Chapter 9 : Sun Glasses

Vampire Series 3362

*Author POV

Tak terasa malam telah berakhir disambut oleh hangatnya senyuman mentari. Mereka berdua tetangga ini baru saja terbangun untuk memulai aktivitas mereka. Namun disaat yang sama mereka juga banyak memikul beban pikiran yang dari tadi sepertinya tak menemukan jawabannya.

Well, tak lama setelah itu mereka berdua memutuskan untuk ke Gym yang ada di apartemennya. Namun mereka tak jalan bersamaan loh. Sacha terlebih dahulu pergi ke Gym dari pada Mark. Perbedaan waktu antara mereka berdua juga tak jauh beda hanya terpaut 7 menit.

Disana rasa penasaran Sacha benar-benar sangat besar, dia ingin segera menanyakan hal tersebut dengan Mark. Namun dari tadi matanya terus memandang kesana-kemari tetapi tak kunjung menemukan apa yang dicarinya. Justru terlihat sekarang ada seorang pria tampan lain yang sungguh jelas ia ketahui. Yup pria itu adalah David! Teman baru Sacha yang juga merupakan partner Gym barunya.

Akhirnya perhatian Sacha sepenuhnya teralihkan kepada David. Mereka mulai berolahraga bersama sembari saling mengobrol dengan asyiknya. Tanpa sadar Mark sekarang telah memasuki Gym namun apa yang ditangkap matanya ini benar-benar sungguh membuatnya emosi. Di matanya mereka tak terlihat seperti sekedar teman tapi melainkan dekat seperti sepasang kekasih. Mark mencoba menahan amarahnya, dia masih berpikir mungkin ada yang salah dengan kepribadiannya. Oleh karena itu Mark sudah mengatur jadwal untuk menemui dokter demi menjelaskan semua keluhan perasaan yang dialaminya.

Mark sangat berusaha keras mengontrol dirinya, kini ia memilih untuk bersembunyi dan menjaga jarak dari Sacha. Yup cewek yang sampai hari ini tak ia ketahui namanya itu terus saja muncul dalam pikirannya saat ini. Mark berasumsi jika mungkin iya tak bertemu dengan gadis remaja tersebut mungkin sengaja dia jadi lebih mudah mengontrol dan mengatur dirinya sendiri.

Tak terasa setelah 40 menit, Mark diam-diam pergi meninggalkan Gym itu. Ia sengaja menyelesaikan waktu olahraganya lebih awal agar ia takkan ketemu dengan cewek yang dianggap selalu menganggu dirinya. Sacha akhirnya telah selesai berolahraga dan tak lama David juga sudah meminta pamit untuk pergi karena tuntutan job. Sacha dari tadi tetap berusaha mencari Mark namun apesnya dia takkan bisa menemukannya. Setelah menunggu cukup lama akhirnya Sacha balik ke apartemennya, ia berpikir untuk mencegat Mark ditegah jalan atau saat di halte. Namun nyatanya ia salah, karena saat Mark telah memutuskan menjauh dan membatasi jarak maka akan cukup sulit mendekati dirinya kembali.

*******
(Setelah bel pulang berbunyi)

*Règina POV

Aku tak melihat Sacha datang ke kelasku, padahal ku sudah mencoba untuk menghubungi dirinya namun tak satupun chat ku mendapat balasan. Aku sudah mulai lelah menunggu, jika ia tak kunjung datang mending aku pulang saja. Namun perasaan bersalah ini akan menganggu ku jelasnya, terlebih lagi kami sudah membuat janji akan hal ini.

15 menit telah berlalu, 30 menit berlalu, 1 jam pun telah berlalu. Namun aku masih setia menunggu dirinya disini.

“Cukup sudah, aku sudah lelah menunggunya. Mana tak ada kabar lagi” (keluh kesalku)

Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Tetapi saat aku melihat ke taman besar dimana aku bertemu kembali dengan sacha sekian lama jutru mataku tertuju pada salah seorang cewek yang sedang duduk di bawah pohon tersebut. Dilihat dari rupanya aku bisa menebak kalau itu Sacha. Maka aku memutuskan untuk melangkahkan kakiku ke arah perempuan tersebut. Dan benar saja itu adalah Sacha tapi sepertinya ia sedang melamun dengan sangat asyiknya.

“Eh eh, kamu disini toh dari tadi! Aku udah tungguin disekolah loh dari tadi" (Ucapku)

Namun sepertinya dia masih berada di alam lamunannya, soalnya dapat kulihat kalau matanya masih tak berkedip sedikit pun dan ia juga tak merespon ku.

“Woiiii, Sachaaaaaaaaaaa!!” (Teriakku di kupingnya)

Seketika ia tersadarkan dari lamunannya seolah sedang jatuh dari langit ke tujuh.
“Apasih, Siapa yang main teriak aja di telingaku” (Ungkapnya)

“Oh ternyata kamu toh, dasar Ina! Kamu pikir aku budeg apa? Kamu ngga tau atau lupa kalau aku ini seorang Vampir dan suara dengan frekuensi tinggi 7 oktav milikmu benar-benar akan merusak gendang telingaku” (Tambahnya dengan muka ketus)

“Kok jadi aku sih yang kena marah. Ini benar-benar ngga lucu deh” (Bantahku)

“Apa kamu lupa bahwa kita udah janjian ketemu hari ini? Aku udah tungguin kamu berjam-jam namun hanya ini yang ku dapatkan. Sungguh teganya dirimu meracuniku seperti ini” (Balasku dengan sangat dramatis)

“Sudah deh hentikan sandiwara receh mu, kalau ingin berdrama mending kau jangan datang kesini melainkan masuk tuh ke eskul teater” (Ucapnya)

“Kamu ngomongnya pedes amat sih. Lagi dateng yah? Soalnya kamu sepertinya sensi banget hari ini” (Kataku)

“Apa karena hal terakhir itu yang ku ucapkan padamu tentang Mark sang tetangga misterius mu?” (Tambahku)

“Ih, kamu kok ngungkit-ngungkit lagi sih persoalan itu. Bikin aku tambah bete” (Balasanya)

“Oke deh aku minta maaf, I'm just kidding. Ga perlu di ambil hati karena kamu aja masih jomblo ntar ga ada lagi mereka diluar sana yang dapat mengisih hati rapuhmu” (Ungkapku)

“Cih mulai dah gilanya anak satu ini. Kamu pikir kamu lagi maen sinetron? Hentikan kisah FTV itu dalam kepalamu” (Jawabnya)

Hal ini terus berlanjut hingga akhirnya kami puas tertawa mati karena semua lelucon aneh yang tak jelas ini. Setidaknya itu cukup untuk menampakkan kembali senyuman manis miliknya karena dari tadi ia mirip seperti orang banyak masalah. Dan sekarang aku berusaha memancing-mancing dirinya untuk terbuka padaku.

“So tell me something girl? Are you happy in this modern world?” (Ucapku secara puitis)

“Eh buset apaan tuh?, Dapat ilham dari mana kamu bisa mengeluarkan kata-kata seciamik itu?” (Balasnya)

“Ada dong, aku kan anak pintar dan selalu baca-baca setiap karya sastra seperti Novel?” (Ucapku dengan senyuman lebarku)

“Halah, kamu pikir aku tolol yah? Kamu pikir bisa nge-bodohin seorang Sacha dengan mudah?” (Jawabanya dengan bangga)

“Duh,, songong amet kamu berasa dewi Cleopatra yah” (Ucapku)

“Emang, tuh buktinya kami sama-sama cantik dan mempesona. Lagi pula semua orang yang sering dengerin radio pasti tau kalimatmu tadi. Itu bukanlah milikmu jadi jangan sok belagu deh. Itu lagu Lady Gaga bukan?” (Balasnya)

“Oke deh kamu menang, aku nyerah. Kamu yang terbaik. Btw jangan sering fitnah diri sendiri, tak baik loh” (Ucapku)

Akhirnya kami tertawa lagi oleh setiap lawakan receh ini. Kini aku merasa sudah cukup untuk berbasa-basi dan langsung straight to the point.

“Well, sebenarnya kamu ada permasalahan apa sih? Sepertinya tadi kamu asik bener melamun” (Ucapku)

“Hmm, gimana yah..” (Jawabnya dengan tatapan ragu)

“Sudahlah, kamu tak harus sungkan tuk berbicara padaku toh aku bukan orang asing dan kita juga udah saling kenal cukup lama” (Balasku)

Akhirnya dia memutuskan untuk terbuka dan tak satupun kata-kata darinya yang tak menuai reaksi terkejut dari wajah polosku ini. Dia juga mulai menceritakan kenalan barunya itu padaku dari awal mereka bertemu sampai perkembangan hubungan yang telah terjalin diantara mereka. Jelaslah aku sangat syok karena dia tak memberitahuku persoalan ini dari awal. Dan dari cerita Sacha sepertinya David ini adalah pria yang cukup interesting sampai dapat memikat hati sahabatku ini. Namun ntah mengapa aku merasa ada sesuatu yang janggal diantara setiap kisah Sacha, bukannya aku nggak percaya loh tetapi karena sepertinya Sacha tak sepenuhnya aware (sadar) dari tiap kondisi dan konsekuensi nya. Sacha hanya memandang David sebagai partner gym sekaligus teman barunya, tapi dari sisi lain yang ku tangkap sepertinya David dan Sacha memiliki suatu chemistry unik yang sepertinya sacha tak sadari. Dan aku ragu kalau David juga berpikiran yang sama seperti Sacha, karena dari tiap langkah yang diambilnya seolah ia betul-betul tau apa yang dia inginkan. Sepertinya aku harus jadi pihak yang menengahi mereka.

“Terus bagaimana dengan hubunganmu sekarang dengan Mark?” (Tanyaku)

“Hubungan apa maksudmu?, Kami tak memiliki hubungan apapun hanya ada hal-hal aneh yang sepertinya terus-terusan terjadi padanya dan diriku” (Balasnya)

Lalu Sacha mulai membuka mulutnya dan melanjutkan kata-katanya. Ia mulai bercerita tentang hubungan nya dengan Mark, ia menjelaskan semuanya secara kondisi maupun situasinya secara detail dan terperinci seolah-olah aku ini adalah seorang hakim yang ingin mendengarkan kesaksiannya sebelum memutuskan perkara. Well yang dapat ku tangkap adalah sepertinya Mark juga tak menyadari setiap tindakan dan gerakannya sama dengan Sacha. Mereka terus-menerus saja terhimpit oleh suatu keadaan dan kejadian yang seolah memaksa mereka untuk beradu dialog di suatu panggung yang sama. Sacha juga menceritakan dimana ia merasa bahwa akhir-akhir ini Mark cukup sering memperhatikan dirinya, ia juga merasa terkadang Mark mengintipnya ntah itu dari jendela maupun dari balkon.

Namun karena kebodohan dan ketololan otak Sacha yang terlalu berdebu dan berkarat akibat tak memiliki kekasih, hal inilah yang sekarang terjadi. Ntah petunjuk ilham dari mana yang sedang ia yakini. Bisa-bisanya ia berpikir bahwa Mark sedang berusaha untuk menguntit dirinya. Keluguan cewek yang satu ini membuatku tak tau harus mengatakan apalagi yang dapat membuka pikirannya.

Tak pernah sekalipun terlintas di kepalaku bahwa Mark yang tampan itu adalah seorang penguntit. Yang ku tangkap dipikiran ku saat ini adalah bahwa Mark sepertinya merasa cemburu pada David atau siapapun nama cowok itu yang tiba-tiba datang dalam kisah mereka. Kan ngga lucu kisah Romeo & Juliet berubah jadi kisah Romeo & Juminten. Aku aja yang notabenenya orang luar, orang ketiga dapat merasakan chemistry unik yang ada pada Mark dan Sacha. Seolah alam benar-benar menakdirkan mereka berdua tuk bersama. Cuman sayang banget mereka berdua baik Sacha ataupun Mark sepertinya sangat buta dalam melihat hal ini.

Setelah Sacha selesai mengeluarkan seluruh unek-uneknya aku memberikan dia beberapa nasihat termasuk berhati-hati pada orang baru yang langsung sok sokaa bersikap dekat. Aku juga bilang padanya bahwa kalau lain kali dia jalan dengan David tolong ajaklah diriku. Aku ingin memastikan siapa dan apa motif pria tersebut.

Dari pada kamu bete gini, demi menghilangkan rasa penatmu mari kita berbelanja di Walmart. Aku dengar disini sedang banyak promo-promo menarik loh. Pokoknya kamu ngga boleh nolak sekali-kali kita harus memuaskan diri sendiri.

----
*Mark POV

Aku sejak pagi tadi terus saja merasa ada sesuatu yang janggal dalam diriku. Dan sepertinya hal ini mulai cukup menganggu ku. Di sekolah aku tak berbicara banyak dan aku juga tak bergaul dengan teman-teman sekelasku. Rasanya aku pengen banget agar hari ini cepat berakhir.

Aku ingin segera ke rumah sakit untuk menemui dokter dan mengecek kondisi diriku. Aku juga telah menerima balasan email bahwa hari ini dokter tersebut juga sedang ada dirumah sakit itu.

Waktu terasa lama bagiku namun akhirnya bel pulang telah berbunyi, semua kelasku hari ini telah selesai. Tanpa berlama-lama lagi aku segera pergi ke rumah sakit tersebut dengan menaiki taksi online.

Sesampainya di rumah sakit,

Ntah perasaan takut apa yang ada dalam dadaku saat ini. Aku benar-benar merasa kehilangan semua tenaga ku untuk melangkah masuk ke dalam. Yang ku tau semua ini nampaknya terasa berat.
Dengan perasaan penuh pertanyaan dan kebimbangan yang mendalam akhirnya aku berhasil masuk ke dalam sana. Tak lama perawat langsung bertanya apa yang ingin mereka bantu untuk ku. Aku pun memberi tahu bahwa aku telah membuat temu janji dengan salah satu pakar ahli kejiwaan yakni Dr. Kevin Clark. Setelah itu perawat tadi mengantarkan ku untuk ke bagian administrasi untuk mendaftar hal ini lalu menyuruh diriku mengantri. Setelah mengisi beberapa dokumen aku segera duduk di kursi antrian. Namun ntah mengapa aku merasa ruang yang dingin ini tak mampu menutupi setiap keringat yang jatuh dari keningku. Sampai aku dengar namaku di sebutkan oleh salah seorang perawat untuk masuk kedalam ruangan yang telah disediakan.

(Percakapan Mark dan Dr. Kevin)

Dr. Kevin : Hai selamat datang di sesiku kali ini, apa anda orang yang bernama Mark yang telah membuat temu janji?
Mark : Ia betul dokter, aku yang tadi mengirim email padamu.
Dr. Kevin : Oke baiklah keluhan apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
Mark : Aku tak tau apa namanya ini, namun rasa ini benar-benar menganggu ku. Terkadang aku jadi bersikap emosian dan hal-hal ini terkadang selalu berputar-putar di kepalaku tanpa henti.
Dr. Kevin : Okay, apa kamu memiliki riwayat penyakit mental atau kejiwaan sebelumnya?
Mark : Tentu tidak dok, aku tak memilikinya. Catatan medisku lumayan bersih
Dr. Kevin : Terus apa ada gejala yang kamu rasakan yang bisa memicu terjadinya hal ini?
Mark : Aku sepertinya tak menyadarinya dok. Yang ku tahu terkadang aku jadi sering bertindak nekat dan ceroboh kalau aku sedang emosional. Ditambah pikiranku sedang tak jalan dengan baik seperti sebelumnya. Aku bisa rasakan ada hal aneh yang janggal sedang terjadi padaku.
Dr. Kevin : Oh terus bagaimana kamu mendeskripsikan hal 'aneh ini' ?
Mark : Aku tak tau ini benat ataupun tidak, namun aku menduga bahwa sepertinya aku memiliki jiwa berkepribadian ganda. Dan seperti ini tak sehat karena ini mulai memberikan banyak dampak buruk padaku
Dr. Kevin : Apa kau sempat mengkonsumsi obat apapun sebelumnya?
Mark : Tidak dok. Ini saja baru pertama kalinya aku pergi ke rumah sakit untuk hal ini.
Dr. Kevin : Maaf tapi apa kau adalah seorang pecandu atau pengguna alkohol maupun obat-obatan?
Mark : Apa maksud dokter bertanya seperti itu? Apakah aku terlihat seperti pengguna ataupun pencandu?
Dr. Kevin : Tenanglah Mark, kami hanya ingin memastikan saja. Bukankah kau ingin segera sembuh? Oleh karena itu kami ingin tau permasalahan mu secara mendetail.
Mark : Baik dokter, maafkan kelancangan ku. Padahal ku tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
Dr. Kevin : Baiklah kau tak perlu khawatir, cukup ikuti semua instruksi dariku. Pertama kita harus melakukan scan mendalam pada otakmu lalu setelah itu kau harus mengikuti beberapa serangkaian tes kejiwaan lainnya. Cukup rileks dan santai saja, ini akan memakan cukup banyak waktu namun kau tak perlu khawatir akan hal tersebut.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk percaya pada kata-katanya mereka melakukan scan check pada otakku, tak lupa pula mereka melakukan tes lain yang memerlukan sampel darah dan air ludah maupun air seni. Setiap tekanan darah maupun detak jantung juga harus aku ikuti.

Aku melakukan banyak serangkaian tes yang benar-benar sangat menguras waktu dan tenaga ku. Aku diminta mengikuti tes kejujuran dan sederet tes-tes kejiwaan lainnya.

Tak terasa siang telah berganti malam, dan akhirnya semua tes-tes yang aku ikuti telah selesai dan pihak rumah sakit akan mengabarkan padaku soal lanjutannya. Hasil dari setiap tes yang kulakukan tadi juga baru bisa diambil setelah 1X24 jam.

Akhirnya perasaanku menjadi sedikit lega, setidaknya aku dapat mengetahui apa yang salah dengan diriku besok. Tak terasa aku benar-benar sungguh lapar, maka aku putuskan aku akan segera singgah ke di suatu restoran vegie yang tak jauh dari lokasiku saat ini.

Setelah terasa kenyang aku duduk di bangku taman, dan pikiran tentang cewek tersebut mulai mengalir lagi di kepalaku. Aku sudah mencoba berusaha keras mengontrol diirku namun hal ini semakin hari semakin tak tertahankan.

Tak lama berada disini aku memutuskan untuk pulang. Lagi pula aku lelah menyamar dengan menggunakan kaca mata ini terus-menerus dari tadi hanya untuk berusaha menghalau pandangan Sacha dari ku maupun sebaliknya.

*****
Hari esok pun akhirnya datang, syukurlah aku hanya memiliki 2 kelas hari ini. Aku melihat ponselku dan mendapati email dari dokter Kevin untuk sesi kami siang ini sekaligus dia yang akan membacakan dan menjelaskan hasil dari semua laporan tes yang kujalani kemarin. Namun Dr. Kevin mengatakan dalam email ini bahwa dia sedang tidak berada di rumah sakit yang sama dengan kemarin. Dia menyuruh ki untuk datang ke tempat kerjanya yang lain yang berbeda di area Downtown. Dia juga telah mencantumkan alamat rumah sakit itu dengan lengkap.

Aku bersyukur 2 hari ini aku berhasil menghindar dari tetangga ku itu Sacha. Yup kalian tak salah baca! Aku telah mengetahui namanya. Hal ini mendorong ku dikarenakan dirinya bisa mengenal ku dengan mudah lalu mengapa aku juga tak bisa mencari informasi tentang dirinya. Setidaknya dia tak tampak seasing saat aku pertama bertemu dengannya. Aku juga beberapa kali sering melihat dia dengan pria lain yang sampai hari ini ntah mengapa terus membuat diriku geram.

Anyway kelasku berakhir dengan baik. Dengan terus mengenakan kaca mata aku perlahan berjalan menjauh dari sekolah seiring dengan para siswa lain yang juga tengah keluar setelah bel pulang berbunyi. Namun sialnya Sacha justru menyadari diriku tadi, aku melihat dia melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Tak lupa ia juga meneriakkan namaku, aku yang sontak panik memilih jalan untuk segera kabur demi kebaikan diriku sendiri.

Setelah taxi online datang, aku segera menaiki nya dan menuju pada alamat yang Dokter Kevin berikan padaku. Namun setelah sampai kok rumah sakit ini terlihat cukup menyeramkan. Dan dari membaca papan nama yany ada di depan aku tau bahwa rumah sakit ini adalah tempat bagi para penderita gangguan kejiwaan atau yang lebih kita kenal dengan sebutan rumah sakit jiwa.

“Oh no! Mark apa kau yakin akan masuk kedalam sana?” (Pintaku)

Dari luar tempat ini benar-benar terlihat sangat usang seperti tempat tak terawat. Bulu kudukku seketika merinding memikirkan hal hal horor maupun kengerian yang biasa terjadi di tempat-tempat seperti ini. Orang luar saja yang melihat tempat ini dari luar pasti bakal berpikir ini adalah tempat yang tak berpenghuni.

“Kegilaan apa yang memberanikan dirimu untuk melangkah ke tempat yang mirip dengan gerbang neraka ini mark” (Gumamku)

Ini jelaslah gila, tempat ini benar-benar terlihat terpisah. Tak ada bangunan lain disekitar sini. Hanya ada hutan dan rumput-rumput besar yang tumbuh di area ini.

Akhirnya setelah berdebat dengan diriku sendiri, dengan meneguk ludah aku memberanikan diriku masuk ke tempat yang kelihatan angker ini.

Tak lama setelah masuk ada perawat yang menghampiri ku

“Ada apa kedatangan anda kemari tuan? Apa yang bisa kami bantu?” (Tanyanya dengan tatapan kosong yang mengerikan)

“Aku datang kemari karena ada temu janji dengan dokter Kevin” (Kataku)

“Kalau begitu isi formulir yang ada terus silahkan naik ke lantai atas” (Jawabnya)

Rumah sakit ini benar-benar terlihat mengerikan, para perawatnya terkesan sangat dingin. Dan ruangan ini sangatlah memiliki bau yang tidak enak ditambah semuanya kelihatan tua dan berkarat.
Setelah berdiri lama didepan lift, akhirnya pintu itu terbuka. Lift ini terlihat sangat tidak layak pakai. Tombol-tombol nya saja terasa sangat sulit untuk dipencet. Dan ntah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lantai dua.

Disini terlihat sungguh berbeda dari lantai bawah. Semuanya terlihat berwarna putih dan terbungkus. Aku berjalan ke ruang antrian. Hampir tak ada petugas ataupun perawat yang ada di lantai ini. Dan ditambah situasinya terlihat sangat mencekam.

Tak lama ada satu perawat yang menghampiriku dan dia mengatakan bahwa aku sudah boleh masuk dan bertemu Dokter Kevin.

Sesampainya di ruangan nya, aku sama sekali tak melihatnya. Namun tiba-tiba aku dikejutkan dengan tangan yang menyentuh pundak ku tanpa suara langkah sebelumnya.

“Maaf, maaf, aku membuat mu ketakutan yah” (ucapnya dengan senyuman aneh)

Diambilnya kaca maya miliknya terus dia mempersilakan diriku duduk. Dia juga meminta maaf padaku karena harus mengganti lokasi sesi temuku dengan dirinya. Dia mengeluarkan sebuah amplop besar dari lacinya.

“Ini adalah hasil dari semua tesmu kemarin. Apa kau siap untuk mendengarkan hasilnya?” (Ungkapnya)

Namun isi amplop itu jauh lebih mengerikan bagiku dibanding dengan kondisi rumah sakit ini sekarang. Aku hanya menjawab dengan menganggukkan kepala padanya.

“Baiklah, jangan begitu tegang. Sekalipun ada masalah perawatan kami disini dapat membantu dirimu” (Katanya)

Dia segera membuka amplop itu perlahan tapi pasti dan ntah mengapa aku sudah merasa keringat dingin menatapnya. Semua rasa cemas dan takutku ada di tangannya.

“Astaga, ternyata hasilmu seperti ini” (Ucapnya)

“Seperti apa Dok? Apa parah?” (Tanyaku balik)

“Aku meminta mu tenang dan rileks. Perhatikan apa yang akan aku sampaikan padamu..” (Balasnya)
.
.
.
.
.
(BERSAMBUNG)
Bagaimana episode kali ini? Semakin seru bukan?
Yuk Vote, komen, subscribe, dan share karyaku ini dengan teman-teman kalian. Bagikan keseruannya bersama!
Jangan lupa follow aku juga yah
________
Next Episode :
Apa itu? Tidak mungkin hasilnya seperti itu? Dokter bisakah mau melakukan pemeriksaan ulang? Mengapa aku bisa menciumnya? Astaga dia sungguh terlihat sexy, Siapa wanita yang sedang bercumbu dengannya?
.
.
TBC
-Aku minta maaf jika ada kesalahan (typo) dia tiap kata atau kalimat
-Terima kasih telah membaca “UNTOUCHABLE”
-I love all of you!
-See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience