Chapter 30 : Tonight

Vampire Series 3362

Règina POV

Aku tak bisa menahan diri lagi, dapat kurasakan dengan jelas bahwa Sacha sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Rasa kecurigaan ini bukanlah hal tanpa alasan, yah pasalnya dia bertingkah sangat mencurigakan. Pasalnya Sacha tak pandai menyembunyikan hal-hal seperti ini. Dan yang namanya Règina takkan langsung menyerah sebelum melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Rasa kecurigaanku semakin besar, pasalnya semenjak Sacha mulai jadi trainee, waktu yang kami habiskan menjadi sangat sedikit. Di tambah terkadang aku ingin menemui dirinya tetapi dia selalu mencari alasan. Terutama belakangan ini. Aku juga pernah secara diam-diam mampir ke apartemennya untuk memberikan kejutan padanya. Namun ternyata dia sedang tak berada disana, sedangkan ketika aku hubungi dia mengatakan bahwa dia sedang berada di rumah.

Aku sudah memikirkan beberapa cara untuk membuktikan bahwa hal yang aku rasakan ini nyata dan bukan hanya sekedar karena aku mungkin yang baper. Hampir kehabisan ide tetapi ada sesuatu yang tiba-tiba muncul di benak ku.

Ku segera nyalakan komputer milikku, lalu mulai memasang alat yang sebelumnya sempat ku pinjamkan pada Sacha. Dia meminjam alat itu dengan alasan untuk menghapus semua rekor pelanggaran yang dibuat olehnya di perusahaan tersebut. Karena yang namanya perusahaan besar, tentu saja mereka memiliki pola sistem keamanan digital khusus. Dan dia meminjam alat milikku tersebut untuk melancarkan aktivitas hack yang dilakukan okeh dirinya.

Well, kalian pasti tau kalau soal kayak beginian aku sangatlah ahli. Jadi sekarang aku menggunakan alat yang sama di komputer ku hanya tuk melihat rekaman jejak historis yang Sacha lakukan dengan alat kecilku ini.

Membutuhkan beberapa waktu, tetapi hal itu akhirnya selesai. Aku menemukan bahwa ternyata dia menggunakan alat ini pada sebuah perangkat laptop bukan komputer. Dan dari serial number yang tertera, laptop tersebut adalah mikik pribadi. Hal ini justru membuatku semakin penasaran. Aku coba lakukan akses lanjutan lebih mendalam untuk mendapatkan detail-detail lainnya. Dan betapa terkejutnya aku bahwa nama perangkat pemilik dari laptop tersebut adalah Mark Steward. Dan dari data base yang aku lihat di monitor, Sacha mengkopi random file secara keseluruhan.

Wow, just wow. Pikiranku benar-benar tak bisa memproses dan mengatakan hal apapun. Tak pernah mengira bahwa Sacha akan bertindak seberani ini. Dia sungguh nekat dalam melakukannya. Aku tak tau bagaimana dia mendapatkan laptop milik Mark, tetapi apapun yang dia lakukan benar-benar berhasil. Sekarang dia membuatku penasaran apa alasan dari tindakannya itu.

Well, setidaknya kini aku memiliki bukti untuk menanyakan hal ini secara langsung pada Sacha. Dan pastinya kali ini dia gak bisa menyangkal atau menolak ku.

***

(Keesokan harinya)

Tepat setelah bel berbunyi, aku segera keluar dari kelasku dan segera melangkah menuju kelas dimana Sacha belajar. Saat melihatku, ekspresinya sedikit heran. Tapi still okay.

“Hey Sacha, pulang bareng yuk!” (Ucapku)

“Oh Hai juga Ina. Tapi sepertinya aku gak bisa deh soalnya aku pengen kerja tugas ini sama kelompok aku. Ditambah setelah itu kamu tahu kan aku juga harus mengikuti kelas trainee.” (Balasnya dengan sedikit tersenyum)

“Gini deh kamu Cha, udah mulai lupain sahabat sendiri. Akhir-akhir ini kamu sibuk banget. Sampai gak ada waktu buat aku. Tiap kali aku nanya atau nawarin kamu selalu nolak.” (Kataku sembari memanyunkan bibirku)

“Bukan kayak gitu. Jangan cemberut dong ina. Kamu kan tau kegiatan aku padat banget. Janji deh ntar kalau aku free, aku pasti akan hubungin kamu.” (Tutur Sacha)

“Halah kamu gitu mulu alasannya. Bilangan aja kalau kamu lagi sibuk memata-matai Mark.” (Ucapku)

“What, ka-kamu, kamu tau dari mana emangnya? Nggak kok” (Balasnya dengan sedikit terbata-bata)

“C’mon dong Cha, aku udah tau jadi kamu gak perlu tutup-tutupin dari aku. Kan aku juga sahabat kamu sendiri” (Ucapku dengan sedikit geram)

“Maaf, bukan kayak gitu. Aku hanya gak ingin ngelibatin kamu aja dalam semua hal ini.” (Tutur Sacha)

“Kan aku bener. Kamu udah mulai nyimpen rahasia dari aku. Tega yah kamu Cha mulai push semua orang-orang tuk menjauh” (Ucapku setelah itu berbalik dan mulai melangkah meninggalkan sacha)

Sacha yang mulai merasa bersalah perlahan mengejar diriku lalu ia menghentikan langkahku, sembari memeluk diriku dari belakang dan berkata.

“Please jangan kayak gini dong Ina. You are my bestie. Kau tahu bahwa aku gak bisa hidup tanpamu. Sudah cukup kita terpisahkan bertahun-tahun, aku tak ingin kehilanganmu lagi”

“Tapi...” (Kataku yang kemudian disanggah oleh Sacha)

“No, no. Aku minta maaf, sorry banget kalau tindakan aku ini udah nyakitin perasaan kamu. Padahal aku sama sekali gak bermaksud kok. Janji deh kalau ada waktu luang aku bakal ceritain semuanya sama kamu. Kalau perlu aku akan jawab satu persatu pertanyaan yang keluar dari mulutmu tanpa terkecuali.”

“Baiklah, kalau begitu malam ini aku akan datang ke apartemen milikmu. Sudah lumayan lama semenjak aku menginap disana. Dan janji yah kau akan menceritakan segalanya.” (Ucapku)

“Oke, terserah kamu saja. Btw aku udah mau pergi ke rumah Alice (Teman kelompok kerjaku). Bye Ina!” (Ucap Sacha lalu kemudian pergi mengikuti beberapa orang yang aku percaya adalah partner kelompok dirinya)

“See you tonight!” (Teriakku)

Kemudian ia berbalik dan mengacungkan kedua jempolnya padaku.

-----

Malam hari pun tiba, aku segera bersiap-siap dan setelah merasa ready aku pun mulai memesan taxi online. Aku pastinya takkan melewatkan gosip panas kami malam ini. The tea is hot.

Sesampainya di apartemen Sacha aku segera masuk lalu menaiki lift menuju ke lantai dimana apartemen sacha berada. Pintu lift pun terbuka dan aku perlahan melangkah keluar. Aku melihat Mark yang sedang keluar dari apartemennya dan kini berjalan berlawanan dari arahku. Aku tersenyum manis padanya tapi ia tetap saja bersikap dingin, seolah-olah ia tak melihat senyuman ramahku ini.

Tak menunggu lama, pintu apartemen Sacha pun terbuka dan aku segera melangkah masuk kedalam sana.

“Sorry yah stok makanan dan camilanku sedang habis. Kalau nau kita bisa pesan antar saja secara online. Karena aku juga belum lama sampai disini” (Ungkap Sacha)

“It’s okay kok Cha. Aku bawa ini makanan vegie untuk kita malam ini, sambil meletakkan kantungan yabg ku pegang itu diatas meja” (Ucapku)

“Wah, makasih banyak yah. Kamu terbaik dah” (Tuturnya)

“Sama-sama. Aku tau kamu kan sedang ikut program pelatihan model, dan pastinya kamu ingin tetap menjaga agar badanmu stay healthy bukan?” (Kataku dengan sedikit tertawa)

“Well, kalau lagi lapar mah semua aku santap gak pakai pilah-pilih lagi” (Balasnya sambil tertawa)

“Ini aku juga bawa beberapa camilan yang aku punya dirumah. Teh hijau kamu masih ada bukan?” (Ucapku)

“Wah pasti asik nih. Iya masih ada, kamu ambil langsung di lemari aja.” (Balasnya)

“Pastinya dong, the tea is hot beps. Dan tentunya kamu harus cerita semuanya secara detail denganku” (Kataku)

“Oke deh, iya spesial for you. Tapi aku mau mandi dulu supaya lebih segar.” (Tuturnya)

“Okay, kalu begitu aku buat tehnya yah dan akan aku hidangkan semua yang aku bawa ini” (Ucapku)

“Sip. I'll be waiting right here” (Teriaknya)

Setelah merasa semuanya siap, aku menghidangkan semua makanan, teh dan camilan ini di ruang keluarga yang ada di apartemen Sacha ini. Aku pun juga mulai menyalakan TV dan memutar salah satu film terbaru secara random. Toh kami juga akan fokus bercerita. Tv just a distraction.

Selepas mandi dan bersiap Sacha nenyampari diriku sekarang. Lalu perlahan ia mulai memakan masakan vegie tersebut. Kami makan sambil menonton film yang ada didepan kami ini. Setelah merasa kenyang, aku pun mulai membuka pembicaraan.

“So sekarang kamu harus cerita, apapun yang terjadi antara kau dan Mark dengan semua aksi yang kau lakukan” (Ucapku)

“Okay tapi tunggu dulu, kamu awalnya bisa tau dari mana sih. Pasalnya aku gak pernah cerita hal tersebut sama siapapun” (Balasnya dengan ekspresi yang sedikit bingung)

“Well, kau tak bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Baunya pasti akan segera tercium. Aku sudah dapat feel kayak gitu sejak di awal kita jarang bertemu. Tapi aku lakukan sedikit research mendalam untuk mencari tahu hal tersebut. And it’s work. Masih ingat dengan alat kecilku yang berbentuk seperti flashdisk yang sebelumnya sempat kau pinjam? Aku mendapatkan sebuah jawaban dan bukti dari hak tersebut” (Ucapku dengan tegas dan jelas)

“Wok kau benar-benar hebat. Padahal aku sudah menghapus semua data yang aku lakukan tetapi kau masih bisa menemukan jejak ku. Kau membuatku semakin takjub dengan skill yang kau miliki itu.” (Responnya)

“Btw apa yang kau lakukan dengan menghack laptop Mark?” (Tanyaku)

“Begini, aku tau hal ini mungkin akan terdengar sedikit aneh bagimu. Tapi jujur aku tak memiliki alasan yang kuat untuk hal itu. Yang kutahu hanyalah aku sedang mengikuti semua kata-kata yang aku dengar melalui instingku ini.” (Balasnya)

“Okay, terus ada hal apa?” (Tanyaku lagi)

“Tempo waktu lalu, aku tak sengaja bertabrakan dengan Mark, dan membuat tas miliknya jatuh sehingga isinya menjadi berhamburan. Dan dari situ aku tak sengaja melihat butir-butir obat didalam pelastik kecil itu.”

“Apa? Jadi Mark adalah seorang pecandu narkoba?” (Ucapku yang tiba-tiba menyela perkataan dari Sacha)

“Bukan, bukan seperti itu. Aku melihat ada buku medical check up dan sepertinya ia memang sedang balik dari rumah sakit. Namun saat aku bertanya pada dirinya mengenai hal tersebut, dia tetap mengelak dan bersikap tertutup dariku. Which is aku yakin jika dia sedang sakit tetapi dia sepertinya tak memberi tahu hal tersebut kepada siapapun. Oleh karena itu lama-lama aku terus kepikiran mengenai hal tersebut. Dan hal itulah yang membuatku nekat melakukan research langsung padanya.” (Penjelasan Sacha)

“Kenapa kau harus peduli pada pangeran sedingin es yang seperti Mark?” (Tanyaku)

“Aku sebenarnya tak tahu. Mengapa aku melakukan semua aksi konyol ini. Tapi setidaknya kalau pun toh dia mengidap penyakit mematikan, aku sebagai tetangganya bisa menjadi suspek utama dari hal tersebut. Dan aku gak mau sama sekali itu terjadi. Nama dan karirku jelaslah akan hancur bahkan sebelum semua itu benar-benar dimulai.” (Kata Sacha)

“Lagi pula disatu sisi, aku hanya cukup perihatin saja pada dirinya. Oleh karena itu aku menawarkan bantuan beberapa kali padanya namun selalu ia tolak. Jadi karena rasa penasaran juga, aki akhirnya nekat masuk kedalam apartemen miliknya dan disana lah aku mengkopi semua isi yang ada di laptopnya untuk mencari tahu semua informasi penting yang ia simpan disana” (Tambahnya)

Waktu terus berputar, Sacha menceritakan semuanya dengan jelas padaku semua kejadian yang melibatkan dirinya tersebut. Ia juga menyebutkan bagaimana ia memanfaatkan kartu pass ku yang tertinggal di apartemennya untuk membobol masuk apartemen Mark tanpa merusak atau terbaca di sistem keamanan jaringan.

Tentu saja aku kaget mendengar semua kisahnya tersebut. Aku tak pernah berpikir bahwa seorang Sacha yang selalu terkenal cute dan anggun ternyata bisa juga melakukan semua aksi ini.

Sacha juga bercerita bagaimana ia mengikuti Mark sampai ke rumah sakit dan bagaimana ia tak sengaja ketahuan oleh salah satu perawat namun ia berhasil membuat alibi kuat yang membuat baik sang dokter ataupun Mark percaya pada ucapan dan alasan yang ia berikan.

Sacha memberitahu padaku soal kecurigaan dirinya pada dokter kevin. Karena dokter kevin itu ternyata adalah sepupu jauh dati Sacha dan ia merupakan seorang Vampir. Kini Sacha khawatir bahwa karena dirinya sang dokter akan berniat semakin buruk pada Mark. Soalnya kata-kata terakhir yang diucapkan dokter tersebut pada sacha sebelum ia pergi benar-benar sangat mencurigakan.

----

“Well begitulah kisahnya. Benar-benar absurd dan konyol bukan?” (kata Sacha)

“Omg, aku ga tau harus berkata apa. Jadi setelah keluar dari rumah sakit tersebut kalian membicarakan semuanya secara baik-baik. Dengan Mark? Aku benar-benar tak habis pikir” (Ucapku)

“Haha tentu saja.. aku sendiri masih tak habis pikir” (Katanya)

“Ditambah kalian juga sempat saling berciuman. Hal itu beneran amazing. Kisah kalian benar-benar unik” (Balasku)

“Apaan sih? Itu juga insiden kecil doang. Soalnya bicara baik-baik sama Mark itu susah, dia malah menyemprot diriku terlebih dahulu bahkan sebelum aku mengatakan satu katapun. Jadi karena itu aku memutuskan untuk mengecup bibirnya. Aku tak tahu apa yang merasuki diriku, tapi yang jelas adalah aku sungguh melakukan hal itu dengannya” (Penjelasan sacha)

“Lalu berdasarkan ceritamu dia seperti sedang kehilangan akal dan hal itu berhasil. Dia benar-benar berhenti tetapi sepersekian detik kemudian justru ia membalas ciuman darimu” (Ucapku)

“Yah begitulah, rasanya momen-momen berlalu dengan sangat indah. Ia tak hanya sekedar mengecup bibir ku tetapi kami melakukannya sedikit penuh keintiman dan mendalam. Benar-benar tak bisa dibayangkan dengan akal sehat, bagaimana hal itu bisa terjadi.” (Tuturnya)

“Well, sepertinya aku tau apa yang terjadi diantara kalian?” (Kataku)

“Apa itu? Jangan sok deh kamu” (Tanyanya)

“Nggak, ini beneran. Sepertinya kalian sedang saling merasakan asmara. Apa kau tak pernah kepikiran bahwa jawaban dari semua ini adalah cinta?” (Ucapku yang membuat Sacha tersipu malu)

“A-apa? Ci-cinta?” (Ucapnya terbata-bata)

“Iya. Apa kau tak bisa melihat dan merasakan ada lingkaran aneh yang sedang terjadi diantara kalian?”
.
.
.
.
.
[Bersambung]
Bagaimana episode kali ini?
Jangan lupa follow, subscribe, vote, like dan juga komen yah.
.
.
TBC
Sorry kalau ada kesalahan kata atau kalimat
Terima kasih telah membaca UNTOUCHABLE
See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience