10 - Menolak

Romance Series 688

Karena terlalu lelah menghadapi Vian selama beberapa hari secara berturut-turut, Putri jadi kurang tidur. Akibatnya dia tidak sengaja tertidur di kelas dan dihukum oleh guru yang mengajar.

Putri memang bisa menerima hukuman ini karena sudah melakukan kesalahan, tapi kenapa Vian sekarang justru harus ikut menemaninya dihukum? "Ini semua salahmu."

Vian yang berdiri di samping kiri Putri tersenyum senang, "Putri memikirkanku ya? Senangnya~"

Iya, Putri memang memikirkan Vian, tapi tidak dalam konteks baik. Sikap cowok ini yang selalu usil, jahil, dan menyebalkan sungguh mengganggu Putri sampai menjadi bahan pikiran yang membuat kepala terasa pusing, "Ck, lalu kenapa Vian sampai ikutan dihukum? Jaka tidak pernah melakukan kesalahan seperti ini tahu, jangan bertindak seenaknya deh."

"Jaka sangat tahu kok kalau aku tipe yang tidak suka belajar, tenang saja. Dan aku sengaja ikut dihukum untuk menemanimu agar tidak merasa kesepian."

"Aku tidak kesepian," Putri mencoba menahan nada suaranya agar tidak berteriak kesal, bisa gawat jika guru tahu dan menambah hukuman lagi kalau dia terlalu berisik.

Vian terkikik pelan kemudian kembali menghadap ke depan, terlihat menikmati hukuman yang sedang dijalankannya.

Putri yang menyadari aksi ini melirik Vian dengan penasaran. Kalau diperhatikan baik-baik jika sedang tenang dan tidak memberi banyak ekspresi, Vian terlihat seperti Jaka, "Kenapa Vian selalu mencium tanganku?"

Vian menengok ke kanan untuk menatap Putri dengan bingung mendengar pertanyaan yang diajukan padanya, "Apa Putri jadi merasa lebih tua dariku? Atau jangan-jangan kamu ingin aku mencium bibirmu?"

Putri melotot syok, dia kan cuma penasaran! Bukan mengharapkan mendapat ciuman di bagian tubuh yang lain, "Tidak! Aku tidak mau."

"Hee... ternyata selama ini Putri kecewa ya?" tanya Vian sambil tersenyum jahil.

Putri menggeram kesal, menyesal sudah menanyakan hal yang membuatnya harus sampai digoda oleh Vian, "Mana mungkin!!"

"Ehem."

Secara serempak Putri dan Vian menatap ke arah pintu kelas di mana ada seorang guru yang baru saja berdehem. Sepertinya mereka terlalu keras bersuara ya?

"Karena kalian terlalu asyik bersantai menjalani hukuman, lebih baik sekarang kalian lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali."

Saat guru perempuan itu kembali masuk ke kelas, Putri menunjuk Vian dengan tidak terima, "Ini semua salahmu."

Vian tersenyum tanpa dosa seolah tidak melakukan sesuatu yang salah, "Kalau Putri pingsan, akan kuberikan napas buatan kok."

"Aku tidak akan pingsan!" gerutu Putri kesal yang kemudian berjalan pergi untuk memulai hukuman terlebih dahulu dan meninggalkan Vian di belakangnya.

Putri menghela napas dengan lelah. Iya, dia memang sangat lelah karena sudah diganggu oleh Vian selama seminggu penuh. Bayangkan saja selama seminggu digoda terus oleh cowok jahil, hati ini lelah.

Kapan Jaka bisa mengambil alih kesadaran lagi sih? Putri benar-benar merindukan sifat cuek cowok itu.

"Aku suka pada Jaka."

Langkah Putri yang ingin meninggalkan sekolah terhenti saat mendengar suara itu. Ada seseorang yang mengungkapkan perasaan pada Jaka? Merasa sedikit penasaran, Putri mengintip kesalah satu ruang kelas yang sudah kosong.

Terlihat ada Jaka -Vian- sedang berdiri di hadapan seorang perempuan yang berasal dari kelas yang berbeda. Jika biasanya yang mendengar pernyataan cinta, menolak, kemudian kabur adalah Jaka. Lalu jika Vian yang mendengarnya, apa yang dia lakukan? Putri mendadak semakin penasaran.

"Maaf, aku tidak bisa jadi pacarmu."

"Walau bukan pacar juga tak apa kok. Aku hanya ingin lebih dekat dengan Jaka saja."

Tunggu dulu, kenapa perempuan itu mengatakan hal yang nyaris sama seperti yang diucapkan Putri pada Jaka? Putri cemberut, kesal karena pernyataan cintanya harus dicontek oleh orang lain.

"Aku tidak bisa, aku sudah menyukai orang lain," tolak Vian sambil memalingkan wajah ke arah lain.

Tapi perempuan yang berdiri di depannya masih terlihat tidak terima, "Aku tahu kok. Putri kan? Walau bukan menjadi nomor satu juga tak masalah, aku sudah merasa senang bisa dekat dengan Jaka."

"Maaf, aku hanya ingin satu orang saja yang mendapatkan perhatian dariku. Aku tidak ingin menyakiti perasaan orang yang kusukai."

Putri tidak dapat menahan mulutnya untuk terbuka beberapa centi karena merasa terkejut dengan yang didengarnya. Vian yang selalu usil mengatakan hal seperti ini?

"Ka- kalau begitu maaf sudah memaksa. Permisi," si perempuan kemudian pergi meninggalkan Vian yang masih terdiam di kelas.

Vian mengacak pelan rambutnya dengan lelah. Ini pertama kalinya dia mendapat pernyataan cinta dan tidak dapat reson negatif karena sudah menolak. Biasanya pasti perempuan itu akan menangis karena sudah ditolak dengan sedikit kasar, atau Vian menolaknya terlalu halus dan membuat perempuan itu jadi berharap lebih.

Sepertinya ada keuntungan lain yang Vian dapat karena sudah tertarik pada Putri.

Saat mau berjalan meninggalkan kelas, Vian berhenti melangkah saat melihat ada Putri yang sepertinya habis mengintip ke dalam kelas melalui kaca jendela, "Apa yang kau lakukan?"

Putri yang sedari tadi masih heran dengan yang didengarnya terkejut melihat kehadiran Vian yang sudah berada di dekatnya, "Vi- vian!!? A- aku–"

"Kau mendengar yang tadi ya?"

Tentu saja cowok ini langsung menyadarinya karena Putri belum siap mencari alasan. Putri merasa bodoh karena terlalu lama terpaku, "Iya."

"Berarti tahu dong aku menolak perempuan tadi karenamu?" tanya Vian dengan nada usil.

"Kamu hanya mencari alasan."

Vian menghela napas, memang benar sih ucapan gadis ini. Dia tidak seperti Jaka yang bisa langsung mengatakan maaf kemudian pergi begitu saja.

Putri menatap Vian dengan seksama, "Kupikir Vian akan tertarik padanya, lalu juga mencium tangan atau pipinya seperti yang kamu lakukan padaku."

"Putri cemburu?"

"Tidak!"

Vian kembali tersenyum, senang mendengar Putri menyangkal pertanyaannya dengan begitu cepat, "Aku tidak mudah tertarik dengan perempuan kok, tenang saja."

Putri mendecak kesal, mana mungkin dia bisa tenang jika harus bersama dengan cowok jahil seperti Vian, "Memang kenapa harus aku?"

"Tidak perlu sebuah alasan untuk tertarik pada orang lain kan?"

Itu kan kalimat yang Putri katakan saat Vian menanyakan alasan kenapa dia suka pada Jaka. Vian sengaja ya membalikkan kata-kata yang pernah Putri ucapkan?

"Sepertinya aku harus minta maaf pada Jaka karena melakukan ini. Tapi biarkan aku memberi fanservice lagi untukmu," ujar Vian yang kemudian mencium Putri, mencium pipi kanannya.

Syok mendapatkan sentuhan yang sangat tidak diharapkan, Putri langsung mendorong Vian untuk menjauh darinya dengan cepat, "Menjauh dariku!!"

Dan Vian hanya memamerkan deretan gigi putihnya, tersenyum seolah tidak melakukan kesalahan apapun, "Mustahil Jaka melakukan ini, seharusnya Putri merasa senang sekarang. Dan aku tidak bisa menahan diri melihat wajah cemburumu."

"Aku tidak cemburu!" protes Putri yang tidak terima karena Vian selalu mengambil kesimpulan seenaknya.

"Ya, ya, terserah. Oh ya, aku serius loh dengan alasan penolakan ke dua tadi," Vian mengusap puncak kepala Putri sejenak kemudian berjalan pergi sambil melambaikan tangannya.

Putri mengernyit, maksudnya alasan penolakan yang mengatakan Vian hanya ingin memperhatikan satu perempuan dan tidak mau menyakiti orang yang disukainya?

Mana mungkin Putri percaya!!

= bersambung =

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience