Chapter 16 : Fighting Over You

Vampire Series 3362

*Sacha POV

Aku masih tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku. Aku tak tau apa yang diinginkan hatiku. Semuanya terasa campur aduk, seolah ku tak dapat lagi memisahkan mana perasaan cinta dan mana yang hanya rasa kagum semata.

“Mistaken love for lust”

Itulah salah satu kalimat syair yang sekarang teringat dibenak ku. Rasanya sungguh salah namun terasa nyata, sempurna bagaikan sebuah kebenaran. Kini banyak sekali hal yang sedang mengusik benakku. Apa aku bahagia dalam kondisi pertemanan ini? Ataukah aku ingin lebih?

Lamunanku terbayarkan dengan datangnya règina didepanku. Yah dia lumayan benar-benar menggunakan banyak waktu di toilet sana.

“Sacha, aku dah siap nih. Rasanya jauh lebih baik sekarang” (Katanya)
“Baiklah mau lanjut liat set terakhir?” (Tanyaku)

“Boleh, terserah kamu aja. Toh besok juga libur weekend. Aku ngikut aja” (Balasnya)

Oke setelah berbincang sedikit, kami sepakat untuk kembali melihat sesi terakhir di studio ini. Butuh waktu sedikit tapi yah hal ini dapat membantu mengalihkan semua beban pikiranku.

(Sekitar 40 Menit)

“Ina, aku merasa haus. Aku ke pantry dulu yah sebentar cari minum” (Ucapku)

“Oke baiklah, aku tunggu disini yah” (Balasnya)

Aku segera berdiri dan berjalan menuju pantry, tetapi ditengah perjalanan langkahku, tak sengaja aku tersandung lalu menabrak seorang pria yang mengenakan jas hitam dengan dasi kupu-kupu. Ia terlihat cukup seumuran ayahku tapi bersikap sangat profesional.

“Maaf tuan, aku tak sengaja. Sungguh aku minta maaf” (Ucapku dengan memohon)

“Seharusnya kalau kerja kamu harus hati-hati dong, harus bersikap profesional” (Balasnya secara tegas)

“Maaf sekali lagi tuan, aku benar-benar tak sengaja.” (Ucapku kembali dengan rasa bersalah)

“Baiklah, lain kali jangan diulangi. Kamu kerja bagian apa disini? Penata rias atau tata busana?” (Ucapnya)

“Maaf tuan, tapi aku sebenarnya bukan staf ataupun pekerja disini. Aku hanya sedang menunggu temanku yang sedang bekerja disini” (Balasku dengan senyuman)

“Oh ternyata begitu. Wah itu justru lebih baik” (Ucapnya)

“Memangnya kenapa tuan?” (Tanyaku dengan muka imut)

“Lihatlah senyuman milikmu nona, itu sangat indah. Wajahmy juga lumayan cantik, sikapmu cukup anggun. Postur tubuh juga kalau dilihat-lihat lumayan oke.” (Ucapnya)

“Makasih tuan. Tapi ada apa yah?” (Balasku dengan ramah walau aku mulai merasa sedikit risih)

“Sorry, aku tak bermaksud untuk merendahkan dirimu. Aku hanya mengatakan fakta yang terlihat oleh mataku. Dan menurutku kau memiliki semua dasar kriteria yang ada pada seorang model. Makanya kukatakan bagus kau bukan bekerja di sini, ditambah kamu miliki talent alami.” (Ucapnya dengan ramah)

Aku hanya terdiam, mencoba memperoses setiap kata yang keluar dari mulutnya.
“Apa kau tak ingin mencoba menjadi seorang model? Maukah kau bergabung dalam trainee yang ada di rumah produksi kami?” (Tawarnya padaku)

“Tunggu apa maksudmu tuan?” (Tanyaku untuk memastikan hal yang aku dengar ini tidaklah salah)

“Sekiranya maksudku jelas. Aku melihat kemampuan yang ada dalam dirimu dan aku menawarkan padamu untuk bergabung dengan rumah produksi milik perusahaan ku. Bagaimana apa kau tertarik?” (Tanyanya)

“Terima kasih tawarannya tuan, Jujur aku lumayan tertarik. Kalau boleh tau apa benefit yang akan aku dapatkan kalau aku bergabung dengan rumah produksi milik tuan” (Tanyaku balik)

“Wah kau benar-benar smart, langsung to the point. Benefit yang akan kau dapatkan cukup banyak dan berkesempatan besar. Pertama kau tak harus ikut audisi seperti para talent lainnya karena pihak kamilah yang menawarkan kontrak padamu. Kedua, kami akan segera mengikutkan dirimu kedalam trainee khusus yang sedikit berbeda dari para talent lainnya. Karena kami ingin mengasah skill yang dimiliki olehmu secara lebih mendalam. Ketiga, kau tak harus memikirkan biaya-biaya. Sama seperti rumah produksi pada umumnya, kami yang akan menanggung semua biaya make over yang diperlukan olehmu dan kau tak harus mengawatirkan pembayarannya karena jika kau berhasil diorbitkan kami akan memotongnya melalui gajimu perbulan. Keempat, karena rumah produksi langsung yang mendatangimu maka kau memiliki kesempatan yang lebih besar untuk segera di debutkan tetapi semua itu juga tergantung dari sejauh mana kau berhasil berkembang dibidangmu. Kelima, kami akan menyediakan tim manajemen khusus untukmu. Mereka yang akan mengatur hubungan mu dengan klien maupun setiap kontrak kerja yang akan bersangkut paut dengan namamu. Terakhir, di rumah produksi kami juga memiliki program baru untuk mengikuti tren dan kemajuan industri serta perkembangan teknologi. Maka dengan melihat usiamu yang cukup muda kau bisa berkesempatan untuk ikut hal itu. Karena di zaman sekarang menjadi model tak harus di runaway ataupun tampil elok di panggung catwalk, tetapi kau juga bisa menjadi model sosial media. Dengan memanfaatkan kemudahan teknologi maka kau akan memiliki peluang debut yang sangat besar. Dan masih banyak lagi, Bagaimana?” (Ucapnya)

“Baiklah tuan, biar aku pertimbangkan lagi terlebih dahulu. Soalnya aku juga masih seorang pelajar. Tapi bolehkah aku minta kartu nama dan catatan bukti sebagai kartu pasku nanti jika aku jadi menerima tawaran kontrak kalian” (Balasku)

“Oke Tentu saja, ini kartu nama rumah produksi kami, Dan ini catatan yang bisa kau jadikan sebagai kartu pasmu. Silahkan kau pikirkan dengan baik, kami akan menunggu 2 Minggu dari sekarang.” (Katanya dengan tersenyum)

“Maaf tuan, tapi bolehkah aku tau siapa namamu?” (Tanyaku)

“Oh maafkan kelancangan ku, aku sudah bersikap sedikit tidak profesional. Gara-gara asik menjelaskan aku sampai lupa memperkenalkan diriku sendiri. Baiklah perkenalkan namaku Gerald Ford, aku adalah CEO dari rumah produksi itu.” (Ucapnya dengan tegas)

“Iya nda papa, perkenalkan nama saya Sacha Blowsé. Nanti aku akan mencoba memberikan respon terkait keputusanku ini” (Balasku)

“Tentu gunakan waktu sebaik mungkin, kami pasti menerima apapun keputusan yang kau ambil” (Balasnya)

“Baiklah tuan, aku akan pergi ke sebelah sana. Terima kasih atas tawarannya” (Ijinku untuk pamit)
“Sama-sama, silahkan” (Katanya)

Jantungku berdegup dengan sangat kencang seolah ingin menjerit keluar. Dapat kulihat saat ini kembang kempis dadaku yang sangat terkontrol. Aku segera berlari kearah dimana aku dan Règina tadi duduk.

“Ya Tuhan, aku benar-benar tak membayangkan akan mendapatkan rejeki nomplok hari ini” (Syukurku)

Rasanya seolah seperti mimpi, yah mimpi ini akan segera menjadi kenyataan, cukup satu langkah yang harus aku ambil demi mewujudkan semuanya. Oh aku tak dapat berpikiran dengan jernih saat ini. Aku masih tak habis pikir awalnya aku hanya menyenggol nya tanpa sadar dan dia malah membalasku dengan hadiah kontrak. “Incredible” yup kata itulah yang dapat menggambarkan kejadian saat ini.

Kalau tak ingat malu, mungkin aku sudah lompat dan berteriak kegirangan saat ini. Aku dapat kontrak impianku. Tak bisa ku sembunyikan perasaan bahagia ini, saking senangnya semua aura positif terpancar pada diriku.

Perlahan tapi pasti aku sudah kembali duduk di samping règina. Aku ingin segera pulang dan menikmati hari ini, rasanya aku ingin segera mengabari orang tua dan para saudari-saudari ku.

“Eh nona, kok ngayal aja sih. Dari tadi aku ajak bicara kamu nggak denger yah” (Tutur Règina)

“Apaan sih ina, ganggu aja deh. Orang lagi asik nih” (Balasku)

“Aduh.. kok kamu malah mau mimpi disiang bolong ntar kesambet loh.” (ujarnya)

“Biar, biarin aja!” (Kataku dengan muja yang manyun)

“Ya elah, kamu dikasih tau malah ngelunjak. Terserah aja dah! Lagipula katanya tadi kamu haus, mana minuman mikikmu?” (Ucapnya)

Seketika aku sadar bahwa tujuanku ke pantry tadi untuk ambil minum tapi rasa hausku sepertinya sudah hilang. Nggak tahu pada berlarian ke mana. Semua kekeringan dahagaku kini berganti rasa semi di tenggorokanku.

“Nggak, aku nggak jadi haus.” (Balasku secara singkat)

“Idih aneh banget kamu, jangan-jangan udah kesambet lagi” (Ucapnya)

“Jangan ngawur deh kamu Ina, I'm okay” (Kataku)

(Tak terasa waktu tengah berlalu)

*David POV

Akhirnya pekerjaanku hari ini telah selesai, kini aku dapat segera beristirahat. Tapi aku teringat lagi kejadian tadi, Sacha dan temannya Règina datang ke studio ini atas panggilan dariku. Namun yang tak habis pikir, kemarin Sacha berhasil melihat aku secara bugil tapi sekarang dia justru malah melihat hal yang sempat membuat dirinya penasaran tempo waktu itu. Aku sungguh merasa malu memikirkannya, bukannya sama saja sekarang sacha telah melihat setiap inci tubuhku tanpa terkecuali.

“Sial, kenapa harus seperti ini?” (Desisku)

Ditambah temannya sacha juga telah melihat juniorku ini padahal kami baru saja bertemu dan berkenalan. Pasti dia akan merasa canggung banget. Tapi kalau dipikir-pikir teman sacha si règina itu cukup manis juga yah! Rambut blonde nya benar-benar mempesona.

Well, karena pekerjaanku telah selesai aku berpikir untuk mengajak mereka makan malem bareng pasti asik, sekalian hal ini dapat ku gunakan untuk menjernihkan masalah yang ada. Apalagi rasa canggungnya. Aku harap Sacha tak berpikir macam-macam tentangku secara tadi ia benar-benar menatapnya dengan muka yang sangat syok.

Setelah aku merasa siap, aku ambil semua peralatan milikku terus aku keluar dan mengalahkan kakiku kearah sacha dan temannya.

“Eh, kalian lapar nggak? Sebelum balik yuk singgah makan” (Ucapku)

“Maksud kamu dinner bareng?” (Balas Règina)

“Iya, seperti itu” (Sahutku dengan tersenyum lebar)

“Kalau gitu kalian aja yah, aku pulang duluan” (Balas Règina dengan senyuman)

“Jangan gitu dong, masa cuman berdua aja. Terkadang lebih ramai itu lebih seru loh” (Ucapku berusaha membujuknya)
“Kamu harus ikut juga ina, nggak baik loh nolak niat baik seseorang..” (Ucap Sacha)

“Tapi kan...” (Balas Règina nenyanggah ucapan sahabatnya itu)

“Pokoknya ngga ada alesan, kalau kamu ngga pergi aku juga ga akan ikut” (Respon Sacha memotong kalimat Règina)

“Yaudah karena semuanya sudah saling sepakat, yuk kita pergi bareng. Katanya disekitar sini ada restoran Jepang yang baru buka” (Tuturku)

“Ngincar promo vid?” (Tanya Sacha dengan kode matanya)

“Nggak juga sih tapi iya haha, cuman dengar-denger dari para kru katanya menu yang disajikan lumayan lezat” (Balasku dengan tawa)

Akhirnya kami semua pun sepakat untuk pergi kesana. Ditambah karena tempatnya tak terlalu jauh, kami putuskan untuk berjalan menuju ke sana.

Setelah sampai disana, aku segera memesan menu yang akan kami santap, Mereka percaya dan setuju aja pada pilihanku. Sambil menunggu orderan kami, aku memulai topik pembicaraan dari bagaimana mereka saling kenal sama, kehidupan dan kegiatan sekolah mereka hingga sampai peristiwa toilet tadi siang.
Saat aku menyinggung topik toilet tersebut, dapat kulihat kedua wajah mereka perlahan memerah. Règina jadi salah tingkah sedangkan Sacha malah mematung dan menundukkan kepalanya kebawah. Namun pada akhirnya aku menyampaikan permintaan maafku walau sebenarnya aku tak salah. Obrolan kami terputus saat makanan orderan kami perlahan disajikan para pelayan diatas meja. Ku perhatikan ekspresi mimik wajah mereka berdua yang masih saja diam mematung karena perasaan bersalah dan hal ini terus berlanjut hingga akhirnya kami selesai makan.

“Wah kencangnya, gimana menurut kalian? Boleh juga yah rasanya” (Ucapku menghentikan keheningan senyap ini)

“Iy-iya kamu benar, rasanya enak” (Jawab Règina)

“Gimana menurutmu Sacha, apa enak?” (Tanyaku padanya untuk memancing dirinya berbicara)

“Oh,, iya lumayan. Biasanya aku tak terlalu menggemari makanan Asia tapi overall rasanya boleh pas di lidah.” (Balasnya)

“Well btw tadi aku lihat kamu ngobrol dengan tuan Gerald yah? Apa yang kalian perbincangkan” (Tanyaku)

“Siapa itu tuan Gerald?” (Sahut règina)

“Dia itu salah satu CEO di suatu rumah produksi” (Balasku)

“Oh gitu, emang ada apa cha? Kok aku nggak lihat yah, padahal tadi kita selalu barengan. Memangnya ada apa cha?” (Tanya Règina dengan ekspresi seorang detektif)

“Baiklah aku akan menjawab semua pertanyaan kalian. Tapi slow, calm dulu.” (Balasnya)

Akhirnya Sacha membuka kembali mulutnya dan menceritakan bagaimana ia sampai bisa bertemu dengan tuan Gerald hingga bagaimana ia mendapat tawaran kontrak dari rumah produksi mereka.

“Wah luar biasa, Sacha kamu hebat banget. Berarti kamu akan segera terkenal yah” (Ucapnya dengan bangga sembari memeluk sahabatnya itu)

“Tingkah kalian ini lebih mirip seperti sepasang saudari dibandingkan sebagai seorang teman” (Sahutku)

“Begitulah hubungan yang ada diantara kami, sangat begitu kuat dan erat” (Respon Sacha dengan bangga sembari membalas pelukan sahabatnya)

“Tapi cha, kok kamu nggak cerita yah ke aku. Kamu ternyata ngga jadi minum karena udah keburu hilang hausmu. Apa itu karena tawaran dari tuan baik hati itu” (Ucap règina dengan muka imut)

“Hahaha kamu kenapa kok jadi gini? Bukannya ga mau cerita, tapi aku emang mau surprise-in ini buat kalian” (Balasnya dengan sedikit tertawa)

“Jadi apa kau telah menerima atau mendatangani kontraknya?” (Tanyaku)

“Belum sih, aku mengatakan padanya agar aku pertimbangkan ulang terlebih dahulu” (Balasnya)

“Emang apa lagi sih cha yang kamu mau tunggu? Bukannya ini mimpi besar kamu yah? Kamu kan datang ke LA demi semua ini, kok bisa kamu masih mikir-mikir lagi” (Respon Règina)

“Bukan gitu ina..” (Balas Sacha)

“Sebenarnya tindakan Sacha itu udah sangat benar. Jangan bersikap terburu-buru dan langsung main tanda tangan kontrak aja.” (Ucapku memotong kalimat Sacha)

“Emang kenapa? Bukannya semua benefit nya menarik?” (Balas Règina)

“Bukan begitu, yang namanya promosi pasti yang diunggulin yang bagus-bagus aja didepan dan yang nggak bagus pasti diumpetin. Oleh karena itu kita jangan mudah terpengaruh dan tergiur oleh kehebatan kosa kata yang mereka gunakan. Kau boleh untuk berkata setuju namun jangan langsung main tanda tangan kontrak tanpa tau dengan jelas semua ketentuannya secara detail. Karena jikalau kamu sudah tanda tangan kontrak maka otomatis kau akan terikat didalam sana sekalipun ada aturan atau ketentuan yang sebelumnya tak pernah dibahas. Ditambah kau tidak bisa mengelak, karena kau telah bertanda tangan di kertas tersebut. Dan jika kau bertindak diluar atau bertentangan dengan kontrak mereka bisa menuntutmu balik” (Jelasku)

“Wah kok bisa gitu yah kejam” (Ungkap règina)

“Begitulah kenyataan dunia ini Ina” (Respon Sacha)

“Yup benar, kau harus bermain cerdik di industri kalau kau tak ingin dimanfaatkan orang lain dengan mudah.” (Balasku)

“Jadi begitu yah, aku baru tahu” (Ungkap Règina)

“Well, berapa banyak waktu yang diberikan padamu Sacha?” (Tanyaku)

“Oh aku diberi kesempatan 2 Minggu untuk memikirkan semua ini” (Ungkap Sacha)

“Hmm, begini saja jika kau pada akhirnya memutuskan untuk setuju aku akan membantumu dalam membuat negosiasi dengan mereka. Aku juga punya kenalan yang cukup ahli menerjemahkan setiap kata dalam kontrak. Semoga hal ini bisa membantu mu” (Ucapku)

Melihat dirinya tersenyum merupakan sesuatu hal yang luar biasa untukku. Aku senang bisa membuat dia terus bahagia. Apakah dia juga merasakan hal yang sama denganku? I mean is she really love me?
.
.
.
.
.
Bagaimana dengan episode kali ini guys?

Please keep like, Comment, Vote, Follow & Subscribe yah

Btw welcome back, sorry kalau aku comback tiba-tiba.

Mulai dari episode/chapter 15 aku resmi balik lagi untuk nulis dan upload untuk kalian.
________
Next episode :
Apa itu? Kenapa banyak obat didalam tas plastik itu? Terus sepertinya aku mengenal siapa dokter tersebut. Apa yang kau inginkan? Kenapa kau menabrak diriku? Emang aku sekecil apa Sampai tak terlihat oleh kedua matamu itu.
.
.
TBC
Thank you for coming to my Novel!
Semua cerita ini murni datang dari pikiranku dan melihat antusiasme kalian membuatku terus semangat dalam menulis.
I love you!
See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience