit jika pergantian kepribadian dilakukan dengan cepat, tapi Jaka pernah mengambil alih kesadaran hanya dalam waktu satu menit."

"Satu menit? Secepat itu? Bagaimana bisa?" tanya Putri yang terlihat sangat terkejut.

"Saat sudah mengembalikan kesadaran pada Jaka, tiba-tiba malah datang perempuan yang mendekatinya, jadi aku pun terpaksa harus mengambil alih kesadaran lagi."

'Kau melakukannya lagi.'

"Oh," Jaka kali ini benar-benar tersenyum dengan senang saat mendengar suara lain dari kepalanya. Akhirnya dia bisa berkomunikasi dengan Vian juga!

Tapi Putri justru terlihat semakin bingung dengan respon tiba-tiba ini, "Kenapa?"

"Jaka mengatakan tidak akan mengambil kesadaran sampai besok, jadi bisa kau mengatakan kalimat manis padanya?"

"Kalimat manis? Kalimat seperti apa maksudmu?"

Apa pun itu yang bisa membuat Vian mengambil alih kesadaran, "Pernyataan cinta mungkin."

Putri sungguh tidak mengerti kenapa harus tiba-tiba mengatakan perasaannya lagi, tapi dia tetap menurut, "Pada Jaka kan? Aku tidak keberatan. Jadi Jaka, aku menyukaimu, jadi tolong besok gantikan Vian secepatnya ya?"

Beberapa detik kemudian Vian yang menggantikan posisi Jaka langsung menutup mulutnya untuk menahan tawa.

"Kenapa malah ketawa? Ini tidak lucu tahu."

Ini lucu, karena rasanya Vian sudah melewatkan sesuatu yang sangat menarik.

Tapi karena Vian justru tertawa lepas, Putri menggembungkan salah satu pipinya dengan kesal, "Berhenti tertawa, Vian!"

=bersambung=

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience