Chapter 18 : Through This

Vampire Series 3362

*Sacha POV

Kami baru saja tiba di apartemen, karena besok libur maka Règina memutuskan untuk menginap bersama denganku. Kami turun dari taxi bersamaan, aku, David dan règina. Setelah itu kami segera masuk ke dalam gedung bertingkat ini. Kami berpisah di depan lift, karena apartemenku dan David terletak di lantai yang berbeda. David dengan humble nya mempersilakan kami berdua masuk kedalam lift terlebih dahulu, ala-ala prince gitu gayanya. Justru menurutku sedikit aneh tapi lucu. Aku pun memencet tombol yang mengarahkan diriku ke lantai apartemenku, perlahan liftnya segera bergetar dan naik seiring bergantinya angka yang ada di monitor.

Lift terbuka dan kami segera keluar, aku mengeluarkan kunci apartemenku dan segera membukanya. Aku pun mempersilahkan règina masuk kedalam apartment yang aku tinggali ini.

“Wah, apartemen milikmu lumayan bagus juga yah. Padahal ini apartemen baru loh tapi sudah punya reputasi yang baik” (sahut Règina)

“Of course dong, desain interiornya juga keren. Aku benar-benar gak salah milih tempat dah, harganya juga lumayan terjangkau.” (Balasku)

“Bagus dong, seleramu memang benar-benar luar biasa. Baik itu cowok maupun benda semuanya tampak hebat di tanganmu” (katanya sambil ledekin aku)

“Kamu apaan sih, gaje deh!” (balasku dengan masam)

“Tapi emang benarkan apa yang aku bilang? Jadi udah nentuin keputusan mau milih yang mana antara mereka berdua?” (tanyanya dengan ekspresi wajah penuh sindiran)

“Kalau bacotan yang keluar dari mulutmu terus berlanjut bakal aku suruh balik nih kamu” (Ujarku)

“Idih, kok ngancem sih. Tega yah kamu! Ntar aku tinggal dimana, masa kamu mau menelantarkan anak gadis secantik dan seimut ini dipinggir jalan.” (Balasnya dengan dramatis)

“Kok aku pen muntah yah dengernya. Jangan sok deh akting kayak gembel ntar jadi beneran loh mampus.” (Balasku dengan sedikit tertawa)

Wajah Règina perlahan berubah jadi cemberut sembari berkata

“Kamu galak banget, ga lucu tau. Pantas aja gak ada cowok yang mau pacaran denganmu. Hati-hati loh kalau terlalu galak kamu bakal jadi perawan tuwir” (Ungkapnya)

“Apaaa? Sini kamu ina, biar ku jedutkan kepalamu ke tembok. Supaya isi kepalamu gak hanya tentang cowok melulu” (Balasku)

“Jangan muna deh, kamu sendiri aslinya maukan sama mereka. Jadi jangan bertingkah sok suci. Nih efek terlalu lama jomblo pastinya” (Balasnya dengan meledek aku)

“Sini, kemari kamu. Jangan lari berputar-putar di meja. Kalau ke tangkep, bakal aku terjunin kamu dari balkon” (Umpatku)

Kami pun melakukan tingkah konyol ini selama kurang lebih 10 menit. Benar-benar sungguh mengingatkan diriku akan masa kecil yang indah itu. Namanya sahabat walau bertengkar pasti ujung-ujungnya kita kembali baikan.

“Cha, bukannya itu jaket milik David yah. Kok kamu belum balikin.” (katanya)

“Astaga, oh iya. Aku lupa! Pasti dia mikir aku ngga tau diri banget, habis dipinjemin justru ga di balikin.” (Tuturku)

“Mungkin saja, atau emang kamu sengaja lagi pengen nyimpen jaketnya supaya kamu bisa nikmatin bau khas milik David yang melekat di jaket tersebut” (ucapnya dengan senyum menyeringai)

“Udah deh, jangan mulai lagi. Aku capek” (Ucapku)

“Aku pen balikin aja sekarang, kamu mau nemenin aku nggak?” (Tanyaku)

“Sepertinya aku nggak ikut deh, kamu aja. Takut nanti aku malah ganggu. Aku stay disini aja, btw aku mau mandi nih. Rasanya keringat ini sungguh lengket.” (Tuturnya)

“Terserahlah apa katamu, silahkan saja lakukan yang kau inginkan. Aku pergi dulu yah” (Ucapku)

Akupun segera keluar dari apartemen milikku dan segera bergegas melangkah menuju lift yang ada di luar.

Aku sedang membuka purse milikku mencari cermin make-up untuk melihat apa penampilanku masih oke atau nyampur jadi satu kayak semur jengkol.

“Awww!” (Jeritku)

Astaga aku nabrak Mark, lagi-lagi aku dihadapkan dengan bahaya. Kok tiap ketemu dengannya selalu melalui insiden sih.

“Aduh maaf yah aku ngga sengaja, aku benar-benar sedang buru-buru” (Ucapku)

Melihat barangnya berserakan aku jadi antusias untuk membantunya mengumpulkan barang miliknya. Toh ini juga akibat ulahku walau tak disengaja. Dan yah seperti biasa Mark selalu menolak bantuan dariku, bahkan ia juga malah memarahi diriku balik. Tapi aku benar-benar terkejut melihat obat, buku medical check up dan kartu nama dokter berhamburan di lantai. Merasa khawatir, aku segera menanyakan hak itu padanya. Dan yah lagi-lagi dia justru malah bersikap seperti orang yang tak butuh bantuan. Padahal aku jelas-jelas merasa iba padanya. Sepertinya ia tak suka merasa dikasihani. Perlahan tapi pasti dia segera mengambil beberapa barangnya yang berada di tanganku dan yang masih berserakan dilantai. Lalu ia segera bergegas masuk kedalam apartemen miliknya. Dan dapat kurasakan emosi dan tatapannya yang tampak dingin dari sebelumnya. Seolah dia seperti offended, dan ada yang mengubah moodnya.

Jujur aku memang tak begitu mengenal dirinya. Yang ku tahu soalnya hanyalah apa yang aku dapat di internet berkat bantuan Règina dan apa yang kulihat secara langsung dengan mata kepalaku. Padahal kalau bisa aku undurkan waktu aku ingin bisa berkenal baik dengannya sehingga kami tak harus terus musuhan tanpa alasan yang jelas seperti ini. Toh mungkin saja kita bisa akur seenggaknya bisa jadi teman.

“Apaan sih cha, kamu mulai mikir yang nggak-nggak deh? Apa yang kamu harapkan dari cowok dingin kayak Mark” (Pikirku)

Tanpa berlama-lama lagi, aku segera masuk kedalam lift dan memencet tombol lantai dimana David tinggal.

Namun masih terulang lagi di memoriku kejadian tadi. Sepertinya Mark sedangkan sakit, dan ia menyembunyikan penyakitnya itu. Andaikan ia bersikap lebih terbuka pasti aku dengan suka rela mencoba membantu dirinya.

Btw, kalau gak salah aku tadi mengenal kartu nama dokter itu yang ada dalam tas Mark. Sepertinya ia tak asing, seolah aku mengenalnya. Bukan kartu namanya yah, melainkan foto orang yang ada dalam kartu tersebut. Tetapi aku tak melihat dengan jelas namanya, yang aku tahu aku pernah menemui dokter itu.

“Yah aku akan cari tahu soal hal ini lebih dalam” (Gumamku)

Akhirnya rasa penasaranku mengantarkan diriku ke suatu hal yang sebenarnya bukan urusanku. Tapi aku hanya memiliki firasat yang kurang baik, dan instingku menyuruhku mencari tahu informasi ini lebih dalam.

Tak terasa lift sudah terbuka dihadapan diriku, lalu ku langkahkan kaki ini menyusuri lantai ini. Kalau diperhatikan ada beberapa apartemen yang ada di lantai ini yang cukup saling berdekatan. Tapi aku masih ingat jelas yang mana apartemen milik David. Setelah sampai didepan pintunya, akupun membunyikan bel beberapa kali hingga akhirnya David membuka pintunya.

Geez, kalian takkan percaya apa yang sedang tertangkap oleh mataku saat ini. Pemandangan David yang begitu sexy sedang berdiri dihadapan ku. Ia tak mengenakan baju sehingga menampilkan pahatan otot yang tercetak dengan jelas dan hanya mengenakan celana pendek.

“Oh maaf, aku pikir tadi temanku Andy, Ternyata kamu Sacha. Ada perlu apa yah kamu sampai mampir kemari? Btw maaf yah aku sedang tak mengenakan atasan” (Ucapnya)

Tak ada respon, aku masih terdiam sementara mataku terusu melihat dada bidangnya yang indah itu.
“Sacha,, hello?” (Ucapnya beberapa kali)

“Aduh maaf yah, aku sedang banyak pikiran jadi tak memperhatikan ucapan darimu barusan” (Jawabku dengan bohong)

“Ini lagipula aku hanya ingin mengembalikan jaket milikmu. Tadi aku kelupaan sewaktu kita sampai tadi” (Tambahku)

“Oh jadi gitu yah, btw makasih udah repot-repot sampai anterin kemari” (Ucapnya)

“Nggak papa, justru aku yang harusnya berterima kasih sama kamu karena udah pinjamin aku jaket biar gak kedinginan” (Kataku)

“Well mumpung libur weekend, kalian ada ga rencana mau ngapain aja?” (Tanyanya)

“Belum tau sih nih, masih belum direncanain. Mungkin ntar baru mau di diskusikiin dulu ama règina” (Ucapku)

“Oh kalau kalian belum ada rencana ntar kabarin aku aja. Kita bisa ke Hollywood hill atau ke Disneyland. Berhubung kamu masih baru kan di LA” (Balasnya)

“Wah keren dah ide kamu. Tapi bukannya kamu sabtu tetap masuk kerja yah? Ada sesi pemotretan” (Ucapku)

“Iya emang aku tetap masuk kerja, tetapi cuman setengah hari aja kok. Sisanya masih ada waktu luang yang lumayan.” (Balasnya)

“Yah kalau gitu ntar aku nanya ama si Règina dulu. Tapi makasih yah atas tawarannya, sepertinya aku udah mau bye duluan yah.” (Ucapku)

“Okay, bye!” (Balasnya)

Wah perasaan senang apa yang sedang menyelimuti diriku saat ini. Semua yang aku tahu bahwa aku super freaking excited untuk liburan weekend di LA.

Sesampainya di apartemen milikku, aku segera buru-buru mencari Règina untuk membahas persoalan ini.

“Cha, kamu apa-apaan sih. Aku baru habis mandi dan belum makai baju kok udah main tarik-tarik sih” (Kata règina)

“Tapikan kamu sudah memakai handuk yang nampaknya masih menutupi seluruh tubuhmu. Jadi jangan berlebihan! Lagi pula cuman hanya aku aja orang disini, so pastinya kamu ga perlu khawatir.” (Balasku)

“Tapi tetep aja, aku kan masih mau sekalian perawatan ala-ala beauty vlogger yang punya night routine gitu.” (Katanya dengan wajah yang sedikit cemberut)

“Iya deh terserah. Aku minta maaf kalau udah nge-ganggu kamu” (Balasku dengan ekspresi wajah menyeringai)

“Oke ada apa emangnya?, Sampai kau begitu bertingkah heboh seperti ini” (Katanya)

“Oh tidak, tadi aku bertemu dengan David dan kebetulan dia menayangkan tentang planning kita. Apa yang akan kita lakukan weekend besok?” (Balasku dengan muka penasaran)

“Iya yah, aku belum tahu kita mau ngapain yah? Kalau kamu pengennya ngelakuin apa?” (Tanyanya)

“Ya elah, kok kamu malah nanya balik ke aku. Personally aku sembarang aja mau kemana itu terserah yang penting bisa seru-seruan dan have fun bareng.” (Balasku)

“kalau gitu kamu mau nggak kita pergi ke Hollywood hills atau mungkin ke Disneyland atau tempat-tempat wisata lain. Mumpung kamu kan masih terbilang cukup baru tinggal di LA, sekalian kamu lihat tempat-tempat wisata besar yang ada di sini. Yang pastinya nggak ah lama dari dengan yang ada di new orleans bahkan lebih canggih malah.” (Ujarnya)

“Wah-wah boleh tuh, kedengarannya menarik. Aku jadi penasaran untuk mengunjungi tempat-tempat kayak begitu yang ada di los angeles.” (Balasku dengan senyuman yang sangat bersemangat)

“Baiklah kalau begitu, kita akan nikmati weekend ini dengan pergi ke tempat-tempat wisata yang populer di LA.” (Ucapnya)

“Asikk! Aku jadu gak sabar deh. Pasti seru yah!” (Ujarku)

“Tentu dong. Secara ini LA atau yang dikenal dengan istilah 'Land of The Fame' yang pastinya selalu punya kejutan disetiap part-nya.” (Ucapnya)

“Oh ia tadi kamu mention sesuatu tentang David, memang ada apa dengannya? Apakah kamu menemukan atau melihat hal menakjubkan lainnya” (Tambahnya dengan sedikit ledekan)

Wajahku perlahan mulai terasa mendidih, apalagi mengingat kejadian tadi. Oh aku udah kayak mau melting disini. God help me, save my soul and forgive me.

“Eee.., nggak kok. Ngga kayak gitu.” (Balasku dengan sedikit bohong)

“Cuman tadi David sempat pengen ajak kita jalan yah kalau kita gak punya plan apa-apa. Soalnya besok foto shoot nya juga cuman sebentar, jadi dia punya waktu bareng kita.” (Tambahku)

“Oh really? Kamu serius, njirr enak banget kamu ada gebetan yang tampan dan super sexy yang mau luangin waktunya khusus untukmu. Benar-benar keren! Sementara aku masih nunggu pangeran impianku dari negeri seberang dengan kereta kudanya” (Balasnya dengan begitu dramatis)

“Sudah-sudah stop ngayal nya. Lagipula tadi beberapa tempat yang kau sebutin sebenarnya juga tadi sempat di mention oleh si David.” (Balasku dengan lirikan mata yang kontras)

“Yah tentu saja dia tahu. Soalnya dia juga kan udah tinggal lama disini, sama kayak aku. Kami bukanlah seorang newbie seperti dirimu. Bahkan turis yang datang aja bisa tau kalai dia akses langsung ke internet. Karena semua tempat yang tadi sempat aku mention itu adalah lokasi-lokasi populer yang biasa di kunjungin oleh orang-orang. Cuman dasar aja kamu terlalu lama tinggal di kampung, jadinya gini deh ketinggalan informasi banget.” (Ujar Règina dengan ekspresi datar)

“Iya-iya, aku kampungan. Katain aja aku terus sampai puas. Soalnya aku akan mandi dan gak bersihin diriku, bukan hanya karena pengaruh teringat yang sedikit menempel di kulit tetapi juga dari hal-hal negatif yang juga ikut nyantol bersama dengan hal itu.” (Kataku dengan tegas)

“Nyantai cha, jangan terlalu baper dah ntar luntur lagi efek botox alami kemampuan Vampirmu. Aku tunggu kamu di kasur yah, sebelum bobo kita Netflix and Chills aja dulu. Soalnya denger-denger ada film baru yang seru yang ada disana” (Katanya)

Aku tidaklah lagi merespon, segera aku lepaskan semua pakaian ku dan masuk ke dalam ruang shower. Aku nyalahin krannya dengan pengaturan suhu yang agak anget, berhubung diluar juga sedang sedikit dingin.

Ah, aku benar-benar merasakan kesegaran dari tiap air yang turun dari pancuran ini yang mengguyur tiap inci tubuhku. Setelah merasa cukup bersih dan puas aku pun segera mengeringkan badan dan pastinya menggunakan night routine milikku supaya bisa ala-ala beauty vlogger. Lalu aku segera mengambil beberapa snack di lemari dan duduk disamping Règina yang baru saja memutar filmnya. Kami akhirnya menonton bersama hingga merasa ngantuk dan segera pergi tidur.
.
.
.
.
Hai pembaca setia Untouchable (Tak Dapat Disentuh), salam hangat dari author yah. Ini episode pertama yang author tulis pasca resmi ngumumin bahwa author putuskan untuk Hiatus sementara. So yeah, kalau kalian baca ini pertanda author udah bisa kembali aktif nulis lagi.
_____
Next episode :
Apa ini? Apa aku benar-benar harus mengenakan ini? Tentu saja di siang hari temperatur suhu itu meningkat drastis. Kau terlihat sedikit lebih sexy dengan pakaian tersebut.
.
.
TBC

Yuhuu, kalau kalian udah baca episode ini. Pasti kalian semua udah tau bahwa author resmi kembali untuk nulis dan publikasikan kembali karya novel ini.

Terima kasih yah atas partisipasi kalian semua yang sudah bersedia nunggu hingga author bisa update lagi.

Kali ini mungkin author bakal update lebih extra dari sebelumnya. So stay tune terus supaya gak kelewatan semua keseruannya.

Pastinya jangan lupa untuk share star, like, vote, subscribe, follow, dan Comment yah.

See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience