Chapter 5 : Cross a Line

Vampire Series 3362

*Règina POV

Hai perkenalkan aku Règina, aku adalah sahabat karib Sacha sewaktu ia masih kecil. Kami sudah berteman cukup lama, bahkan sempat bersekolah di Elementary School (SD) bersama. Namun kami terpisahkan saat Grade 4 (kelas 4). Aku tak begitu mengingat apa alasannya, tapi yang jelas akulah yang pindah dari sekolah tersebut. Saat aku bertanya pada orang tuaku mengapa kami bisa sampai pindah, mereka menjawab alasannya dikarenakan pekerjaan yang menuntut mereka untuk pindah, Sehingga kami sekeluarga pun harus ikut pindah ke California. Oh iya btw aku berasal dari New Orleans, begitupun dengan Sacha.

Tetapi seingat ku kami juga sempat berpindah ke Alabama, Arizona dan beberapa State (negara bagian) lain yang ada di US hingga kini akhirnya kami tinggal di LA. Oh iya btw untuk sekarang aku hanya tinggal bersama saudara laki-laki ku satu-satunya di sini, orang tuaku jarang berada disini. Namun aku heran saja kenapa kami juga ngga ikut bareng mereka lagi seperti saat masih kecil. Walau kakak menjelaskan karena alasan sekolah dan kk pun sekarang sedang kuliah ditambah kami sudah cukup dewasa mengurus diri masing-masing. Ntah lah, aku masih merasakan ada sesuatu yang janggal dari tiap perkataan mereka tapi ya udahlah ngga usah terlalu di pikirkan.

Anyway, aku bersekolah di LA itu sejak Mid School (SMP) hingga sekarang. Oh iya sebelumnya aku ngga tau loh ternyata Sacha juga telah tinggal di LA dan lagi ia juga bersekolah yang sama denganku.
Hari pertamaku disekolah berjalan dengan baik. Saat hendak pulang aku melihat kok ada banyak kerumunan yah di depan gerbang utama. Sepertinya terjadi sesuatu deh disana, tetapi terlalu ramai. Sehingga akhirnya aku memutuskan untuk melewati gerbang lain yang ada disekolah ini. Btw aku udah pelajari lokasi sekolah di internet, plus aku juga banyak bertanya dengan para senior, Makanya aku banyak tahunya.

Anyway aku sekarang berjalan menuju taman yang berada ngga terlalu jauh dari sekolah. Soalnya kk bilang dia akan menjemput ku disekitar sana. Lama aku menunggu kedatangan kk, aku segera mengambil ponsel ku dari tas lalu aku ingin mencoba menghubungi nya. Namun ternyata dia sudah terlebih dahulu chat aku yang tak ku lihat sebelumnya.

“Ina, sorry yah sepertinya kk akan sedikit terlambat dalam menjemput kamu. Nanti sekalian kk ajak makan malam diluar gimana? Sebagai ucapan maaf” (Isi chat dari kakak)

Well, akhirnya ku memutuskan untuk stay aja disini sambil memainkan ponselku.

(Beberapa saat kemudian)

“Ah aku mulai merasa bosan” (Tutur ku)
Maka ku putuskan tuk berjalan menyusuri taman ini aja. Tak lama kemudian langkah ku tiba-tiba terhenti dan dapat ku lihat ada seorang cewek yang sedang duduk disana, sepertinya dia menangis deh.

Saat aku ingin beranjak pergi tiba-tiba dia mengangkat wajahnya dan dapat ku lihat ternyata dia cantik tapi ko mewek sendirian yah ditaman ini.
“Apa mungkin dia habis putus cinta atau baru aja bertengkar dengan pacarnya” (Gumamku)

Tetapi wajahnya terasa familiar, sepertinya aku mengenal dirinya. Aku mencoba tuk mengingat sambil melangkah perlahan ke arahnya. Aku mengingat sedikit bahwa kalau nggak salah namanya itu Sacha.
“Tapi apa iya? Kalau aku salah gimana?” (Pikirku)

Namun aku tetap memberanikan diri mendekat padanya sambil berkata
“Sacha, Sacha, Sacha”

Sontak aku melihat dia terheran-heran, lalu dia menoleh kearah ku. Dia mulai menanyakan siapa diriku dan dari mana aku bisa mengenalnya. Aku akhirnya memperkenalkan diriku padanya, lalu dia langsung memeluk ku dan menangis di bahuku. Aku pun membalas pelukannya dan kini aku mencoba menenangkannya.

Akhirnya setelah kami bicara sebentar, dia berinisiatif untuk meminta nomerku. Aku pun memberikannya dengan senang hati. Tak lama kemudian aku melihat ponselku berdering dan kakak sudah mengirimkan aku pesan bahwa sekarang ia udah sampai.

Tanpa berbasa-basi lagi aku meminta ijin pada Sacha untuk pulang duluan, kami salah mengucap “Sampai Jumpa”, aku juga mendengar dia berkata bahwa dia akan mengontak ku segera.

Didalam mobil, aku mendengar kakak ku mulai berbicara menjelaskan alasan keterlambatannya. Namun aku tak telalu mendengarkannya, karena yang ku pikirkan saat ini hannyalah tentang Sacha. Kalau dipikir-pikir hal yang terjadi diantara mereka terbilang cukup ganjil. Seperti ada seseorang yang sengaja mengatur agar kisah mereka terus bertemu satu sama lain

“Ini menarik, hubungan yang ada diantara mereka cukup unik dan aneh. Mereka seolah memiliki chemistry tersendiri. Dan kalau dipikir-pikir lagi mereka juga lumayan terkihat cocok” (Gumamku)

Namun kakak membuyarkan lamunanku, sambil berkata
“Oh ternyata kamu dari tadi malah asik melamun yah, tak memperdulikan kakak yang sedang sibuk berbicara dari tadi. Apa yang kau pikirkan? Coba cerita sama kakak. Awas saja yah kalau kau sedang memikirkan tentang Cowok atau jangan-jangan ada yang naksir denganmu di sekolah. Tolak saja mereka nggak pantas untuk bersamamu...”

“Apa sih ka! Asal nyerocos aja deh. Nggak kayak gitu, aku hanya sedang memikirkan sekolah dan teman-temanku di hari pertama ini. Nggak ada cowok-cowok an yang sedang ku taksir ataupun yang sedang mendekati ku. Tapi sekalipun ada aku kan berhak untuk memutuskannya sendiri, seperti yang terus kakak bilang bahwa aku sudah dewasa. Dan orang dewasa berhak memutuskan apa yang ingin dia ambil.” (jawabku dengan tegas)

“Ia deh, ia deh. Sorry kk minta maaf! Habisnya kamu dari tadi asik banget sih” (ucapnya balik)

Arrrghh, kini kk malah asik mengejekku. Kan aku jadi sebel.
“Sudah kakak menyetir saja dengan baik, dan mana aku tagih sekarang janjinya untuk makan malam diluar” (kataku sambil cemberut)

----------------------
*Mark POV

Tak terasa hari telah berganti malam, namun rasanya aku masih terus saja memikirkan dirinya. Siapa lagi yang mengganjal pikiranku selain dirinya, tetangga ku yang gila itu.
Padahal aku sudah coba untuk mengabaikan perasaan-perasaan ini dengan bekerja maupun bebersih apartemen ku yang sebenarnya masih sangat bersih.
“Arghhhh, sial ku tak dapat menghapus bayangan dirinya dari pikiranku” (Geramku)

Tapi rasa bersalah apa yang mulai menghantui diriku ini. Kenapa aku bisa merasakan hal ini? Tapi ia sih mungkin aku juga terlalu keras membentaknya. Buktinya dapat kulihat dengan jelas air matanya terjatuh waktu itu.

“Ah bodohnya diriku ini, kenapa bisa aku membuat anak orang menangis” (teriakku)

Padahal aku sendiri juga tidak mengenalnya. Harusnya aku bertindak dewasa dengan mengajaknya berbicara mengenai hal ini, mungkin saja dia dapat mengerti dan akan menjauhkan jaraknya dariku. Tapi apa iya tipikal cewek kayak dia bakal mau menerima kenyataan dengan mudah. Aku jadi tak tau kini ku harus berbuat apa, apa ini yah efek jadi orang tampan.

Sekarang ku teguk segelas air lalu ku ingin melupakan segalanya sejenak dalan tidurku.

********
(Keesokan harinya)

*Sacha POV

Sinar matahari membangunkan ku dari tidurku. Aku melihat jam di ponselku, waktu menunjukkan pukul 6. Aku segera mencuci muka, tapi samar-samar mimpiku terbayang dan aku melihat seorang pangeran tampan datang padaku yang berkata “semuanya akan baik-baik saja, kau hanya harus mengikuti semua alur takdir ini”

Aku tak begitu ingat wajahnya, namun kata-katanya mampu membuatku merasa tenang. Namun entah siapapun dirinya ku titip salamku ditiap doaku.

Sepertinya masih terlalu pagi, bagaimana jika aku memutuskan tuk berolahraga saja di gym yang ada di apartemen ini. Aku sedang tak merasa ingin untuk bertemu banyak orang, makanya aku lebih memilih untuk pergi kesana. Ini pertama kalinya aku pergi ke publik gym, jadi aku tak tau harus mengenakan apa. Soalnya sewaktu di New Orleans ayah punya gym keluarga, sehingga kami semua berolahraga disana.

Ku coba buka closed (lemari) ku, dan memilah-milah baju yang sepertinya cocok untuk dikenakan ke gym. Pakaian ini agak minim sih, tapi ya udah ini juga cukup.

----------------
(Sedangkan lain hal juga sedang terjadi di lokasi sebelah. Dimana lagi yah tetangganya Sacha)

*Mark POV

“Arghhhhh, sial! Kenapa tidurku tidaklah nyenyak? Mengapa aku merasa gelisah” (ucapku dengan kecewa)

Matahari sepertinya sudah mulai terbit. Aku segera mencuci muka ke kamar mandi, tak lupa aku juga menggunakan sabun muka dan gosok gigi. Namun tak sadar ada lamunan yang muncul di pikiran ku, sepertinya ini muncul dan berasal dari mimpiku. Iya, memang ku bilang aku tidur tak nyenyak, tapi sepertinya 2 atau 3 jam sebelum aku benar-benar bangun rasanya aku berada di suatu tempat. Pemandangan nya sangatlah indah, tak jauh terdengar suara air terjun namun ntah mengapa aku melangkah kesana mengikuti lantunan suara burung-burung merdu disini. Dapat kudengar ada yang berbisik-bisik ditelinga ku yang mengatakan

“Terus Mark, langkahkan kakimu. Ikuti suara burung-burung ini, pergilah dimana kau mendengar suara air terjun itu. Dirinya ada disana”

Sesampainya disana betapa takjubnya diriku melihat seorang gadis yang sangat cantik yang sedang duduk di salah satu batu besar yang ada dalam air terjun tersebut.

“Jangan takut, aku ada disini untukmu. Terus mendekatlah kemari, ambillah hak yang telah ditakdirkan untukmu” (ucap gadis tersebut)

Namun aku tak bisa mengingat wajahnya dengan jelas, yang kuingat hanyalah diriku mengikuti suaranya dan samar samar aku ingat kami berciuman.
“Oh shitt, jangan-jangan?” (kataku dengan sadar)

Aku segera mengecek celana tidur yang kukenakan, dan yup itu bener. Sepertinya aku mimpi basah, ah padahal rasanya sungguh nyata. Tapi aku tak mengingat mimpi itu dengan jelas, hanya yang tadi aku jelaskan itu yang bisa aku tangkap dari memoriku.

Aku ingin melupakan apa yang baru saja aku pikirkan. Hal ini memang wajar loh terjadi pada pria, apalagi yang masih dalam masa remaja. Sekarang Aku tiba-tiba ingin berolahraga namun sepertinya aku sedang tak mood untuk cardio di luar.

“Yah aku mending pergi ke gym apartemen ini saja. Kudengar mereka punya fasilitas yang bagus” (gumamku)

Aku langsung segera bersiap, karena aku tak ingin membuang banyak waktu lagi. Aku juga harus ke sekolah hari ini, ada 3 kelas yang harus aku ikuti.

-----------------------
*Sacha POV

Hari ini aku pengen workout saja sambil angkat beban, aku ingin menjaga agar tubuh ku tetap sexy. Yup tak seperti kebanyakan orang pada umumnya, aku olahraga hanya agar bisa tampil ideal. Karena aku kan vampir seperti kataku sebelumnya. (Baca episode/chapter 1)

“Wah, gila keren abis” (Ucapku sambil terpukau)

Gym ini benar-benar keren, semua alat-alat nya terlihat sangat lengkap. Benar-benar seusia dengan apa yang direview di internet. Padahal biasanya kan para reviewer itu sering melebih-lebihkan, makanya aku kadang tak percaya kalau tak di coba dan dirasakan sendiri.

Aku melihat beberapa cowok yang sedang  berolahraga terpesona melihatku. Namun aku tak peduli dan terus melangkah mencari spot untuk ku mulai latihan.

“Hey cantik, ternyata suka nge gym yah” (sapa salah satu cowok yang mendatangi ku)

Iya, lumayan. Aku kan ingin selalu terlihat sehat dan bugar (jawabku dengan sedikit bohong)

“Mau aku bantu jadi trainer kamu” (katanya)

“Oh boleh jika tak merasa merepotkan” (balasku)

Ya ialah, siapa yang menolak jika sekarang didepanmu sedang ada cowok tampan dengan badan yang sexy, yang sukarela membantumu dan sepertinya ia terpesona dengan mu. Selama aku ngga rugi dan ngga harus mengeluarkan sepeser uang pun aku sih oke-oke aja.

“Baikalah kau ingin latihan apa hari ini? Btw perkenalkan namaku David Martez, aku tinggal di apartemen ini lantai 20” (ucapnya)

“Oh ia perkenalkan namaku Sacha Blowsé, aku tinggal di apartemen ini lantai 89. Btw aku pengen latihan seluruh badan aja, tapi yang biasa aja nggak yang intens. Soalnya aku harus pergi ke sekolah nanti” (balasku)

Kami pun akhirnya berlatih bersama, namun most of the time dialah yang melatih ku, mengajariku teknik-teknik khusus. Dari artikulasi pengucapannya sepertinya dia kelihatan seperti orang yang berpendidikan. Dia juga punya basic dalam hal ilmi olahraga, soalnya aku juga cukup tau beberapa hal. Jadi obrolan kami bisa nyambung dengan mudah. Kami juga banyak berbincang namun tetap sambil olahraga loh, soalnya disini kan bukan cafe untuk tempat bergosip.

(45 Menit kemudian)

Aku memutuskan untuk beristirahat, dan sepertinya aku lupa tuk membawa air. Namun dia sangat baik, siapa? Yah David lah, dia memberikan aku sebagian dari minuman nya. Benar-benar Cowok typekable (idaman).

Kami berbincang-bincang lanjut, dari situ aku tau bahwa dia adalah seorang mahasiswa, namun dia memiliki job sampingan sebagai fotografer. Dia banyak memberitahukan padaku soal karir di dunia entertainment (Hollywood). Yang pastinya membuat semangatku melonjak luar biasa, namun tetap berusaha ku kontrol. Aku tak ingin membuat imageku rusak dihadapannya. Dia orangnya cukup asik, dan kelihatannya humoris. Namun sekarang dia sudah pergi, tadi dia minta ijin pamit padaku karena katanya dia banyak job di studio hari ini plus dia ad kelas kuliah malam. Tetapi kami sudah bertukaran kontak loh, dia yang meminta nomerku duluan.

“Kan kalau semua cowok begini pasti asik” (seruku)

Saat aku hendak pergi dari gym ini, aku melihat dia, cowok nyebelin yang juga merupakan tetangga sebelah ku. Dia sepertinya sedang mengangkat beban yang kelihatan nya cukup berat. Aku jadi bete melihatnya disini, Namun terpikir sesuatu oleh ku. Aku akan mengerjainya sebagai pembalasan karena dia udah mempermalukan diriku kemarin.

“Aku berencana tuk diam-diam menambah beban yang dipikulnya di mesin itu secara digital sehingga dia tak dapat memikulnya dengan benar” (ideku)

Aku langsung segera melakukan nya, dia masih belum melihat ku, aku menaikkan berat bebannya hingga 80kg. Lalu aku melangkah pergi keluar dari gym ini dengan senyuman iblis di wajahku.

Ah sial dia melihat diriku, namun rencanaku sudahlah berjalan. Aku mulai mendengar dia mengoceh namun yang kulakukan adalah terus melangkah menjauh sambil menutup telinga ku (berpura-pura tak mendengarnya). Namun saat aku sudah berada dipintu keluar, aku malah menjulurkan lidahku padanya sebagai tanda ejekan lalu mengangkat jari tengahku padanya sambil terus berjalan keluar.

“Betapa senangnya diriku melihat dia menderita, rasakan itu Cowok belagu! Salah sendiri kemarin kau berani mempermalukan diriku” (Gumamku)

Aku merasa bahagia dan bersemangat menjalani hari ini, walau ada satu masalah lagi yang harus aku selesaikan disekolah terkait imageku. Let see what will i get!
Setelah selesai mandi, aku langsung bersiap-siap tak lupa juga berdandan pastinya. Lalu aku segera mengambil tasku dan berjalan menuju halte.

********

*Mark POV

Aku sedang asyik-asyiknya berolahraga di gym ini, aku menyukai tempatnya selain alatnya lengkap dan fasilitas nya sangat memadai, kebersihan ditempat ini juga sangat diperhatikan. Terserahlah apa pendapat orang-orang tapi bagiku kebersihan adalah nomer satu. Aku takkan bisa berteman atau tinggal ditempat yang jorok, yah mungkin aku cowok pencinta kebersihan. Terserah kalian bebas memanggil aku apa.

“Namun apa ini rasanya beban yang sekarang ku pikul terasa makin bertambah berat. Perasaan aku hanya set di 20-40kg deh, dan aku selalu sanggup mengangkatnya tetapi yang satu ini kok berbeda. Apa karena alatnya? Aku sudah semakin tak sanggup menahan nya” (pikirku)

Kemudian menoleh ke arah belakang, tunggu itu tetanggaku yang cewek gila itu bukan, apa yang dia lakukan disini? Apa dia membuntuti ku? Namun aku melihat dia tersenyum lebar tapi bukannya malah membuat dia terlihat imut dia justru terlihat serem kayak hantu di film-film.

“Hei, kau! Cewek gila apa yang kau lakukan padaku. Hentikan kegilaanmu dengan segera! Apa yang kau perbuat pada alat ini?” (teriakku)

Namun bukannya malah membantuku dia justru terus melangkah kearah pintu keluar dan meninggalkan ku menderita disini.
“Arghhhhhhhhhhhh!!!” (teriakku)

Sontak para cowok yang sedang gym disini ikut berbalik dan mendekat kearah ku. Mereka membantu mengangkat beban yang ada di tangan ku.

“Kau kenapa bung?” (ucap salah satu cowok didepanku)

“Ini alatnya tiba-tiba bertambah berat sehingga aku tak dapat memikulnya, sepertinya cewek yang tadi berolahraga disini telah mengerjai ku” (jawabku)

Lalu salah satu dari mereka mengecek mesinku dan berkata
“Kalian coba deh kemari, lihat ini!” (ucapnya sambil menahan tawa)

Dan sekarang semua member cowok disini melihat kearah mesinnya dan menertawaiku

“Man, apa yang kau bilang? Bebanya berat? Apa kau sedang ngelawak?” (ucapnya)

“Sepertinya dia mengada-ada deh, beban yang tertulis disini hanya 10kg” (ucap kawannya)

“Padahal kalau melihat otot ditubuhnya angka segini pasti akan terasa sangat ringan” (jawab pria lainnya)

Mereka benar-benar menertawaiku dengan habis, sialnya diriku! Ntah apa yang wanita itu telah lakukan. Mukaku sekarang benar-benar memerah karena perasaan malu sekaligus amarah. Aku segera meninggalkan kerumunan ini dan langsung pergi keluar dari ruang gym ini.

Arghh!! sepertinya tanganku keseleo deh akibat menahan beban yang tadi. Dasar cewek gila, awas aja kalau aku sampai bertemu dengannya.

Sesampainya di apartemen aku segera mandi dan bersiap lalu langsung menuju halte.

(Sesampainya di halte)

Aku mendengar suara di papan pengumuman yang mengatakan bahwa Bus yang menuju kearah sekolahku akan segera berangkat. Aku segera lari dan memasuki Bus tersebut, ini sangatlah tak biasa, penumpangnya sangat banyak hingga tak ada satu kursi pun yang kini sedang tersedia, maka terpaksa aku hanya bisa berdiri. Jika ingin menunggu bus selanjutnya bisa-bisa aku malah akan terlambat.

Aku benar-benar tak terbiasa berdiri, aku merasa agak mual sekarang. Ditambah goyangan yang ditimbulkan dari tiap belokan membuat para penumpang khususnya yang berdiri jadi saling lebih berdempetan dari sebelumnya.

Aku agak kasian, kenapa? Soalnya aku melihat nenek-nenek yang sedang berdiri dekat dengan ku. Dia berdiri, padahal masih banyak orang yang lebih muda yang bisa bertukar posisi dengannya namun tak mereka lakukan.

“Sial, goyangan-goyangan yang dihasilkan bus ini benar-benar membuat ku merasa ingin muntah” (pikir ku)

Aku memutuskan untuk menoleh kearah belakang, ntah mengapa? Hanya saja posisi ini membuat ku sedikit nyaman walau tetap membuatku mual.

Setiap satu belokan terjadi lagi, para penumpang menjadi sangat sangat rapat. Dan sialnya sekarang didepanku ada seorang cewek yang sedang berhimpitan denganku.

“Oh no no, mana dia mengenakan celana yang sepertinya sedikit ketat” (pikir ku)

Bukannya aku ingin mengkritik selera fashion dirinya, namun hal yang terjadi sekaranglah yang membuat ku super tak nyaman. Bagian belakang pinggulnya benar-benar bergesekan dengan “punyaku itu”, mungkin bagi sebagian cowok ini adalah anugerah tapi bagiku jutsru ini adalah musibah, karena jika terus bergesek kan “miliku” nanti malah bisa bangkit dengan sendirinya. Dan hal itu membuat ku sangat merasa malu, yah karena aku ngga sama dengan pria lain diluar sana, aku tak kurang ajar. Aku masih memiliki moral dan prinsipku sendiri.

“Ahhhh!!” (jeritku dalam hati)
Sial sial, aku benar-benar sial. Sepertinya kemaluanku tak dapat diajak kompromi, karena dapat kurasakan milikku sedang mengembang dengan sendirinya walau perlahan tapi pasti

Padahal aku sudah berusaha keras untuk menjauh dan melangkah mundur darinya tapi keadaan sangat tidak memungkinkan. Sial punyaku sekarang sudah turn on dengan kencang!
. .
. .
. Bagaimana menurut kalian episode kali ini? Bertahu aku jawaban dan opini kalian di kolom komentar. Thanks!
______
Next Episode :
Apa ini? Apa yang sedang kurasakan? Kenapa sepertinya ada suatu benda yang sedang bergesek dengan bokongku? Aku sangat bingung tapi dapat kurasakan dengan pasti benda itu seperti sedang mengembang dan membesar. Oh tidak sepertinya aku tahu benda apa itu!
. .
TBC
-Sorry jika ada kesalahan atau kekurangan dalam karya ini, soalnya aku juga masih dalam proses belajar.
-Karya ini orginal datang dari dalam pikiran ku.
-Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca karyaku.
-See ya in the next episode!
“UNTOUCHABLE” (Tak Dapat Disentuh)

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience