2 - Tidak Percaya

Romance Series 688

Putri Yuniata adalah seorang siswi yang bisa dikatakan cukup pintar di sekolah, terbukti karena nilai-nilai ujiannya tidak pernah berada di bawah angka 70. Tapi saat tiba-tiba dihadapkan dengan hal yang tak masuk akal, Putri sama sekali tidak tahu harus bagaimana.

Apa-apaan yang tadi itu? Jaka mengalami kepribadian ganda? Tidak mungkin, mustahil. Putri tidak percaya.

Mungkin saja laki-laki yang ditemuinya tadi adalah saudara kembar Jaka. Tapi menurut informasi dari salah satu temannya yang merupakan anggota OSIS, Jaka hanya memiliki saudara perempuan yang memiliki perbedaan usia sepuluh tahun lebih muda. Jadi dugaan yang sempat Putri pikirkan pastilah salah.

Dan sungguh mustahil seorang Jaka Mahardika yang terlihat selalu serius dan tenang mau mengerjainya. Putri bahkan tidak pernah memimpikan kejadian semacam itu.

Karena merasa penasaran dan ingin membuktikan kebenarannya, Putri mulai mencari segala macam informasi mengenai kepribadian ganda. Mulai dari informasi yang didapat dari internet, sampai membeli film Korea yang kebetulan mempunyai tema mengenai kepribadian ganda. Putri mau rasa ingin tahunya terpenuhi.

Pada akhirnya Putri sukses menyelesaikan menonton film tersebut pada hari Sabtu dan Minggu saat sekolah libur. Dan sekarang di hari Senin Putri harus rela punya kantung mata karena kurang tidur. Dia benar-benar lelah sekarang, dan juga masih merasa mengantuk.

Walau sudah menonton film, bahkan sampai terbawa perasaan dan menangis. Tapi rasa penasaran Putri pada kepribadian ganda belum terpuaskan. Putri masih tidak bisa mengerti secara penuh mengenai masalah kejiwaan yang satu ini.

Saat Putri masuk ke kelas, matanya langsung terbuka lebar saat melihat Jaka yang melambaikan tangan padanya sambil tersenyum.

Dia salah lihat? Putri mengucek-ngucek matanya karena mungkin saja yang tadi hanya khayalan. Mungkin karena terlalu banyak memikirkan tentang Jaka, Putri berfantasi melihat laki-laki itu tersenyum padanya.

Tetapi tatapan Jaka masih mengarah padanya, dan senyum yang tergambar di wajah tampan itu juga tak hilang. Oke, mungkin Putri harus mencuci muka dulu sebelum pelajaran dimulai. Pasti ada yang salah dengan matanya.

"Kamu tidak mengerjakan tugasnya?"

Putri yang hampir saja tertidur di kelas karena terlalu lelah melakukan maraton menonton film langsung cepat-cepat membuka matanya selebar mungkin saat mendengar suara bentakan guru yang sedang mengajar. Tapi ternyata yang dibentak bukanlah dirinya, melainkan Jaka.

"Aku tidak tahu."

Guru ekonomi yang terkenal galak dan sering memberikan tugas itu sedang berkacak pinggang di hadapan Jaka yang duduk di bangku terdepan, "Apanya tidak tahu? Tugas ini sudah diberikan sejak minggu kemarin. Apa kamu mau beralasan karena tidak mengerjakannya?"

"Sudah dikerjakan kok. Tapi aku tidak membawa bukunya."

"Tidak membawa kau bilang!? Kamu berniat sekolah atau tidak sih?"

Jaka tidak membalas ucapan itu, tapi matanya masih fokus menatap sang guru. Terlihat cuek dan begitu santai walau sedang dimarahi.

Guru laki-laki itu menggeram kesal, "Sekarang keluar dari kelas! Dan sebagai hukuman karena sudah melalaikan tugas, kamu harus lari keliling lapangan sepuluh putaran."

"Hanya sepuluh?" tanya Jaka yang terdengar seperti sedang mengajukan tantangan.

"Dua puluh putaran. Sekarang ke luar!!"

Dengan itu Jaka pun berjalan keluar dari kelas, tapi sampai akhir tidak ada penyesalan yang terlihat di wajahnya. Dia masih sangat tenang seolah tidak ada apapun yang terjadi.

Sedangkan seisi kelas sedang kebingungan menyaksikan yang baru terjadi. Jaka merupakan siswa yang pintar, selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru, bahkan ada guru yang menjadikannya sebagai murid favorite. Lalu kenapa tiba-tiba Jaka tidak mengerjakan tugas dan bersikap seperti sedang menantang guru? Dia sedang bad mood?

Putri juga ikut memikirkan kejadian tidak biasa yang tadi dilihatnya. Apa yang barusan adalah kepribadanian ganda Jaka yang Putri temui Jumat kemarin? Tapi Putri masih belum percaya tentang masalah kejiwaan ini.

Atau mungkin saja Jaka hanya ingin sekedar mencari perhatian? Tapi Jaka sudah mendapat perhatian berlebih dari para siswi karena memiliki wajah tampan, untuk apa harus repot-repot mencari perhatian lagi?

Karena tertalu sibuk berkutat dengan pikirannya, Putri tidak bisa konsentrasi mengikuti pelajaran sampai bel istirahat berbunyi.

"Apa yang kulakukan sih? Memikirkan hal yang tidak jelas," gumam Putri pada diri sendiri. Merasa aneh karena sudah hanyut memikirkan Jaka nyaris selama tiga jam, dan sukses mengabaikan guru yang mengajar.

"Putri sendirian saja?"

Putri dengan lemas menatap ke arah orang yang bertanya, dan terkejut saat mendapati sosok Jaka sekarang sedang duduk di depannya, "Ke- kenapa Jaka duduk di sini?"

"Aku ingin duduk bersamamu."

Yang dilakukan Jaka mengundang perhatian penghuni kantin lain untuk memperhatikan, tapi Putri tidak peduli, dia terlalu merasa heran dengan keberadaan cowok ini yang mau berbagi meja kantin dengannya, "Kenapa harus denganku?"

"Karena aku ingin menemanimu."

"Aku sedang ingin sendirian."

"Tapi aku ingin bersamamu."

"Aku tidak."

"Bukannya kamu menyukaiku? Seharusnya senang dong karena aku bisa duduk bersamamu."

"Yang kusukai adalah Jaka."

"Ohhh, sepertinya kamu sudah percaya dengan yang kukatakan Jumat kemarin ya?"

Saat menyadari ucapannya, Putri terpaku. Kenapa dia mengatakan hal itu? Tentu saja kalimat yang dikatakannya seolah mengkonfirmasi Jaka memang mengalami kepribadian ganda, dan yang sedang bersamanya sekarang adalah kepribadian Jaka yang lain.

Laki-laki yang punya style rambut seperti orang Korea itu terlihat senang dengan respon yang diterimanya, "Aku tidak akan menahan diri lagi."

"Ap–"

Dengan gerakan cepat tangan kanan Putri ditarik lalu punggung tangannya dicium. Dan karena semakin syok dengan kejadian yang dialaminya, Putri mematung. Sama sekali tidak bisa memberi respon apa-apa sampai sebuah pertanyaan diberikan padanya, "Bagaimana kalau nanti kuantar pulang?"

Setelah pulih dari rasa terkejut, Putri menarik kembali tangan kanannya dengan panik, "Tidak mau."

"Apa perlu aku mencium bagian tubuh yang lain agar kamu mau?"

Boleh Putri melempar gelas ke arah laki-laki yang mengaku bernama Vian ini? Pandangan yang kini mengarah padanya benar-benar membuat Putri merinding. Dia merasa seperti akan menjadi korban pelecehan seksual, "Iya, oke, aku mau."

"Bagus, kamu memang tidak boleh menolak," seringai yang terlihat semakin menjengkelkan tergambar jelas di wajah Jaka.

Ini bukan Jaka, ini bukan Jaka, ini bukan Jaka! Putri terus mensugesti dirinya agar tidak terpikat oleh wajah tampan orang yang duduk di hadapannnya saat ini.

Setelah jam pulang sekolah, Jaka atau Putri sekarang bisa menyebutnya Vian, benar-benar mau mengantar pulang, walau sempat kembali menarik perhatian karena belum pernah ada satu orang pun yang pernah dibonceng motor Honda Vario berwarna putih itu.

Padahal ada belasan motor dengan merek serupa, bahkan ada juga motor ninja yang terparkir di sana, tapi satu-satunya yang memiliki motor Honda Vario dengan warna putih hanya Jaka seorang. Banyak siswi yang justru merasa lebih tertarik dengan motor itu dibanding motor lainnya.

Dulu Putri juga ingin bisa naik motor itu dan duduk di belakang punggung Jaka. Tapi sekarang saat keinginannya terwujud, Putri justru tidak merasa senang.

"Makasih," setelah sampai depan rumah, Putri tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih karena sudah diantar dengan selamat tanpa harus ada aksi ngebut-ngebutan dan memaksanya untuk memeluk tubuh cowok ini.

"Baiklah, mulai besok kujemput ya? Ah, tapi tidak bisa ya karena besok giliran Jaka? Oke, akan kujemput jika sedang mengambil alih kesadaran lagi."

Putri mengerutkan alisnya dengan bingung, "Hah?"

Tangan kanan Putri kembali ditarik untuk mendapat sebuah ciuman, "Besok tanyakan aku pada Jaka ya? Aku menantikan ekspresi marahnya setelah mengetahui yang sedang kulakukan hari ini."

"Apa sih? Jangan seenaknya mencium deh," dengan kesal Putri kembali menarik tangannya, kali ini bahkan dengan sengaja mengelap punggung tangan seolah ingin menghapus ciuman yang tadi sudah mendarat di sana.

"Kalau tidak ingin kucium lagi katakan dong 'sampai jumpa lagi, Vian' sambil tersenyum semanis mungkin dan tidak lupa lambaikan tangannya."

Karena tidak mau berlama-lama di situasi menyebalkan ini, Putri mencoba untuk memberikan senyum yang terlihat tidak terlalu dipaksakan sambil melambaikan tangan kanannya, "Sampai jumpa lagi, Vian."

"Sampai jumpa, Putri. Aku menyukaimu."

Tangan Putri berhenti bergerak, dan setelah yakin motor yang mengantarnya tadi sudah pergi menjauh, Putri menutupi wajahnya dengan malu, "Kenapa jadi seperti ini sih? Aku tidak kuat menghadapinya."

= To be continued =

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience