12 - Tanggung Jawab

Romance Series 688

Sel, 10 Juni

Iris coklat tua milik Jaka membaca berulang kali apa yang saat ini sedang ditampilkan di layar ponselnya. Hari ini benar-benar tanggal sepuluh? Padahal Jaka terakhir datang ke sekolah tepat di awal bulan, tanggal dua Juni. Lalu kenapa ada banyak sekali tanggal yang dilewatinya?

Vian mengambil alih kesadaran selama seminggu? Kenapa lama sekali? Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak, yang seharusnya Jaka tanyakan adalah, masalah apa saja yang sudah Vian berikan padanya selama seminggu ini?

Vian kan tidak suka belajar, apa nilai pelajaran Jaka baik-baik saja? Ini pertama kalinya Jaka merasa begitu enggan harus berangkat ke sekolah dan harus mengikuti pelajaran. Kalau bisa inginnya Jaka bolos saja hari ini.

Biarkan Jaka melakukan konsultasi atau terapi dulu ke tempat praktik Lia baru bisa mendatangi sekolah dengan jauh lebih tenang.

Jaka menatap lorong sekolah yang dilewati siswa-siswi lain yang juga baru datang dengan tatapan malas. Karena sudah terlanjur sampai sekolah, lebih baik harapi masalah yang sudah Vian perbuat.

"Pagi Vi... Jaka."

Saat melihat Putri mendekatinya dan menyapa, Jaka secara refleks langsung mengambil jarak untuk menjauh. Dan untungnya gadis ini langsung tahu siapa yang sekarang sedang mengambil alih kesadaran, "Ya, pagi, dan tolong jangan buat Vian mengambil alih kesadaran lagi."

"Maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja mengatakannya," seolah diingatkan dengan kesalahan yang sudah dilakukan, Putri menunduk untuk menunjukkan penyesalannya.

Jaka mendecak kesal, "Vian mengambil waktuku selama seminggu. Dia juga mengabaikan tugas-tugas sekolah, menyampaikan pesan hanya dengan mengatakan kalau dia terus mendekatimu. Dan yang paling membuat kesal adalah, aku sudah melewati waktu saat Vian muncul tanpa mengingat apapun. Apa kamu mengerti masalah yang kualami karena kesalahanmu?"

"Habis Jaka tersenyum padaku."

Tentu Jaka masih sangat ingat alasan Putri mulai menyukainya, tapi kesalahan kecil yang dilakukan gadis ini justru membuat Jaka mendapat masalah yang besar, "Tolong lain kali kendalikan dirimu."

"Baik."

"Sudahlah, aku harus membereskan masalah yang dibuat Vian," gumam Jaka yang kembali berjalan menuju kelas dengan lemas. Dia sudah merasa lelah duluan walau belum memulai melakukan apapun.

Putri mengikuti dari belakang, menjaga jarak karena tidak ingin melakukan kesalahan lagi, "Vian tidak terlalu membuat masalah kok."

Jika niat, Vian memang bisa menjadi dirinya selama berhari-hari sampai berminggu-minggu. Tapi Jaka tetap mendapat masalah walau Vian tidak membuat masalah yang berarti, "Dia sudah membuatku tidak masuk sekolah selama seminggu, di sana masalahnya."

"Umm, kalau ada yang bisa kubantu katakan saja."

"Kamu ingin bertanggung jawab?" tanya Jaka sambil melirik ke arah Putri.

Putri mengangguk dengan ragu, "Jika Jaka mengizinkannya."

Daripada harus pusing sendiri karena tidak tahu yang sudah dilakukan oleh Vian, sepertinya tak masalah harus menerima tawaran ini. Tentu saja dengan catatan Jaka harus jauh lebih berhati-hati lagi jika sudah bersama dengan Putri, "Baiklah, kalau begitu nanti setelah jam pulang sekolah temui aku di perpustakaan."

•

"Karena kamu sudah terlanjur tahu tentang masalah Alter Ego-ku, dan telah menyebabkan Vian mengambil alih kesadaran. Kuharap kau mau mengatakan semua yang dilakukannya."

Putri menghela napas. Seharusnya dia sangat tahu Jaka mengajak bertemu di perpustakaan pasti untuk membicarakan ini, tapi kenapa tadi dia sempat berharap lebih? "Akan kulakukan."

Jaka membuka buku yang tadi sudah dipinjamnya, tidak ingin merasa bosan dengan sesi tanya jawab yang akan dilakukan, "Ada yang membuatku penasaran, waktu itu ke mana Vian mengajakmu pergi?"

"Tempat praktik dokter kejiwaan."

Mendengar jawaban yang sangat tidak terduga membuat perhatian Jaka kembali terfokus pada Putri, "Serius?"

"Iya, kami ke tempat praktik dokter Lia," jawab Putri dengan nada sangat meyakinkan.

Sudah hampir tiga minggu Jaka belum datang untuk menemui dokternya lagi, jadi Vian yang justru datang ke sana ya? Tapi kenapa harus sampai membawa Putri segala? Nanti Jaka harus menanyakannya pada Lia. Tapi untuk saat ini Jaka harus mendengarkan penjelasan Putri tentang semua kejadian yang sudah dilakukan Vian.

Setalah mendengar semua penjelasan Putri dengan seksama, Jaka menghela napas dengan lelah, "Aku tidak tahu harus berkomentar apa tentang semua ini."

"Dan kemarin Vian tidak melakukan apapun padaku."

Tidak melakukan apapun? Jaka menaikkan salah satu alisnya dengan heran.

Jika memang sudah mengambil alih kesadaran, seharusnya Vian melakukan sesuatu. Jika memang tidak ada apapun yang mau dilakukan, mestinya langsung saja biarkan Jaka yang mengambil alih kesadaran. Tapi kenapa pergantian kepribadian harus terjadi saat bangun tidur?

Pasti ada hal yang membuat Vian sampai lupa mengembalikan kesadaran pada Jaka, "Kau pasti mengatakan sesuatu ya?"

Putri memiringkan kepalanya ke kiri beberapa centi dengan heran, "Aku mengatakan ingin mengenal Vian seperti aku mengenalmu."

Ah, ternyata begitu. Jaka menghela napas, jadi Vian terlalu sibuk memikirkan Putri sampai lupa mengembalikan kesadaran padanya ya? Dan untunglah Putri mengatakan sesuatu yang membuat Vian merasa sedikit malas berurusan dengan gadis ini untuk sementara waktu.

"Apa ucapanku salah?"

Dari sudut pandang Vian ucapan Putri memang salah, tapi tidak dari sudut pandang Jaka, "Sama sekali tidak salah. Aku justru harus mengucapkan terima kasih karena berkat ucapanmu aku sudah bisa mengambil alih kesadaran lagi."

Putri terlihat bingung sejenak kemudian menghela napas sambil menunduk, "Apa Vian memang hanya ingin mempermainkanku?"

"Seharusnya aku yang menanyakan itu."

"Menurut Jaka, Vian seperti apa sih? Apa dia memang suka mendekati perempuan?"

Jaka mengetuk jari-jari tangan kanannya di atas meja sambil mencoba untuk mengingat beberapa hal. Suka mendekati perempuan ya? Seharusnya Vian sudah kapok untuk membuat perempuan tertarik padanya.

Walau Vian sering bertindak semaunya, tapi dia sangat memikirkan tentang kebaikan Jaka. Itu yang dijelaskan oleh Lia. Dan Jaka juga yakin Vian bukan tipe yang mau melakukan kesalahan yang sama sampai dua kali, "Yang bisa kukatakan padamu adalah, ini pertama kalinya Vian sangat niat mendekati perempuan dan berani mengambil alih kesadaran lebih dari lima hari."

Karena lagi-lagi diingatkan tentang kesalahannya, Putri semakin menunduk untuk menghindari tatapan Jaka, "Maafkan aku."

"Sudahlah, tidak perlu minta maaf terus, setidaknya aku jadi mengerti satu hal."

Putri dengan ragu kembali menatap Jaka, tapi saat tatapan mereka bertemu, Jaka menggeleng sambil menatap ke arah lain, "Ini bukan mengenaimu."

Sebelum Putri sempat bertanya untuk mengerti maksud ucapan tadi, Jaka sudah dulu berdiri dari duduknya dan keluar dari perpustakaan.

Putri yang ditinggal sendirian tentu merasa penasaran, "Apa maksudnya?"

= bersambung =

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience