15 - Alasan

Romance Series 688

Masa ujian sudah berakhir, liburan semester pun telah usai. Ini hari pertama Putri masuk sekolah sebagai murid kelas dua SMA, tapi dia harus mengawali hari ini dengan lemas.

Memang Putri sudah berhasil membuat dirinya kembali bisa sekelas dengan Jaka. Tapi cowok itu malah jauh lebih menghindar dari sebelumnya.

Wajar Jaka melakukannya. Putri yang salah karena sudah mengatakan akan membuat cowok itu menyukainya. Kenapa dia terbawa emosi dan mengatakan kalimat yang membuat orang yang disukainya malah menjauh sih?

"Pagi, Putri~"

Secara refleks Putri langsung menjauh dan menatap cowok yang tadi menyapanya. Ini pasti Vian, "A- apa? Kenapa kamu yang mengambil alih tubuh Jaka?"

Vian tersenyum senang, "Kenapa responnya dingin sekali? Apa Putri tidak merindukanku?"

"Aku sama sekali tidak merindukanmu."

"Padahal aku sangat merindukanmu loh."

Kenapa Vian selalu bisa mengatakan kalimat semacam ini dengan santai? Putri sudah cukup lama tidak berurusan dengan Vian, dia perlu waktu untuk menyesuaikan diri lagi.

"Jaka sudah mengatakan padaku, katanya Putri juga menyukaiku ya?"

"Aku tidak menyukaimu."

Vian sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk semakin mendekati Putri, "Jangan malu mengakuinya."

"Aku memang tidak suka."

"Kalau begitu tatap mataku dan katakan dengan jelas."

Putri dengan takut-takut menatap wajah Vian. Cowok ini sekarang sedang menatapnya dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu lembut. Urghh... kenapa Vian menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?

Vian menghela napas melihat Putri yang kembali memalingkan wajah, "Padahal sebelumnya Putri mengatakan ingin dekat dan mengenalku seperti kamu mengenal Jaka."

Putri menyesal sudah menuruti saran Lia kalau berakhir dengan menjadi bahan kejahilan Vian begini, "Aku tidak ingat sudah mengatakan itu. Lagian yang kusuka adalah Jaka."

"Putri tidak bisa membuat Jaka menyukaimu kalau tak dapat menghadapiku seperti ini loh."

"Kenapa tidak bisa?"

Ohh, akhirnya gadis ini mau juga menatap mata Vian secara langsung, "Putri pasti sangat menyadari kalau aku dan Jaka berbagi tubuh. Jadi tentu saja kami mempunyai pikiran dan perasaan yang sama. Jika aku menyukaimu, suatu saat Jaka pasti sadar kalau dia juga menyukaimu."

Putri mengerjap, dia tidak berpikir sejauh itu, "Kenapa Vian menjelaskan hal ini padaku? Bukannya kau ingin membuatku memilihmu?"

Vian mendesah pelan, "Aku tidak ingin menyeretmu ke dalam masalahku. Tapi sejujurnya aku juga lebih setuju dengan pilihan menyatukan dua kepribadian menjadi satu, Jaka tidak boleh kabur lagi dari masalahnya. Jadi, apa Putri benar-benar mau terlibat ke dalam masalahku lebih jauh? Ada kemungkinan bisa membuat Jaka menyukaimu loh."

Putri terdiam. Dia memang menyukai Jaka, tapi dia tidak benar-benar yakin untuk terlibat dalam masalahnya. Putri belum banyak mengetahui informasi tentang Jaka, dia bahkan tidak mengetahui alasan cowok ini sampai mengalami kepribadian ganda. Apa tidak apa-apa jika dia ikut campur?

"Putri tidak perlu menjawab pertanyaanku sekarang kok. Yasudah, ayo kita ke kelas!" ajak Vian sambil mengusap kepala Putri dengan lembut.

Putri menahan tangan kanan Vian sebelum sempat berjalan pergi, "Kenapa Vian tiba-tiba mengajukan pertanyaan seperti itu?"

"Putri mengatakan mau membuat Jaka menyukaimu kan? Jika kamu memang serius, kupikir Putri akan terlibat masalahku lebih dalam."

"Aku serius mengatakannya. Tapi aku hanya orang luar, apa tidak apa-apa jika ikut campur? Aku bahkan tidak tahu alasan kenapa Jaka mengalami Alter Ego," Putri menunduk, dia tidak yakin dengan apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Kau ingin tahu?"

Putri mengangguk, "Aku tidak bisa mengambil keputusan jika tidak tahu apa-apa seperti ini."

Sebenarnya Vian tidak ingin Putri mendapat penjelasan langsung darinya ataupun dari Jaka. Tapi jika hanya alasan dasar, mungkin tidak masalah. Vian mengangguk sepakat, "Saat istirahat nanti akan kuberi tahu."

"Benarkah?" tanya Putri sambil menatap Vian dengan ragu.

"Iya, dan...," Vian mencium pipi kanan Putri, "ini tidak gratis."

Wajah Putri memerah, "Ugh... aku membencimu, Vian!"

Vian tertawa, dia memang senang menjahili gadis ini, "Kamu harus memanggilku dengan nama Jaka saat kita sedang tidak berduaan loh."

Putri mendecak kesal kemudian berjalan duluan menuju kelas. Kenapa dia masih bisa terjebak ke dalam rencana Vian terus sih?

"Kenapa Vian memaksaku pergi ke kantin sih?" tanya Putri kesal karena setelah bel istirahat berbunyi, Vian langsung menyeretnya ke kantin.

"Bukannya Putri ingin tahu alasan Jaka mengalami Alter Ego?"

Jadi Vian benar-benar mau menjelaskannya? "Apa alasannya?"

Vian menghela napas, sifat gadis ini sungguh keras jika sedang bersamanya, "Ini bukan cerita yang menyenangkan tahu. Jadi biarkan aku memulai dengan mengajukan pertanyaan dulu, seperti apa keluarga yang Putri miliki?"

Putri mengernyit bingung, "Seperti apa? Keluargaku normal seperti keluarga lainnya kok. Ayahku seorang pegawai di kantor swasta, sedangkan ibuku menjadi ibu rumah tangga biasa."

Ternyata memang keluarga yang normal ya? Vian mengangguk paham, "Putri hanya punya seorang kakak saja?"

"Iya, dia lebih tua tiga tahun dariku."

Melihat Vian yang seperti sedang termenung, Putri menatapnya dengan bingung, "Memang kenapa?"

"Aku tidak memiliki keluarga yang normal. Orang tuaku bercerai saat aku berumur sepuluh tahun, mereka sama-sama tidak bisa mengurusku secara penuh, dan membuatku harus tinggal dengan Kakek. Perpisahan mereka cukup mempengaruhi mentalku, dan tanpa sadar Jaka pun mengalami Alter Ego."

Putri menunduk, tidak menyangka Vian benar-benar mau menceritakan masalah pribadinya. Dan lagi ternyata ini adalah masalah keluarga.

"Karena hal itu Jaka jadi tidak mempercayai cinta. Sebenarnya aku juga sama sih. Terkadang merasa gelisah, takut menyakiti orang yang kusukai, aku juga tidak ingin kehilangan dirinya. Tapi semua kegelisahan itu hilang saat aku sudah bersama dengan orang yang kusukai."

Wajah Putri memerah, yang dimaksud Vian adalah dia kan? Kenapa cowok ini dapat mengatakan perasaannya secara gamblang begini?

Vian tersenyum, "Kau jadi menyukaiku ya?"

Putri memalingkan wajahnya ke arah lain, untuk sekarang dia tidak bisa menyangkal, "Kenapa Vian menyukaiku?"

"Walau aku tahu kamu jatuh cinta pada pertolongan pertama, tapi aku tahu Putri jadi hobi sekali memperhatikan Jaka," Vian tertawa sejenak, "memang Jaka tidak pernah sekalipun mengajakmu bicara, tapi Putri tetap saja diam-diam memperhatikannya. Dan pernyataan cintamu yang memaksaku keluar bahkan sebelum Jaka sempat menghindar, membuatku jadi tertarik padamu."

Kenapa Vian mengatakan seolah dirinya stalker? Dan kenapa juga harus pakai kalimat jatuh cinta pada pertolongan pertama? Walau faktanya memang begitu, tapi kan terdengar aneh, "Vian tahu semua itu?"

Vian mengangguk, "Aku tahu semua yang dialami Jaka. Walau Jaka yang mengambil alih kesadaran tubuh ini, tapi aku tetap sadar dan tahu semua yang dilakukan Jaka. Bu Lia mengatakan Jaka tidak punya ingatan saat aku mengambil alih kesadaran kan? Itu hanya berlaku untuk Jaka."

"Vian tahu semuanya?" tanya Putri dengan nada tidak percaya.

"Iya. Semuanya. Dari saat Jaka yang menjelaskan mengenai Alter Ego padamu, sampai Putri yang tidak mau mengaku kalau sudah menyukaiku. Aku tahu semuanya seolah memang mengalaminya sendiri."

Rasanya Putri ingin kabur dan meninggalkan Vian saat ini juga. Tidak masalah Vian tahu semua yang dilakukannya dengan Jaka, tapi terasa memalukan karena Vian mengetahui kalau Putri sudah mulai menyukai cowok ini. Jaka tidak sengaja memancingnya untuk mengatakan itu kan?

"Jaka tidak mengetahui hal ini, jadi jangan katakan padanya," ujar Vian yang seolah tahu yang sedang dipikirkan gadis yang duduk di hadapannya ini.

Putri malah ingin memberi tahukannya pada Jaka sekarang juga, "Kenapa Jaka tidak boleh tahu?"

"Aku merasa bersalah karena mengetahui semua kegiatan yang dilakukan Jaka, tapi Jaka tidak bisa melakukan hal yang sama sepertiku," gumam Vian sambil menunduk.

Melihat Vian yang benar-benar merasa bersalah, mungkin Putri harus menuruti permintaannya. Dan lagi, tidak tega juga mengatakan fakta ini pada Jaka, "Baiklah."

Vian kembali menatap Putri sambil tersenyum, "Apa ada pertanyaan lagi?"

Jika Putri memang boleh mengajukan pertanyaan, dia ingin sekali menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran saat tahu cowok ini mengalami Alter Ego, "Kenapa kau bernama Vian?"

Vian memutar bola matanya, tidak menyangka mendapat pertanyaan yang aneh begini, "Aku juga heran kenapa Jaka tidak memilih nama orang yang dekat dengannya saja. Aku memang tidak tahu dengan alasan pemilihan nama, tapi Bu Lia mengatakan nama ini pemberian langsung dari Jaka."

Putri pikir si pemilik nama yang menamai dirinya sendiri, ternyata tidak ya? "Vian tak menanyakannya pada Jaka?"

"Dia bilang ini nama temannya."

Pasti ada kesamaan sifat dari Vian dan teman Jaka yang namanya sudah dipakai. Mustahil Jaka memilih nama secara asal.

"Oh ya, besok Jaka yang mengambil alih kesadaran."

"Terima kasih karena Vian tidak mengambil alih kesadaran terlalu lama."

Vian berdecak kesal karena tidak terima dengan ucapan itu, "Jika Putri ingin terus bersamaku, aku dapat mengabulkannya dengan senang hati."

"Tidak, jangan lakukan. Aku senang bisa bertemu Vian, tapi aku jauh lebih senang jika bisa bersama Jaka," protes Putri dengan tegas.

"Dia tidak mau mendekatimu loh, apalagi Putri sudah mengatakan akan membuatnya menyukaimu," gumam Vian dengan nada aneh.

"Ugh... aku terbawa suasana dan tidak sengaja mengatakan itu. Apa yang harus kulakukan?" tanya Putri yang sempat melupakan kesalahan yang sudah dilakukannya.

Vian memperhatikan sekelilingnya, melihat murid-murid yang sedang menghabiskan waktu istirahat di kantin, "Aku tidak suka cara ini sih. Tapi menjauhlah dari Jaka dan sana dekati Kevin. Mungkin saja Jaka merasa cemburu sepertiku."

Yang ada juga Vian yang cemburu, bukannya Jaka. Putri menatap cowok ini dengan aneh, "Mana mungkin Jaka cemburu."

"Memang mustahil membuat Jaka langsung merasa cemburu. Tapi setidaknya jika Putri bersama Kevin, aku dapat mempengaruhi pikiran Jaka untuk bisa ikut merasa cemburu pada Kevin."

Putri sweatdrop melihat seringai senang tergambar di wajah Vian, "Itu terdengar kejam."

= bersambung =

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience