Chapter 6 : Taste Of Me

Vampire Series 3362

*Sacha POV

Aku telah tiba di halte, saat ku ingin memesan arah perjalananku di bus, aku melihat pengumuman di layar komputer saat ini banyak dari supir bus hari ini tidak beroperasi.

“Sial, sepertinya ini karena berita parade yang akan diselenggarakan disini jadi banyak jalan yang ditutup” (Gumamku)

Yah sudah setidaknya masih ada 2 Bus yang masih beroperasi ke arah rute yang melewati sekolah ku. Setelah aku selesai check in, langsung ku melangkah menuju ke ruang tempat busnya akan datang.

“Oh no! Kenapa penumpangnya banyak sekali, aku harus bergegas masuk jika aku masih ingin mendapatkan kursi untuk duduk” (pikirku)

Yah bukannya apa, tapi memang aku memiliki pengaruh mabuk jika berdiri di Bus. Makanya aku harus sebisa mungkin dapatkan tempat duduk.

Akhirnya busnya pun datang, saat pintu terbuka aku langsung melangkah dengan cepat masuk dan mataku tertuju pada kuri di pojok depan sana yang masih kosong.

“Ah, begini kan asik” (legaku setelah mendapatkan apa yang aku mau)

“Wow, penumpang nya makin banyak yang masuk. Sial ini sangat terasa sesak” (Tambahku)

Tak terasa 15 menit telah berlalu, sepertinya kami akan sampai agak telat dari biasanya di karenakan banyak jalan yang ditutup. Mataku sekarang tertuju pada seorang nenek yang sedang berdiri tak jauh dariku.

“Kasian, pasti nenek itu merasa lelah. Dan sepertinya tak ada orang yang merasa peduli untuk membantunya. Apalagi Bus ini sangatlah sesak oleh penumpang. Kalau dilihat penumpang yang ikut sepertinya telah melewati batas kapasitas maximum yang ada” (Gumamku)

Akhirnya aku pun memutuskan untuk bertukar posisi dengan nenek yang sedang berdiri tersebut. Sepertinya jarak ke sekolah juga sudah tak terlalu jauh, pasti aku bisa menahan perasaan mualnya.

“Tidak Sacha sepertinya kau telah salah” (gerutuku dalam hati)

Walau jarak ke sekolah masih sekitar 15 menit lagi tapi aku sudah merasa tak enak berdiri padahal ini baru 5 menitan. Setiap goyangan dan belokan membuat semua orang khususnya yang berdiri terhimpit menjadi satu. Perasaan ini sungguh menyiksaku perlahan.

Namun apa ini? selain aku tak suka merasa mabuk perjalanan, aku juga tak suka situasi yang seperti ini dimana para pria mesum akan senang memanfaatkan situasi kayak begini untuk menyentuh kami para kaum wanita. Aku sudah tau hal ini sejak kecil, ayahku lah yang memperkenalkan sisi-sisi dari dunia padaku. Kalau masih sesama cewek walau terbilang aneh tapi masih lebih baik bagiku. Tetapi tiba-tiba..

“Apa ini? Apa yang sedang kurasakan? Kenapa sepertinya ada suatu benda yang sedang bergesek dengan bokongku? Aku sangat bingung tapi dapat kurasakan dengan pasti benda itu seperti sedang mengembang dan membesar. Oh tidak sepertinya aku tahu benda apa itu!” (pikirku dengan kacau)

Aku telah berusaha mencoba tuk menjauh, namun situasi saat ini tidaklah memungkinkan. Jalan satu-satunya adalah pasrah akan keadaan.

“Tapi bukan Sacha namanya jika langsung menyerah begitu saja dengan mudah” (umpatku)

Maka aku mencoba terus berusaha maju ke arah depan, tetapi apa yang terjadi. Bus yang kami tumpangi sepertinya memotong jalan kearah bukit agar supaya bisa sampai ke titik rute target dengan cepat. Karena jalanan ini tanjakan aku sedikit lengah sehingga tangaku sekarang terlepas dari tempat pegangan ku. Tak terasa aku terpental kebelakang namun ntah mengapa aku malah menutup mataku seolah aku sedang melayang diudara. Emangnya aku sudah jadi artist, yang saat melompat para penonton akan menangkapku lalu bersorak untuk ku.

Saking tak sadarnya diriku, aku baru saja merasa seperti habis mencium seseorang. Aku langsung terbangun dari lamunanku dan para penumpang yang lain menegurku dan menyuruhku untuk hati-hati.

“Rasa apa tadi yang baru saja menempel di bibir ku? Apa itu nyata? Ngga mungkin deh sepertinya itu hanyalah bayanganku saja” (pikirku)

Tak terasa bus pun telah sampai di halte dekat sekolah, aku segera turun dan berlari keluar. Aku ingin segera ke kamar kecil untuk mengecek kondisi diriku. Sepertinya aku terlihat kacau akibat naik bus tadi, masa iya aku harus masuk ke sekolah dan diliatin orang-orang dalam kondisi saat ini.

“itu akan menjadi mimpi terburuk bagiku jika hal tersebut beneran terjadi” (Gumamku)

Selesai, akhirnya aku sekarang terlihat jauh lebih baik. Kembali menjadi Sacha yang para kaum adam idolakan dan para kaum hawa irikan. Soalnya tadi aku bukannya terlihat sebagai princess justru malah lebih mirip dengan Astuti, pembantu rumah tangga yang ada di serial film-film.

Seperti biasa saat ke sekolah para siswa semua masih saja terpukau dengan diriku, namun para siswi seolah tak senang melihat diriku. Hampir tak ada siswi yang memberi atau membalas sapaan dariku, sepertinya mereka masih terpengaruh kejadian kemarin. Tak sedikit juga kudengar mereka berbisik-bisik tentang seberapa buruknya diriku.

“sacha kau harus hentikan jadian ini sebelum terus berlanjut. Jangan biarkan masalah ini terus berkembang, aku harus mengatasinya” (ucapku dalam hati)

*Mark POV

Aku merasa sangat malu dengan kejadian tadi. Sepertinya dia juga merasakannya, karena dapat aku rasakan dia mencoba bergerak untuk menghindar dariku tapi hal tersebut justru membuat ku “milikku” makin ON. Ah sudahlah lupakan aku tak ingin mengingat hal ini!.

Namun aku jadi teringat, kalau tadi pas masih di bus aku merasakan ada yang mencium pipiku. Aku nggak mungkin menghayal, karena dapat kurasakan dengan jelas hal tersebut. Sayangnya aku tak melihat siapa dirinya, siapa yang mencium ku itu. Yang ku tau dia adalah seorang cewek, karena aku mendengar penumpang menegur dan menolongnya. Yah itu pasti dia, sepertinya ia terjatuh sewaktu sedang berdiri tadi lalu tak sengaja ia mencium pipiku ini. Untung tak ada yang memperhatikan seberapa merah mukaku dibuat olehnya, aku bisa malu banget jika para penumpang sampai menyadari nya.
Sesampainya disekolah aku segera bergegas masuk dan langsung menuju kelasku dengan cepat. Yah karena aku ingin menghindari isu gosip yang pasti mereka sedang bahas hari ini mengenai diriku dengan cewek gila itu. Oh iya aku juga baru sadar bahwa aku tak melihat keberadaan cewek aneh itu sejak terakhir aku melihat dia di gym.

“Apa dia ngga masuk sekolah hari ini? Apa dia takut atau malu menghadapi orang karena kejadian kemarin?. Iya mungkin saja sih, tapi dia sepertinya tak kelihatan sedih.” (Gumamku)

“Ah sial, semua orang dikelas ku kini menatapku dengan tatapan yang mematikan” (ujarku)

Dapat kurasakan tatapan itu menginginkan jawaban, yah pasti jawaban atas kejadian kemarin. Aku belum masuk grup chat kelas ini, dan pasti mereka sudah membicarakan tentang ku. Aku juga tak merespon setiap panggilan maupun pesan dari teman-teman ku. Yah itu jelas karena aku tak ingin ribet, aku tak mau membahas hal ini lagi.

“Apa yang terjadi diantara dirimu dan cewek itu? Siapa anak cewek kemarin? Kenapa kalian bisa bertengkar? Apa benar dia masih anak freshman year? Katanya dia pacarmu, benarkah itu? Bisa kau jelaskan kepada kami? Dia lumayan cantik kau juga tampan, jadi kalian pasti berhubungan diam-diam yah?, Apa kalian pacaran? Apa dia benar tipe cewek gatal yang sungguh merayumu?” (kata mereka yang sudah seperti polisi yang sedang memecahkan kasus)

“SUDAH CUKUP, HENTIKAN!” (Teriakku)

“Kenapa sih kalian kepo banget? Apa kalian segitu ngga punya kerja yah sampai harus ngebahas hal ini? Cukup hentikan semua kekonyolan dan kegilaan kalian. Hidupku bukan lah sesuatu yang publik yang dibuka untuk umum, sehingga kalian bisa mendiskusikan dan memutuskan nya sesuai kemauan kalian. Apapun yang terjadi diantara aku dan dia itu bukan sama sekali urusan kalian. Dan aku harap kalian tak perlu membahas hal ini lagi ataupun menerorku dengan pertanyaan yang sama terus menerus. Yang jelas aku sama dia itu tak ada hubungan apapun! Dia pun juga bukan siapa-siapaku.” (Ucapku dengan tegas)

Aku pun langsung beranjak duduk dan tak menggubris mereka lagi. Namun aku senang mereka semua berhasil aku tangani dengan baik. Aku tak perlu repot-repot menjawab mereka. Dapat kulihat para siswi di kelas ini maupun yang sedang mengintip dari pintu dan jendela tersenyum dengan bahagia seperti mereka baru saja memenangkan undian. Tak sedikit juga aku mendengar sorakan “Yes” secara halus.
Tak lama kemudian Guru masuk ke kelas kami, dan langsung memulai pembelajaran yang diawali dengan perkenalan singkat.

------
*Sacha POV

Sementara aku disini harus menelan ucapan dan hinaan mereka mentah-mentah. Aku masih tetap bungkam, aku tak tau harus memulai dari mana. Sebenarnya ini adalah hal buruk, karena jika kau diam maka tanda diammu akan dianggap sebagai persetujuan atas gosip yang sedang panas saat ini.
Tak lama kemudian kelas kami dimulai. Aku hanya punya 2 kelas hari ini jadi aku tetap akan pulang lebih cepat. Namun sebelum aku pulang aku ingin bertemu dengan règina seperti yang kami telah rencanakan ditelpon tadi pagi.

(Ting tong, bel pulang telah berbunyi)

Aku langsung segera cabut ke kelas règina tanpa berpamitan dengan teman-temanku. Sesampainya disana, aku langsung menunggu Règina didepan pintu kelasnya.

Dan akhirnya Kami putuskan tuk pergi ke café yang berada tak jauh dari sekolah ini.
Sesampainya disana aku langsung memesan capuccino late kesukaan ku Sedangkan Règina memesan iced dragon fruit.

“Jadi gimana kelanjutan hubungan kalian?” (ungkap Règina)

“Hubungan apa? Hubungan dengan siapa?, Jangan bilang maksud kamu adalah cowok aneh itu. Kalau dia sih ngga ad yang special. Cuman aku puas aja tadi pagi bisa ngerjain dia di gym.” (Balasku)

“Seriusan ca? Terus-terus gimana lanjut ceritain dong, kamu apaiin dirinya?” (Ucap Règina)

Dan aku akhirnya mulai menceritakan kronologinya secara detail padanya, aku bilang bagaimana aku membalas dirinya sekaligus membuat dia merasa malu. Hitung-hitung sebagai balasan akan rasa sakitku

Dia kemudian lanjut menanyakan bagaimana hari ku di sekolah tadi, apa yang aku perbuat dan bagaimana respon para siswa akan kejadian kemarin. Sontak akupun merasa sedih, aku seperti tak ingin menjawabnya namun bukan regina namanya kalau nggak bisa membuat orang sampai buka mulut.

“Astaga ternyata lumayan berdampak juga yah” (tegasnya)

“Begini deh, saran aku kamu jangan diam deh ca, nanti kamu malah jadi bahan bulyan mereka. Kamu harus strong! Tunjukkan taringmu agar supaya mereka takkan berani melawan dirimu” (tambahnya)

Aku takjub dengan setiap tips dan trik yang règina ajarkan padaku barusan. Ternyata begini yah kerasnya kehidupan di La. Katanya aku harus bersifat badass kalau mau unggul disini. Oke aku jadi makin semangat memperaktikkan setiap nasihatnya mulai besok.

“Sudah-sudah jangan terpesona begitu, kau harus mencobanya dulu dan aku akan membantumu melewati semua ini” (katanya)

“wah kau benar-benar malaikat penyelamatku ina, makasih yah” (ucapku)

“Btw kau mau tidak kita mencari informasi soal pria itu” (Balasnya)

“Memangnya untuk apa dan bagaimana caranya?” (ucapku)

“Aduh please deh ca jangan norak gitu, yah kan informasi ini akan berguna bagimu, kau juga bisa membalaskan dendammu kalau kau mau. Untuk caranya serahkan saja padaku, temanmu ini kau cukup tau beres aja!” (Ungkapnya)

Akupun akhirnya mengiyakan usulan dari règina. Aku juga lumayan penasaran tentang dirinya, siapa tau aku bisa memanfaatkan hal ini untuk membalasnya.

Règina sekarang mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan dengan sigap dia sekarang sudah terhubung dengan Wi-Fi café ini tanpa perlu meminta password terlebih dahulu. Tak lama kemudian aku melihat sekarang dia sedang berusaha masuk ke data base sekolah dan ia berhasil masuk dengan id palsunya. Sekitar 15 menit aku melihat aksinya, kini semua data tentang pria itu ada dihadapan ku. Semua informasinya tak terkecuali, règina juga mengambil informasi serupa dari internet mengenai pria aneh itu.

“Wah kau benar-benar hebat ina, kemampuan IT mu tak bisa diremehkan” (kataku dengan takjub)

“Ini, sekarang semua data mengenai dirinya baik yang ada di sever sekolah maupun yang ada dk internet sekarang sudah ada di laptopku. Mari kita lihat siapa sebenarnya cowok misterius ini” (ungkapnya dengan bangga)

Aku mengklik tombol hijau yang ada di laptop règina dan sekarang datanya telah tampil didepan mataku secara teratur. Ternyata nama lengkap pria itu adalah Mark Anderson Steward. Namanya cukup keren juga yah, wait a minute kok aku bisa langsung terpesona.

“Buang jauh-jauh Sacha pikiranmu ini” (umpatku dalan hati)

Ku tarik nafas dengan dalam lalu aku mulai membaca sambil menscroll datanya secara perlahan. Aku jadi banyak tahu informasi tentangnya, dia ternyata berusia 19 tahun namun dia udah ada di kelas senior, berarti dia lumayan pintar pasti orang akan berfikir kalau dia seorang kutu buku. Namun kalau lihat dari stylenya ga ada tuh yang menunjukkan dia seorang kutu buku, kan benar dia aneh!

Wow ternyata dia berasal dari Texas, pantas aja aksen yang dia gunakan itu sangat khas dan berbeda dari yang lain. Suaranya yang tebal dan mendalam benar-benar sangat cocok dan membuat dia terlihat sexy. Wait a minute, kok aku malah muji dia lagi sih, apa yang terjadi padaku?

Sekarang aku melihat asal sekolah nya, dan semakin di scorll aku semakin tau banyak tentang nya. Baik itu hobinya, orang tuanya, kesuakaanya, basic pendidikan dan keahliannya hingga moto dan tujuan hidupnya.

Ku pencet laman yang berada di pojok kiri, dan sekarang hal itu malah menunjukkan aku sisi lain dari Mark (kok aku langsung seenak jidat yah pakai sebut namanya di bibir suciku). Dia ternyata terkenal sedikit belagu dan keras kepala, dia terkenal dingin but actually cool person (yang nice looking gitu), dia tak punya banyak teman dan rata-rata hubungan pertemanan nya hanya terjalin disekolah, setelah sekolah dia takkan lagi saling berhubungan dengan temannya.
Saat aku lihat ke tabel kolom status, tertulis disitu bahwa ia seorang single alias jomblo.

“Haha sudah kuduga, mana ada cewek yang mau dengan pria aneh sepertinya. Tapi kok aku seolah merasa senang yah dia masih lajang. Perasaan menjijikan apa ini, tolong ampuni aku Tuhan” (ucapku dalam hati)

Namun betapa terkejutnya diriku saat melihat bahwa sebenarnya ia lahir di Inggris dan dia berkebangsaan British. Kok bisa yah tanyaku terheran-heran, dia ngga ad loh aksen atau logat British sama sekali. Apa dia menyembunyikan jati dirinya? Atau memang dia jenius dan menguasai banyak aksen sehingga memungkinkan dia mengganti logatnya tanpa dikenali orang sekitar.
“Sungguh misterius ternyata dirinya” (pintaku)

Wait dah, kok aku malah mulai berpikiran yang aneh. Dia misterius tapi tampan, mirip kayak pemeran cowok idaman di film-film

“Hufft, apa-apaan otakku ini? Dia cowok idaman? Aku saja pengen munta mendengarkan hal itu keluar dari bibir sexy ku sendiri” (Gerutuku)

Sekarang aku melihat foto-fotonya saat masih kecil, ternyata dia tak jauh berbeda dari sekarang. Masih sama loh tampan dan imutnya. Seketika aku tersadar, apa aku baru saja mengatakan dia imut?

“Arghhhh, sial sial sial! Apa yang terjadi padaku tuhan? (Umpatku)

Stop sudah aku tak ingin melihat hal yang lebih jauh tentang dirinya. Aku katakan pada règina tuk menyimpan informasi ini saja dan jangan menyebarkannya.

“Règina kamu bisa janji ngga? Kalau kamu ngga bakal ngomongin hal ini, apa yang sedang kita lakuin ini dengan orang lain? Soalnya aku tak ingin hal ini menyebar sampai bisa terdengar oleh Mark sialan itu” (kataku)

“Oke, tenang Sacha! Kamu ngga harus khawatir sepertinya kamu sudah memiliki bebanmu sendiri. Aku dapat melihat dan merasakannya loh dari tadi dan aku janji bakal tutup mulut aku rapat-rapat” (Balasnya)

“Bagus, makasih. Tapi apa sih maksudmu aku ngga paham” (jawabku)

“Sudahlah tekanan luar dan dalam di batinmu sedang sulit yah kau kontrol. Saran aku aja yah kalau memang suka yah diakuin aja jangan ditolak perasaan jtu, karena itu adalah anugrah terindah dari Tuhan. Selagi mumpung belum terlambat loh” (Bisiknya di telingaku)

Apa sih aku jadi galau dan bete sama Règina, tanpa berbasa-basi lagi aku segera pamit dan pergi dari cafe ini meninggalkan dia disana
Aku memesan taksi secara online dan langsung segera bergegas pulang. Namun dalam perjalanan aku terpikirkan semua kejadian tadi.

“Ada apa denganku? Apa yang terjadi pada diriku? Apa aku benar-benar memiliki perasaan pada Mark? Seberapa jauhkah aku telah jatuh dalam semua ini? Apa hal ini bisa dinamakan cinta?”

Pertanyaan-pertanyaan itu terus bergema dikepalaku namun tak satupun ada jawaban yang pasti kutemukan disana.
“Sebenarnya permainan takdir apa yang sedang terjadi?” (Bingunku)
.
.
.
.
.
Bagaimana menurut kalian episode/chapter kali ini?
Beritahu aku opini dan pendapat kalian di kolom komen yah!
Make sure kamu juga vote cerita ini agar supaya aku rajin update!
____
Next Episode :
“Kau? Dari mana kau bisa tahu namaku? Seingatku aku tak pernah memperkenalkan diriku padamu! Jawab pertanyaan ku cewek aneh, jangan mengelak kau sudah tak bisa menghindar. Mampus habislah diriku tak ada lagi jalan untuk kabur”
.
.
TBC
Terima kasih sudah menyempatkan waktu kalian untuk membaca ‘UNTOUCHABLE'
I love you guys so so much!
Please follow aku juga dong!
See ya in the next Episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience