Chapter 42 : Totally Right

Vampire Series 3362

Author POV
Kesalahan berasal dari suatu kebenaran yang tertunda. Memupuk cinta dengan harapan, berpikir masa depan mungkin akan cerah dengan sendirinya. Peluang adalah hal utama yang akan mucul di dalam pikiran. Menyebrang batas tanpa arah, melewati lampu lalu lintas. Keseharian yang dijalani merupakan suatu kesucian ataukah hal tersebut merupakan pelarian. Sesaat mungkin indah, namun bagaimanakah pertanggung jawaban dari kata ‘selamanya’. Masa depan adalah satu alunan dari rangkaiaan kehidupan yang hanya bisa di ramalkan, di asumsikan, suatu prediksi untuk melangkah. Tak ada yang namanya ‘totally right’, ‘kebenaran hakiki’ atau apapun namanya. Tak perlu disanggah, bukalah pikiran dan nikmati kenangan. Hiduplah di hari ini karena hari esok merupakan misteri dan hari kemarin merupakan sejarah.
Beginilah sekarang sacha menjalani kehidupan miliknya. Yup terjadi sedikit perubahan dan pastinya membutuhkan penyesuaiaan. Lembaran baru? Lembaran lama? Tak ada yang tahu. Yang jelas kini dirinya melanjutkan hidupnya mengikuti arah takdir melangkahkan kakinya.

“Babe, siang nanti kita lunch-nya di ‘delicious’ café yah. Aku yang jemput”
Itulah isi pesan suara yang sekiranya di terima oleh sacha di ponselnya. Kini dirinya justru tersenyum sendiri melihat foto mereka berdua. Foto yang di ambil olehnya di malam itu dan kini menjadi gambar tampilan depan atau istilah populernya ialah wallpaper di ponsel miliknya.
“Okay, aku udah keluar. Sekarang lagi di gerbang sekolah, tunggu aku di taman biasa yah”
Balas Sacha lewat ketukan jari-jemarinya lalu mengirim chat tersebut ke pada sang kekasih, tentunya tak lupa emoji hati di akhir kalimat.

Satu hal yang di ketahui oleh dirinya dengan pasti yakni beradaptasi dengan satu kehidupan baru nyatanya tak sesulit seperti apa yang dia bayangkan selama ini. Perasaan cemas dan pikiran berlebih benar-benar sempat membuat rasa percaya dirinya menurun. Sesaat dia sempat merasa seolah dirinya sedang menghadapi anxiety. Namun sekarang dia tahu bahwa semua hal yang di alami oleh dirinya hanyalah sebuah misunderstanding dan kurangnya komunikasi. Yah hal itu adalah wajar karena dirinya sendiri tak memiliki satu pun pengalaman yang dapat mengajarinya semua hal yang ia butuhkan.

Sebuah mobil terlihat memarkir di ujung sudut taman dan dari dalamnya keluarlah seorang yang tengah berjalan kearah dirinya tersebut dengan penampilan yang sangat ciamik. Rip jeans dengan denim jacket lengkap dengan kaca mata hitam membuat daya tarik pria yang satu ini meningkat berkali-kali lipat. Dari gayanya berjalan, postur tubuh yang mantap sungguh membuat dirinya seperti tengah melakukan fashion walk.
“Babe, sorry yah agak sedikit lama” (Ucap david yang seketika membuat lamunan sacha buyar)
“Tadi sedikit macet dan aku juga baru saja habis membeli bahan bakar untuk kendaraanku” (Tambahnya semnbari memegang kedua tangan sacha dengan lembut)
“Oh, it’s fine. Gak papa, gak lama juga kok” (Balas Sacha lalu ikut membalas genggaman tangan david)
Keduanya kini berjalan kearah dimana david memarkirkan mobilnya itu, kemudian mereka berdua pergi ke tempat dimana mereka janjian unttuk makan siang sebelumnya.

(Sesampainya disana)
“Kamu mau pesan apa babe?” (Sahut David)
“Aku cukup makanan yang health aja dengan ekstra protein. Soalnya minggu ini aku lagi banyak job untuk sesi pemotretan” (Ungkap Sacha)
“Okay kalau begitu aku order dulu yah” (Kata David)
“Oh iya, aku duluan yah, sekalian cari spot bagus untuk kita” (Balas Sacha)
“Kalau untuk minumnya kamu mau apa?” (Tanya David)
“Aku pesenin green tea aja tanpa gula sama sekali” (Balas Sacha lagi)

“Hello, selamat siang, selamat datang di delicious café. Ada yang bisa kami bantu?” (Ucap salah satu pelayan yang kini tengah melayani David)
“Oh, aku mau pesen 2 makanan siang special diet nya, dan juga untuk minumnya 1 gelas dragon ice coffe ukuran sedang serta 1 green tea dengan ukuran yang sama” (Sahut David)
“Okay tuan, untuk makanan diet-nya mau yang dari bahan dasar roti atau yang jenis salad” (Tanya nona pelayan)
“Kayaknya yang jenis salad aja, untuk kedua-duanya” (Balas David)
“Okay ada yang ingin di tambahkan tuan?” (Tanya pelayan itu lagi)
“Untuk porsinya yang normal aja, salad yang A pakainya lebih sayuran dan buah buahan aja dengan saus kacang, sedangkan salad B yang ada irisan campuran dagingnya dengan saus avocado” (Jelas David)
“Oh iya pesanan telah terorder, mohon tunggu di waiting linner yah. Sebelumnya untuk pembayarannya mau lewat metode apa?” (Ucap nona pelayan tersebut)
“Baiklah. Lewar Vitual e-wallet aja.”

David POV
Rasa senang dan kebahagian sangat jelaslah terukir di wajah milik ku ini. Aku tak pernah menyangka bahwa sesuatu yang dulunya aku pikir hanya sebuah angan-angan ternyata sekarang menjadi suatu kenyataan. I might be one of the happiest man today, gak papalah sedikit bucin.
Aku mengira cinta dan perasaanku ini takkan terbalaskan, tapi aku salah. Karena aku ingat jelas bagaimana peristiwa yang terjadi di malam itu. Rasa bersalah, penyesalan, kekecewaan semuanya telah sirnalah sudah. Para penyair benar saat mengatakan bahwa hujan turun tuk membersihkan jalan, dan pelangi merupakan lukisan kenyataan.

(Flashback ON)
“Please jangan salahkan dirimu. Biarkan aku yang menanggung segalanya. Jujur aku belum pernah ditembak oleh seseorang. Belum pernah ada seseorang dalam hidupku yang menyatakan dirinya mencintaiku. Tentunya setelah ayahku dan keluargaku” (Jawab sacha sedikit gugup)
“No, aku juga salah. Aku yang kasih kamu waktu untuk memikirkan semuanya. Jadi aku memang sudah seharusnya memberimu ruang yang kau butuhkan” (Kataku sembari tangan ini mengenggam tangan miliknya)
“Sudah, berhenti untuk saling menyalahkan. Kedatanganku kesini mengajakmu yakni untuk memberitahukan keputusanku. Namun sebelumnya aku berterima kasih karena dirimu sudah bersedia meluangkan waktu untuk datang, dan juga sudah bersabar padaku” (Ucap Sacha)
“Aku ingin mengatakan bagaimana perasaanku, aku harap ini adalah keputusan yang terbaik” (Tambahnya)
“Iya apapun keputusan yang kau ambil, apapun jawaban yang keluar dari bibir indahmu itu, aku akan mencoba tuk menerimanya. Meskipun jika nanti itu terasa berat” (Jelasku)
“No, no, no.. no more tears” (Tegasnya)
“Jangan ada kesedihan ataupun kebencian di antara kita. Aku sama sekali tak ingin melihat hal itu terjadi” (Tambah Sacha)
“Baiklah, akan aku coba terima dengan lapang dada” (Ucapku)
“Mari kita bersikap sebagai layaknya orang dewasa. Karena hal ini juga sebenarnya tak mudah bagiku. Jika harus jujur aku juga mengalami kesusahan untuk memikirkan semuanya, terkhususnya saat membuat keputusan yang tidak menyakitkan dan dapat saling kita terima bersama.” (Jelas Sacha)
“Alright, I’ll try it.” (Kataku)
“Aku selama kurun waktu belakangan ini mengindari kamu karena aku tak memiliki jawaban pasti atas pertanyaan yang kau ajukan di malam itu. Tapi aku juga sadar di momen dimana aku berusaha menimbang dengan jelas aku secara tak langsung juga menyakiti dirimu. Jujur aku tak pernah berniat melakukan hal itu, but still aku gak bisa menutup mata seolah aku sama sekali tak berbuat apapun.” (Ucap Sacha)
“Namun aku sadar, dengan menempatkan banyak waktu untuk persoalan tersebut justru malah membuat aku menjadi seseorang yang over thinking. Dan I’m pretty sure, it’s exhausting. So yeah aku ingin bilang bahwa selama ini setiap aku menghabiskan waktu dengan dirimu, aku merasakan sesuatu hal lain yang berbeda dari yang aku rasakan pada kebanyakan orang. I love the vibe, the feeling, the magic from everything we had dan..” (Kata sacha memutus bicaranya)
“Dan aku mau mencoba mendalami hal ini dengan lanjut. Jadi sekarang pertanyaanku adalah maukah dirimu menerima aku yang labil ini dengan semua aksi konyol dan mungkin terlihat bodoh yang pernah aku lakukan? Would you take me and teache me what love is?” (Tambahnya sembari berdiri )
“Tentu saja aku bersedia. Aku akan menerima setiap kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirimu. Biarkan aku menggenggam tangan milikmu ini dan bersama kita jalani hari” (Ucapku lalu mencium dirinya tepat di bibir manis miliknya tersebut)
Ciuman ini pertanda sakral, emosiku jujur terasa sangat meluap-luap saat itu. Aku tak pernah menyangka hari itu, hari dimana aku tak harus merasa sendiri lagi kini tiba. Rasanya aku pengen berteriak di tengan taman di bahwah bintang yang mengitari malam ini. Aku benar-benar hampir mengeluarkan titisan air mata pertanda tak mampun menahan kebahagian sekaligus melepaskan batin ini.
“Berarti sekarang kita pacaran nih?” (Tanya Sacha yang masih tersipu malu)
“I guess we are. Tentu saja, kecuali jika kamu ingin memutuskan dan mematahkan hati aku sekarang” (Balasku yang setelah itu di ikuti oleh tawa kami bersama)
“Tuan..”
“Tuan…”
“Pesanannya sudah siap” (Ucap Nona pelayan)
(Flashback OFF)
.
.
(BERSAMBUNG)
Bagaimana episode kali ini?
Beritahu aku opini kalian di kolom komentar yah!
Sorry kalau banyak kesalahan dalam penulisan kata atau kalimat!
____
Next episode :
“Gak tahu kenapa, Setiap kali aku coba pastinya hal tersebut selalu gagal. Rasanya ada beban berat di mulutku setiap kali aku berusaha untuk mengatakannya. Rasanya seolah aku tak dapat menanggung jika nantinya akulah alasan penghambat hubungan kami.”
.
.
TBC
Thanks yang udah support aku dan meluangkan waktu kalian untuk membaca karyaku ini
I love you all!
Please follow, subscribe, like, vote dan share yah
Setiap respon kalian benar-benar berarti bagi penulis.
See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience