Chapter 7 : Youth

Vampire Series 3362

*Règina POV

Aku melihat Sacha telah datang dikelasku setelah bel pulang telah berbunyi. Kami memutuskan untuk jalan-jalan ke salah satu café di dekat sekolah. Sesampainya disana kami langsung segera order, lalu aku mulai bertanya kepada Sacha soal kejadian kemarin. Karena jujur aku merasa khawatir terhadap hal yang menimpa dirinya kemarin, walau sepertinya itu hanyalah hal sepele tapi efek akhirnyalah yang selalu tak kita ketahui. Pokoknya aku ngga mau terjadi apapun pada Sacha, dia temanku, teman terbaikku. Aku tak pernah memiliki teman seperti dia disepanjang hidupku, bukannya aku anti sosial loh. Aku punya banyak teman namun tak ada yang terasa melampaui level pertemananku dengan Sacha.

Anyway setelah kami membahas hal tersebut, aku memberinya banyak nasihat tentang bagaimana cara bertahan hidup di LA. Lalu aku juga menawarkan dirinya untuk aku bantu mencari informasi soal cowok yang sedang terlibat masalah dengannya. Sebenarnya alasanku bukan hanya itu sih, aku cuman penasaran aja dia tipe cowok yang kayak gimana sampai bisa ngebuat Sacha berada dalam banyak posisi yang sulit. Dan kalau melihat mereka berdua sepertinya ada chemistry tersendiri yang kayaknya mereka sendiri tak menyadarinya. Intinya aku hanya mencoba membantu sebisaku, ntah kemana takdir menggerakkan mereka itu bukanlah hal yang ada dalam kuasaku.

Kini semua data dari cowok itu sudah berhasil aku temuka lalu aku menyerahkan laptopku pada sacha untuk segera dia lihat. Namun pastinya aku pun juga harus melihatnya.

“Aduh sifat kepo ku makin berkoar-koar dalam sanubariku” (Pikirku)

Namun sepertinya Sacha terpesona dengan kehebatanku yang sebenarnya standar-standar aja sih bagi orang yang sudah mendalami IT. Tetapi dia tak henti-hentinya memberikan diriku pujian

“Tentu saja, aku kan sudah mempelajari bidang ini sejak awal dari Grade 6 (SMP), aku juga terhubung dengan banyak komunitas teknik dan jaringan khususnya para ahli IT. Ditambah kakakku juga mengambil jurusan pemerograman, jadi kemampuan otomatis meningkat karena aku banyak belajar darinya” (Respon ku)

“Namun kau harus merahasiakan ini yah ca, aku tak ingin ketahuan teman-teman apalagi pihak sekolah” (Tambahku)

Kini aku melihatnya sedang asik meratapi layar komputer. Dari tingkahnya aku mengambil kesimpulan bahwa sepertinya Sacha merasakan sesuatu pada pria itu yang tak sadari namun ia mencoba menentang perasaannya sendiri. Interesting banget deh, aku penasaran apa mereka akan berakhir dengan cerita bahagia atau sad ending. (Coba tanyakan pada author jika kalian penasaran :-D)

“Wah ini kelihatannya bakal sangat menarik, pasti seru!” (Gumamku)

Well sekarang aku mulai menggoda Sacha perlahan-lahan untuk mengetes emosinya pada cowok itu, iya pada mark.

“Wah-wah dalam hitungan menit aja dia jadi memerah dan salah tingkah” (ucapku dalam hati)

Sepertinya Sacha merasa kesal denganku soalnya sekarang dia malah cabut duluan dan meninggalkan aku yang masih berada disini. Sialnya dia juga belum membayar orderannya sehingga akulah yang harus menanggung semuanya.

****
(20 menit kemudian)

*Mark POV

“Kelas tadi lumayan cukup lama, makanya sekarang aku baru tiba di area apartemen ku” (tuturku)

Aku mulai memasuki gedung tinggi ini yang merupakan tempat dimana aku tinggal, sekarang aku ada di lobi dan hendak memasuki lift. Namun dapat kulihat bahwa gedung ini sedang cukup ramai, banyak orang yang berdatangan. Sebelum aku masuk di lift, aku pergi dibahagian security untuk menanyakan perihal ini.

Mereka menjawab bawa dalam 2 hari kedepan adalah hari ultah apartemen ini yang ke 10 tahun dan sepertinya akan dirayakan oleh pemiliknya dengan sangat meriah. Security itu juga menambahkan bahwa setiap orang yang tinggal di apartemen ini akan mendapat undangan secara Free untuk datang ke sana.

Sekarang aku melangkahkan kakiku kembali menuju lift utama, namun ada seseorang yang menabrak ku dengan menumbuhkan minumannya di bajuku.

“Hei tolong hati-hati dong kalau jalan! Kan semua jadi basah, memangnya matamu diletakkan dimana?” (umpatku padanya)

“Sorry, sorry, aku tak bermaksud begitu. Sini biar aku tanggung jawab, pasti akan ku bersihkan” (Ucapnya)

Namun sontak aku terkejut ternyata dia adalah cewek gila itu, aku bertemu dengannya lagi dan seperti biasa di juga berulah lagi.

“Kamu toh, kiraiin siapa” (balasnya padaku)

“Emangnya aku siapamu? Jangan mencoba untuk bersifat sok akrab denganku” (jawabku)

Dan aku mulai start mengoceh padanya, namun dia menyetopku sambil berkata

“Sudahlah Mark, sepertinya kau senang sekali yah bisa berantem denganku. Apa kau tak merasa lelah?” (Tanyanya)

Sontak aku merasa terkejut, bukannya malah marah aku justru merasa kagum padanya. Pemikiran nya cukup dewasa dan hal yang ia katakan memang sangatlah benar.

Astaga, apa yang terjadi padaku?, Mengapa aku justru malah terpesona dan memujinya saat ini? (Keluhku dalam hati)

Seketika aku tersadar bahwa dia baru saja dia menuturkan namaku dari mulutnya.

“Tunggu, hei cewek aneh dari mana kau bisa mengenal diriku? Seingatku aku tak pernah berkenalan denganmu” (Tuturku)

Dia terlihat gagu, dan bukannya malah menjawabku dia justru memilih untuk kabur dan lari dariku. Sontak aku kaget dan sekarang kini aku juga ikut mengejarnya.

“Hey, tunggu. Jangan lari” (Ucapku)

Namun dia tak membasku dan terus berlari. Aku juga refleks terus mengejarnya. Kami benar-benar menghabiskan sekitar 15 menit dalam melakukan hal yang konyol ini.

“Sudah berhentilah. Apa kau tak lelah? Sudah tak ada jalan lagi bukan?” (Tanyaku)

“Kau? Dari mana kau bisa tahu namaku? Seingatku aku tak pernah memperkenalkan diriku padamu! Jawab pertanyaan ku cewek aneh, jangan mengelak lagi kau sudah terpojok dan tak bisa menghindar” (Tuturku)

Aku berjalan semakin mendekat kearahnya dengan senyum sumringah bagaikan iblis yang sedang menggoda mangsanya.

“Berhenti, jangan mendekat. Stop disana!” (Ucapnya)

Well pastinya aku tidak mendengarkannya dan terus melangkahkan kakiku kearahnya. Aku benar-benar membuat dia berada di pojok. Lalu aku mulai meletakkan satu tanganku di tembok yang ada dibelakangnya dan tanganku yang satunya lagi memegang dagunya. Aku mengarahkan kepalaku dan memberinya tatapan tajam dari mataku yang langsung menembus ke matanya. Tetapi aku tak tau mengapa dia sepertinya bersikap malu dan pipinya mulai berwarna merah.

“Katakan padaku sekarang darimana kau mengetahui namaku” (Tanyaku yang masih berada di posisi yang tadi)

“Ahh itu, anu, eh” (Jawabnya dengan gagu)

“Lanjutkan..” (Ucapku balik)

Dia kini menutup matanya dan menghela nafasnya perlahan, sepertinya dia mencoba bersikap tenang.

“Kau mau tau aku dapatnya dari mana” (Balasnya dengan senyuman yang menggoda)

Sontak aku terkejut dan langsung mundur selangkah kebelakang, tetapi dia justru malah melangkah maju dan dia mengangkat kedua tangannya menarik kerah bajuku

“Dengarkan dengan jelas, baik kau ataupun aku, kita ini sedang populer disekolah apalagi semenjak pemberitaan drama diantara kita membuat semuanya semakin heboh” (Ucapnya)

“Dan dari situ aku banyak mendengar mereka membicarakan kita, aku juga mendengar mereka berbicara sambil menyebutkan namamu dengan jelas. Bukan hanya itu, banyak para siswa & siswi yang mendatangi ku dengan pertanyaan-pertanyaan konyol soal aku denganmu. Tak lupa mereka juga mention namamu.” (Tambahnya)

“Jadi tuan cowok aneh, Mr. Steward jangan sok deh. Aku juga mulai lelah dengan semua permainan ini” (Bisiknya)

Setelah itu dia melangkah menjauh dariku sembari mengibarkan rambutnya ke udara yang pastinya sempat mengenaiku. Dia berjalan dengan bangganya pergi meninggalkan aku yang terpaku membeku disini.

“Sadar Mark, apa yang baru saja terjadi? Kenapa kau hanya diam melihatnya bertindak meremehkan dirimu” (Gerutuku)

Aku tau bahwa hal yang dia bilang itu masuk akal tapi apa yang baru saja dia lakukan tadi itu benar-benar membuatku mati rasa. Dia benar-benar mampu melakukan perubahan 360 derajat hanya dalam satu tarikan nafas.

“Apa dia hanya berpura-pura padaku? Apa dia sungguh mengetesku? Tapi tingkahnya tadi sama sekali tak terlihat seperti dia yang sebelumnya. Mengapa dia harus gugup? Mengapa tadi ia sempat gerogi?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus terlintas di kepalaku tanpa henti dan tak terasa sekarang aku telah kembali ke kamarku. Oh Tuhan mengapa rasanya hidupku terasa rumit? Tolong Berikan aku petunjuk di tiap langkahku.

Aku segera mandi untuk membersihkan diri sembari mencoba melupakan semua hal yang tadi telah terjadi. Kubiarkan air pancuran ini mengguyur tubuhku, membasahi setiap inci tubuhku tanpa tersisa satupun. Setelah merasa sedikit lega aku kemudian berhenti dan segera mengeringkan badanku. Selepas itu aku langsung mengenakan pakaian yang fresh dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malamku. Aku tak melakukan banyak hal, selain mengerjakan tugas yang tadi diberikan, menonton beberapa video sebagai hiburan dan langsung tidur setelahnya.

*****
*Sacha POV

Tak terasa aku telah sampai di area apartemen ku ini, aku segera keluar dari taksi yang pastinya setelah dibayar loh. Aku langsung bergegas masuk, aku masih terpikir perkataan Règina dan itu benar-benar sangat menganggu ku. Aku jadi ngga mood untuk ngelakuin apapun saat ini, yang kuinginkan hanyalah kembali ke apartemen ku sendiri.

Saking ngga sabarannya aku sampai menabrak seseorang dan minuman yang ada di tanganku tertumpah ke pakaiannya. Aku dengan segera meminta maaf dan berusaha untuk tanggung jawab. Namun betapa terkejutnya diriku saat tau orang yang aku tabrak adalah Mark a.k.a Cowok aneh itu.

“Sialnya hariku!” (Umpatku)

Dia kemudian mulai mengoceh, namun saat ini aku sama sekali ngga mood untuk berurusan dengannya, makanya aku berusaha untuk menghentikan dirinya.

Tapi betapa bodohnya diriku ini, kenapa aku pakai acara nyebutin nama dia segala. Sekarang dia jadi terheran-heran, dan dapat kulihat terdapat seribu pertanyaan dalam matanya. Karena merasakan aku ada dalam bahaya insting yang terlintas dikepalaku saat ini adalah aku harus kabur.

Makanya tanpa bicara sepatah katapun lagi, aku langsung berlari kabur meninggalkan dirinya. Tetapi alangkah bodohnya dia, kenapa ia harus sampai ikutan mengejar ku saat ini. Dan sekali lagi takdir tak berpihak denganku, Sekarang aku benar-benar sungguh tersudutkan dan tak ada jalan untuk berlari lagi. Mark pun juga semakin dekat dengan ku, namun yang paling membuat diriku terkejut adalah saat jarak diantara kami itu hampir habis, ntah mengapa aku seolah berhenti bernafas dan aku juga merasa jantungku berpacu dengan dentuman yang sangat tinggi.

“Arghh sial aku benar-benar salah tingkah” (pikirku)

Sekarang dia menatapku dengan kedua bola matanya yang sangat terlihat tajam sambil terus ia tanyakan bagaimana aku bisa mengetahui namanya.

Yang kulakukan saat ini hanyalah menutup mataku dan menarik nafasku sejenak, aku mencoba mengumpulkan keberanian yang masih tersisa dari diriku.

Well sekarang aku mulai membalas tiap ucapan darinya, aku juga memberikan senyuman liarku padanya. Aku melihat dia sungguh terkejut sehingga dia mundur perlahan dariku.

“Kena kau Mark. Waktunya pembalasan!” (Ucapku dalam hati)

Aku langsung segera menarik kerah bajunya dengan tanganku sembari memberikan semua jawaban ia ingin dengarkan. Yang pastinya jawaban tersebut adalah hasil karangan imajinasiku yang mendadak encer saat ini. Kali ini justru dialah yang bersikap diam, tapi tak lupa juga aku membisikkan beberapa kata padanya sebelum akhirnya aku melangkah pergi membiarkan dirinya yang masih membeku di ujung ruangan ini.

“Sacha kau sungguh berhasil, pasti dia akan berpikir dua kali lagi sebelum mengganggu ku” (Tuturku)

Sepertinya aku baru saja memperaktikkan beberapa ajaran dan tips yang diberi oleh Règina. Dia benar aku sungguh tak tahu aku membutuhkan semua hal ini.

Aku kembali ke apartemen ku dengan senyum bahagia di wajahku. Ternyata begini yah rasanya kemenangan itu.

(Tning..., Bunyi notif dari ponselku)

Aku langsung segera mengeceknya, dan ternyata itu adalah chat dari David (kenalan ku di gym, baca episode 5)

David: Hey Sacha! What’s up?
Me : Hey David, ga lagi ngapa-ngapain
David : Oh gitu, nanti malam sibuk ngga?
Me : Kayaknya ngga deh.. kenapa?
David : Aku pengen ngajakin kamu jalan aja, apa kamu suka?
Me: Tentu aja aku mau, apalagi kalau ada yang traktirin
David : Oh boleh, biar aku yang sini yang traktir. Km suka kemana?
Me: seriusan? Padahal aku cuman becanda kok. Aku suka apa aja yang penting happy
David : Udah ngga papa, biar aku aja yang traktir. Ada taman wahana yang sedang buka hari ini mau pergi kesana?
Me: wah asik nih, dinner aku udah include nggak ? Iya boleh juga
David : tentu saca cantik, biar aku yang bayarin dinner kamu malam ini. Oke siap-siap yah jam 9 aku tunggu di halaman apartemen
Me : wow really? Oke deh kalau gitu
David : Of course, jangan khawatir. Aku tunggu yah jangan sampai lupa
Me : okay. Thnks!

(Begitulah sekiranya isi chat mereka)

“Siapa yang ngga mau nerima ajakan jalan-jalan apalagi kalau kamu udah pasti bakal di traktirin plus dinner lagi. Yah pasti aku mau banget” (Pikirku)

Tanpa tunggu apapun aku langsung segera mempersiapkan pakaian yang akan ku kenakan malam ini.

“Aku akan berpenampilan sebaik mungkin yang aku bisa” (ungkapku)

Tak terasa hari telah berganti malam dan sekarang sudah menunjukkan pukul 7.30 dan aku bergegas untuk bersiap. Aku juga sudah habis mandi loh, jadi sekarang cukup untuk langsung segera bersiap.

Setelah merasa aku sepenuhnya siap, aku keluar dari apartemen ku dan berjalan ke lift. Namun sepertinya aku merasa ada orang yang sedang mengintipku. Biarlah itu kan resiko orang cantik.

Sesampainya aku dibawah, aku segera melihat David yang sepertinya udah sangat siap dari tadi.

“Wah kamu terlihat sangat luar biasa” (pujiku)

Tanpa berbasa-basi lagi kami sekarang telah sampai ditempat yang kami janjikan.
“Wih ini sangat begitu indah” (Gumamku)

Akhirnya aku pun terlena dengan tempat indah ini, namun aku bersyukur bahwa David ternyata beneran mentraktir acara malam ini tanpa terkecuali. Makanya aku sangat menikmati acara ini tanpa harus menghawatirkan biaya yang akan dikeluarkan.

“Wah seru yah! Bagaimana menurutmu?” (tanya ya)

“Ini sangatlah asik, ada banyak yang aku sukai disini” (Balasku padanya)

“Ini sudah mau hampir tengah malam kayaknya kau harus bersiap untuk pulang deh. Soalnya kau ada kelaskan besok?” (Ungkapnya)

“Oh iya kamu benar, tapi kepalaku agak sedikit pusing. Mungkin akibat bermain rollercoaster itu tadi” (Ungkapku)

“Kalau begitu yah udah biarkan aku mengantar dirimu sampai kedepan pintu apartemen mu. Supaya agar aku dapat merasa lega kalau kau juga baik-baik saka” (Balasnya)

“Ya sudah, aku ngga ada masalah sama sekali. Terima kasih yah” (Tambahku)

Waktu tepat menunjukkan pukul 12.00 yang berarti sekarang sudahlah tengah malam. Dan untung aku sudah tiba di halaman apartemen ini bersama David. Dia juga bersamaku, kami menaiki lift barengan dan kini David tengah berada di lantai apartemen ku.

Ternyata dia benar-benar menepati perkataannya, dia sungguh mengantarku sampai didepan pintu apartemen ku. Benar-benar pria idaman bukan! Setelah aku masuk David akhirnya pergi, aku banyak berterima kasih padanya.

Namun jelas kurasa bahwa ada orang sedang mengintip ku lagi. Tapi ku masih belum tau siapa orang tersebut. Kalau dilantai ini yang tinggal kan hanya aku dan Mark. Tapi apa iya yah Mark yang mengintipku tadi?

“Sial aku mulai kembali terpikir olehnya” (Gumamku)
. .
. .
. Bagaimana dengan episode kali ini?
Terima kasih yang udah menempatkan waktunya untuk membaca karya aku!
Maaf jika ada kesalahan atau kekeliruan
I love you all!!
_____________
Next Episode :
“Damn, siapa Pria itu? Kenapa dia bersamanya? Apa yang dilakukan cewek gila itu? Apa itu pacarnya? Tapi kayaknya nggak mungkin deh. Sial hal ini benar-benar sangat menggangguku, aku tak tau lagi apa yang sedang terjadi dengan perasaan ku sendiri”
. .
TBC
Please, please Follow, Vote, komen, like, subscribe karya aku ini!
Thank you!!
See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience