27. Keputusan

Romance Series 688

Hari ini Putri memutuskan untuk menemui Vian, dia mau melakukan ini karena disuruh Lia dan disetujui juga oleh Wijaya. Tapi setelah tahu jika Jaka yang sedang mengambil alih kesadaran, Putri jadi ragu. Karena kalau ingin menemui Vian berarti dia harus mengatakan suka pada Jaka.

Memang Putri sudah cukup sering melakukannya, tapi dia masih merasakan gugup. Setelah mencoba menetapkan hati untuk bicara secepatnya, Putri memulai dari memanggil dulu, "Jaka."

Langkah Jaka yang berniat ingin pulang terhenti untuk menengok dan menatap Putri dengan pandangan malas, "Ada apa?"

Putri menunduk, merasa sedikit bersalah karena akan memanggil Vian secara paksa, "Aku ingin minta maaf padamu."

Jaka mengernyit tidak mengerti, apa maksud Putri tiba-tiba minta maaf? Gadis ini sadar sudah mengganggunya?

"Aku suka pada Jaka."

Jaka tidak sempat merasa bingung karena Vian sudah menggantikannya, tapi siapa pun yang mengambil alih kesadaran pasti merasa bingung dengan pernyataan cinta dadakan ini, "Kenapa tiba-tiba mengatakan suka?"

"Vian mengatakan kalau ingin bicara denganmu aku harus mengatakan suka pada Jaka kan?"

Vian mengangguk mengerti, jadi pernyataan cinta tadi hanya untuk memanggilnya ya? "Memang Putri ingin bicara apa? Kok mau repot-repot memaksaku keluar?"

Putri melihat ke arah lain, merasa tidak nyaman dengan beberapa orang yang memperhatikan mereka, "Kita bicara di tempat lain saja."

"Yasudah, ayo ke perpustakaan!" ajak Vian yang langsung menggandeng tangan Putri kemudian berjalan ke arah perpustakaan yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

"Bu Lia sudah menceritakan tentang ayahmu," saat setelah mereka duduk berhadapan di ruang perpuatakaan yang sepi, Putri mulai bicara.

Vian menaikkan salah satu alisnya, merasa puas karena Putri sudah tahu, "Oh, jadi aku tidak perlu menceritakannya ya? Baguslah."

"Kudengar ayahmu sedang pulang ke rumah."

"Tadi malam datangnya, Ayah akan di rumah selama seminggu. Dan aku menolak jika Putri ingin ke rumah untuk menemuinya."

Kan dulu dia disuruh bertemu secara langsung, kok sekarang Vian malah melarang? Tapi Putri tidak ada niat juga sih mendatangi rumah cowok ini lagi, "Aku hanya ingin tahu tanggapan Vian mengenai ayahmu saja kok."

"Karena sudah cukup lama tidak bertemu, yang kurasakan seperti anak lain yang kangen pada ayahnya. Tapi entah kenapa aku tidak bisa terlalu dekat dengannya."

"Apa karena ayahmu adalah salah satu alasan yang membuatmu mengalami Alter Ego?"

Vian menghela napas, "Tentu saja, mana mungkin aku bisa menghadapi seseorang yang membuatku mengalami masalah ini dengan begitu mudah."

Putri menatap cowok yang duduk di hadapannya dengan serius, "Tapi mereka orang tuamu."

"Mereka dulu sering memukulku, tidak meperhatikanku, saat bersamaku pun yang dilakukan hanyalah bertengkar. Apa itu yang dinamakan orang tua?"

"Aku memang tidak tahu apa yang kau rasakan karena tidak mengalami semua itu. Tapi apapun yang mereka lakukan, mereka tetaplah orang tuamu."

'Kenapa dia ikut campur sampai seperti ini sih?'

Vian mengusap kepalanya saat mendengar suara Jaka yang berkomentar, dia sih tidak masalah harus sedikit melakukan perdebatan, "Putri pasti sudah mendengar apa yang mereka lakukan padaku kan? K
Lalu kenapa kamu masih membela mereka?"

"Aku tidak membela siapa pun, Vian. Ini murni tanggapanku sendiri."

"Jadi bagimu apa yang dulu mereka lakukan wajar?"

Putri mencoba untuk mengontrol nada suaranya agar tidak terlalu keras saat berbicara, "Tidak, bukan begitu. Orang tuamu memang salah karena sudah berbuat buruk padamu, tapi bukan berarti kau seperti tidak mengakui mereka begini."

Vian mencoba sedikit menenangkan diri agar nada suaranya masih terdengar stabil, "Aku mengakui mereka. Ibu sudah melahirkanku, dan Ayah juga sudah mengajariku banyak hal."

"Lalu kenapa kau belum juga memaafkan mereka? Mereka mungkin alasan yang membuatmu mengalami Alter Ego, tapi sekarang sikap mereka kepadamu pasti sudah mulai berubah kan?"

Berubah ya? Vian menunduk sambil menatap kedua telapak tangannya yang sedang bertautan, memang orang tuanya sekarang sudah banyak berubah dibanding dulu. Mereka seperti sedang mencoba membayar kesalahan yang sudah pernah dilakukan padanya.

Putri menghela napas saat cowok ini terdiam. Dia bersyukur karena bicara pada Vian, karena untuk membicarakan sesuatu seperti ini tidak mungkin dilakukan dengan Jaka.

"Untuk memaafkan orang tua sendiri mungkin mudah. Tapi rasa tidak bisa mempercayai cinta dan rasa takut untuk bisa menyakiti orang lain tetap saja masih melekat padaku sampai saat ini."

Mendengar ucapan itu membuat Putri tersenyum, "Bagiku Vian ataupun Jaka tidak mungkin menyakiti orang lain tanpa suatu alasan yang jelas kok."

Tentu saja tidak akan menyakiti tanpa sebuah alasan, tapi dulu Jaka sempat mudah marah hanya karena masalah kecil. Untung saja dia sudah banyak belajar untuk bisa tenang, jadi hal seperti itu belum pernah terjadi lagi. Bahkan untuk mencegah sikap tempramental semacam itu keluar, Vian yang bertugas menemui ayahnya. Walau Jaka sekarang juga sudah bisa melakukan hal yang sama, "Oke, baiklah, hal itu dapat dicegah agar tidak pernah terulang lagi. Tapi untuk percaya dengan cinta, ini benar-benar sulit."

Putri tentu mengerti jika suatu hubungan sudah mencapai tahap pernikahan dan malah berakhir karena adanya perselingkuhan pasti berat untuk bisa mempercayai sebuah kesetiaan. Tapi tidak berarti semua hubungan pasti berakhir seperti itu, "Apa yang membuatmu tidak percaya? Kau takut diselingkuhi? Atau kau takut berselingkuh?"

Vian memutar bola matanya mendengar tanggapan itu, "Kalau aku sudah tidak memikirkannya lagi. Lagian lebih baik mencoba daripada memikirkan dua kemungkinan itu."

Ah, benar juga, Vian yang juga tidak mempercayai cinta seperti Jaka sudah mau menyukai dirinya. Putri tentu tidak melupakan hal ini, "Maafkan aku."

"Kali ini untuk apa minta maaf lagi?" tanya Vian sambil menatap Putri dengan heran.

"Aku minta maaf karena merasa sempat terganggu dengan Vian yang mencoba mendekatiku."

Gadis ini tidaklah salah, cara Vian yang mendekatinya saja yang salah, "Putri tidak perlu minta maaf segala. Lagian wajar kok kau merasa terganggu denganku karena yang Putri suka adalah Jaka."

Putri menatap Vian dengan ekspresi menyesal, "Tidak, aku memang salah. Padahal Vian juga sama seperti Jaka yang tidak mempercayai cinta, tapi aku malah merespon buruk usahamu yang mencoba menyukaiku."

Vian mengelus pipi kiri Putri menggunakan tangan kanannya sambil tersenyum, "Putri tidak perlu merasa bersalah. Aku suka dengan responmu kok."

Melihat senyum di wajah cowok ini membuat Putri menunduk karena merasa malu. Sepertinya siapa pun yang mengambil alih kesadaran tetap saja bisa membuat hati Putri luluh.

Vian kembali menjauhkan tangannya, "Untuk masalah orang tua, Putri tidak perlu terlalu memikirkannya. Dulu saat aku kencan denganmu itu masih menjadi masalah. Tapi sekarang untukku dan Jaka, ini bukanlah sebuah masalah besar lagi."

Putri tersenyum kecil. Jadi benar ya yang dikatakan Lia kalau masalah orang tua kini digantikan dengan masalah tentang dirinya? "Kuharap Vian secepatnya bisa dekat dengan mereka seperti yang seharusnya."

"Iya, aku juga mengharapkan itu."

Dengan ragu Putri kembali menatap wajah Vian yang terlihat seperti baru melepaskan beban yang berat, "Sebenarnya ada hal lain yang ingin aku bicarakan dengan Vian."

"Bicara apa lagi?"

"Aku ingin berterima kasih karena Vian sudah menyukaiku."

Vian menaikkan salah satu alisnya dengan bingung. Tidak mengerti kenapa Putri harus berterima kasih hanya karena sudah dicintai olehnya.

"Aku menyukai Vian."

"Apa? Bukannya kamu menyukai Jaka?"

Wajah Putri memerah, dia merasa gugup dan malu, "Aku memang menyukai Jaka yang selalu mencoba menjauhiku, tapi aku juga menyukai Vian yang menyukaiku. Ini mungkin terdengar egois, tapi tidak apa kan aku menyukai kalian yang merupakan satu orang yang sama?"

'Tunggu dulu, kenapa dia tidak memilih salah satu dari kita saja?' protes Jaka tidak terima.

Setelah pembicaraan mengenai orang tua tadi, Vian juga tidak mengerti kenapa Putri sekarang malah mengungkapkan perasaan padanya. Dan lagi kenapa gadis ini harus memilih mereka berdua? Kan bisa memilih salah satu dari mereka, itu jauh lebih mudah.

Memang Vian sudah sepakat untuk menyembuhkan Alter Ego-nya, dia ingin Putri bahagia bersama Jaka. Tapi kalau gadis ini juga masih ingin bersamanya, Vian jadi bingung harus memberi tanggapan seperti apa.

Sudahlah, lebih baik Vian mengembalikan kesadaran pada Jaka saja. Dia sudah capek setelah pembicaraan yang tadi.

"Kenapa kau mendadak mengatakan suka pada Vian?"

Putri yang tadi sedang menunduk langsung menatap cowok yang duduk di depannya, "Jaka? Setelah dipikirkan lagi aku ternyata menyukai Vian, dan ingin mengatakannya seperti yang kulakukan padamu."

Jaka tidak mengerti, dia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang perempuan. Dia memang cukup sering mendapatkan pernyataan cinta, tapi jika Vian yang mendapatkannya... dia bingung harus merespon bagaimana.

"Jaka juga pernah mengatakan kalau aku menyukaimu berarti harus menyukai Vian juga kan? Dan aku sekarang dapat melakukannya."

Apa Jaka pernah bicara seperti itu? Oke, Jaka dan Vian adalah orang yang sama, jadi jika Putri bisa menerima mereka sebagai satu orang berarti pertanda bagus. Lagian gadis ini menginginkan dirinya dan Vian bisa bergabung, jadi tidak ada masalah dengan pernyataan cinta ini.

Masalahnya ada pada Jaka.

'Ya, lalu apa susahnya kau mencoba untuk mulai menyukai seseorang?'

Jaka masih belum yakin. Dari apa yang dia tahu, menyukai seseorang bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

'Apanya? Apa sangat menyakitkan bisa jatuh cinta? Kau pasti akan merasa bahagia kalau mempunyai seseorang yang bisa disayangi. Oh ayolah, lihat saja aku yang sangat menikmati jatuh cinta pada Putri.'

Jaka menghela napas, sudahlah tidak ada salahnya untuk mencoba, "Ayo kita kencan."

Mendengar ajakan yang terlalu tiba-tiba ini membuat Putri bingung, apa cowok yang berada di hadapannya masih Jaka? "Kencan?"

"Iya. Waktu dan tempat janjiannya sama seperti saat kamu kencan dengan Vian. Dan kau harus datang," jawab Jaka dengan nada cuek kemudian meninggalkan Putri.

=bersambung=

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience