Chapter 10 : All The Lights

Vampire Series 3362

*Author POV

Sebelumnya, Mark sudah sangat tak tertahankan untuk mengetahui hasil dari uji labnya. Maka oleh karena itu dia sampai rela datang ke suatu tempat yang terlihat cukup menyeramkan hanya demi bertemu seorang dokter yang memegang hasil dari semua proses pemeriksaan yang dilakukan dirinya kemarin.

Setelah dia masuk dan duduk diruang dokter, kini Dr. Kevin membuka dan membaca hasil dari setiap pemeriksaan milik Mark.

Mark kelihatan sangat gugup dan ketakutan mendengarkan setiap kata yang di ucapkan dokter tersebut.

*Mark POV

Aku benar-benar sungguh tak sabar, rasa penasaran, rasa khawatir dan rasa takutku seperti telah tercampur aduk menjadi satu.

“Baiklah tuan Mark, kalau dilihat dari hasil tes penyakit dasar, selamat anda lolos. Tak ada penyakit dasar yang begitu sampai mempengaruhi anda, akan tetapi aku melihat sepertinya index darah anda sedang cukup tinggi” (Ucapnya)

Aku benar-benar bersyukur karena hal pertama yang terlontar dari mulutnya benar-benar sungguh hal yang cukup positif.

“Kita lanjut ke tes tahap 2, dari hasil scan di bagian kepala kami tak menemukan sama sekali adanya kecacatan pada otak anda. Semuanya nampak baik-baik saja” (Katanya dengan penuh keseriusan)

“Juga tak ada tanda-tanda bahwa anda memiliki penyakit atau kelainan yang diderita sejak lahir maupun karena sebab lain” (Tambahnya)

Oh Tuhan, aku sungguh bersyukur. Ke dua tes tersebut hasilnya sangat memuaskan. Aku mulai merasa sedikit lega.

“Kita lanjut pada tes tahap 3 yakni hasil dari sempel darah dan air seni. Dari sini dapat kami lihat bahwa kamu benar-benar cukup bersih. Tak ada bukti yang menunjukkan bahwa kau memiliki penyakit dalam ataupun penyakit kronis dan berbahaya lainnya. Kau nampak cukup sehat” (Tuturnya)

Aku nampak terlihat semakin lega, aku jauh merasa lebih baik dari sebelumnya.

“Namun sepertinya kau makan tak teratur, dan terkadang sering dehidrasi. Juga terdapat indikasi yang berhubungan dengan gejala-gejala insomnia” (Tambahnya)

“Iya dok, terkadang aku sering makan telat dan sering lupa untuk minum air. Aku juga akhir-akhir ini mulai memiliki masalah dengan tidurku.” (Balasku)

“Kau tak perlu khawatir, kami akan meresepkan padamu suplemen-suplemen yang mungkin dapat membantu dirimu” (Balasnya)

Namun raut wajahku yang tadinya terlihat super bahagia dengan senyuman yang tak dapat disembuhkan kini perlahan mulai berubah.

“Baiklah kita lanjut ke tahap 4, tes kali ini adalah serangkaian tes khusus yang berhubungan dengan masalah mental dan kejiwaan secara spesifik. Dapat kulihat hal dari hasilnya, sepertinya ini lumayan cukup sulit. Anda sedikit memiliki kompilasi pada mental dan kejiwaan dirimu” (Katanya)

“Benarkah Dok, separah apa?” (Responku dengan panik)

“Tenanglah, ini juga hal komplikasi umum yang masih berada di tahap standar. Kau hanya memiliki gejala Anxiety (Rasa kecemasan berlebih), sedikit gejala dari mental illness, dan Stress Issue. Dan jika ini terus berlanjut anda akan dihadapkan dengan permasalahan seperti Depression, Halusination, Panic attack, Fearness (Rasa takut berlebih) bahkan bisa lebih parah lagi.” (Ucapnya)

“Benarkah Dokter? Apa separah itu hal yang aku derita?” (Balasku)

“Tenang, anda tak harus menjadikan ini sebagai beban pikiran. Semua hal itu cukup wajar untuk dialami manusia, khususnya yang masih berusia muda atau remaja. Yang anda perlukan adalah sedikit rasa ketenangan, dan mengurangi segala rasa kecemasan yang ada pada dirimu. Cukup lepaskan semua rasa tekanan yang anda pada pundakmu. Cobalah untuk terus merasa rileks dan santai, ini akan sangat banyak membantu anda.” (Balasnya balik)

“Baiklah dokter, aku akan menuruti setiap nasihat darimu” (Tuturku)

“Apa kau mau aku terus melanjutkan hasil tes ini?” (Tanyanya)

“Tentu dok, aku sudah siap untuk semua kemungkinan” (Jawabku)

“Oke, dan ini adalah tes terakhir yakni tes kejujuran. Langsung saja yah, berdasarkan hasil laporan ini yang dapat aku lihat sekitar 50-60% dari tes ini anda berbohong. Kamu tak sepenuhnya menjawab dengan kejujuran, di beberapa pertanyaan dapat dilihat anda juga menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan jawaban mix feeling dan jujur kami ragu tuk percaya hal tersebut.” (Katanya)

“Sepertinya kau memiliki masalah yang lebih kau pendam sendiri. Dan sepertinya hal itu adalah cikal bakal dari semua permasalahan mu, tentu jika ini terus berlanjut kau benar-benar bisa terjerumus dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan kejiwaan. Terlebih lagi kau telah menimbulkan sugesti bahwa kau beneran memiliki suatu penyakit.” (Tambahnya)

“Dan kumohon! selagi aku yang sudah terlanjur menangani kasusmu, aku minta kau agar segera terbuka kepada diriku. Aku juga siap untuk mendengarkan segala keluh kesah hatimu. Aku tau itu adalah pekerjaan psikoterapi tapi aku juga mendalami hal tersebut jadi ku pikir aku dapat membantu dalam hal ini” (Ucapnya)

Aku pun jelas syok bahwa dokter ini bisa mengetahui sampai hal sedalam ini. Padahal aku sudah mencoba loh tuk menutup hal ini secara rapat. Maka aku katakan padanya

“Baik, dok maafkan aku. Akan aku coba lebih terbuka padamu”

Yah aku mulai merasa percaya pada dirinya. Ditambah aku juga tak ingin merasa jauh lebih terpuruk.

“Tapi apa kau yakin dok, aku tak memiliki masalah kejiwaan seperti multi kepribadian atau hal semacamnya” (Tanyaku)

Dia pun sedikit tertawa lalu menjawab

“Maafkan aku, tak seharusnya diriku melanggar etika dengam tertawa. Tetapi hal itu sangatlah tak benar, kau tak memiliki satupun tanda-tanda dari kelainan tersebut.”

Aku pun sedikit lebih lega dengan jawaban dari dokter Kevin. Dan kini ia memintaku jujur dan menceritakan apapun yang tersembunyi didalam benakku. Aku mulai terbuka pada dirinya, aku mulai menceritakan dari hal-hal yang kusukai sampai hal-hal yang tak aku sukai sekalipun. Aku juga bilang padanya terkait hobi maupun fobiaku hingga sampai pada alergi ku.

Namun dia sepertinya semakin tertarik untuk mengulik diriku lebih dalam, aku pun serasa terhipnotis dengan tiap katanya. Tak terasa aku pun mulai menceritakan padanya tentang setiap kejadian-kejadian aneh yang terjadai padaku dan Sacha. Bagaimana kami selalu bertengkar dan bagaimana dirinya telah mengusik jauh hidupku.

Tatapannya semakin terbuka, dapat aku lihat dia cukup tertarik pada kisah satu ini, aku menatap Dr Kevin manggut-manggut di setiap ceritaku, dia juga nge point dan menulis note kecil tentang ku. Well Aku benar-benar mengeluarkan semua bebanku yang ada di pundak yang menjadi beban pikiranku

“Bagaimana? Apa terasa sedikit lega?” (Tanyanya usai aku selesai bercerita)

“Iya lumayan dok“ (Jawabku)

Kini dia langsung menyimpulkan dam memberitahu aku satu hal yang benar-benar sontak membuatku terkejut mendengar kata-kata nya. Dia bilang aku sepertinya sedang jatuh cinta dan aku secara tak sadar sama sekali malah menjadikan hal tersebut sebagai beban dan tekanan yang mulai memicu gejala-gejala penyakit serius padaku. Dia juga menyampaikan padaku bahwa kami akan memiliki beberapa sesi mulai pekan depan untuk kontrol pemeriksaan dan dia yang akan menangani diriku secara langsung. Tak lupa ia juga memberikan aku resep terkait obat dan suplemen yang harus aku konsumsi.

Akhirnya setelah berada di rumah sakit ini cukup lama aku memutuskan untuk pulang, namun di tengah jalan aku mulai memikirkan maksud dari ucapan Dr. Kevin.

“Apa iya kalau aku sedang jatuh cinta”
“Jika itu benar aku sedang jatuh cinta kepada siapa? Jangan bilang kalau itu Sacha.”
“Jadi perasaan aneh ini mulai timbul karena aku jatuh cinta”

(Kalimat-kalimat seperti itu terus berputar di kepalaku yang tak kunjung henti)

Aku masih tak habis pikir bagaimana bisa aku jatuh cinta apalagi dengan cewek aneh itu. Sepertinya aku lebih memilih untuk jomblo 10 tahun lagi dari pada harus bersamanya.

****
*Sacha POV

Ntah ada apa dengan cowok dingin itu, aku masih tak habis pikir dia sungguh menyamar hanya untuk menghindari diriku sepulang sekolah tadi. There's no way dia ngga denger teriakanku setinggi 7 oktaf tadi. Alhasil aku jadi bete dan menggerutu sendiri, ditambah sekarang Règina sedang tak ada disisiku. Padahal aku rindu bertemu dengannya walau sehari saja kami tak berpapasan muka. Aku jadi rindu padanya, karena dialah satu-satunya orang yang selalu mau mendengarkan bacotan hatiku. Teman-teman dikelasku yang lain tak ada yang benar-benar terasa spesial, bagiku mereka hanya sebatas teman aja nggak sampe ke level Best friend.

Ditengah kegalauan ku, aku menerima notif dari David. Dia sedang mengirimkan aku beberapa pesan yang kini sedang ku baca. Wah ternyata dia mengajakku untuk jalan makan siang sekaligus singgah ke studio tempatnya bekerja. Tentu saja hal ini langsung membangkitkan hasrat didalam jiwaku.

“Omg this is my Hollywood’s dream” (Teriakanku dengan bangga)

Tanpa berbasa-basi lagi aku dengan singgap membalas David dengan kata “Big Yes!!”. Pastinya ku tak mau terlewatkan kesempatan luar biasa ini. Cuman sayang aja dia nggak bisa menjemput ku, dia hanya mengirimkan alamatnya saja.

Well, That’s okay! Yang penting aku bisa lihat potongan kecil dari Hollywood secara dekat sudah cukup bagiku. Makanya sekarang aku langsung memesan taxi online untuk segera menuju kesana.

Setelah sampai disana, betapa terkejutnya aku melihat studio ini sangatlah besar dan keberadaannya benar-benar sungguh privasi agar orang luar takkan tahu bahwa ada seorang artist yang sedang foto shoot didalam sana. Aku benar-benar terpukau dengan apa yang mataku sedang lihat. Mungkin menurut kalian aku kampungan, emang iya kok aku ga mau sok munafik. Karena kau takkan menjumpai hal seperti ini di New Orleans, terutama di daerah aku tinggal.

Tak lama ku melihat seorang pria familiar yang sedang tersenyum menggoda di ujung sana. Tentu saja itu David (Pria tipikable), sahutnya memanggil ku untuk masuk kedalam. Sontak aku sedikit terkejut, tapi wah lihatlah style David dia sangat tampan dengan outfit yang sedang ia kenakan.

“Syutt ngapain disitu aja, yuk masuk” (Ajaknya)

Aku tak menjawabnya, aku masih bersikap sangat memalukan. Biarlah ku puaskan hasrat jiwa ini sesuai yang aku inginkan.

Aku terkagum-kagum ternyata semua pekerja di Studio ini sangat fashionable, mereka juga terlihat super profesional. Aku yang dari tadi mengikuti David berjalan dia tiap ruang, dapat ku tangkap oleh mataku nama-nama selebriti yang sepertinya sedang ada di ruang dressing Mereka masing-masing.

Aku mengikuti sesi pemotretan David hari ini hingga selesai, lumayan tak banyak kok.

“Wah David terlihat sangat handal, dia juga sangat profesional” (Pintaku)

Aku dapat melihat selebriti itu sedang berpose dengan 1000 gaya dan mereka terlihat sangat cekatan. Seolah mereka sudah tau kemana arah kamera mendatanginya.

“Ternyata begini yah kehebatan para model di belakang layar. Inilah awal dari hasil pahatan “body of work”, benar-benar seni yang indah yang sekarang di konsumsi publik dalam bentuk majalah.” (Gumamku)

Tak lupa aku memanfaatkan momen-momen seperti ini untuk bertemu dengan para bintang publik tersebut. Aku juga bertanya satu pertanyaan di tiap artist yang kutemui. Pastinya aku juga mengambil foto dengan mereka, takkan mungkin ku lewatkan kesempatan emas tanpa kenangan.

“Aww, aku menabrak seseorang” (Rasaku)

Aku langsung minta maaf pada model tersebut dengan cara yang paling hormat, tetapi apa yang kudapat. Semua hinaan dan cacian maki darinya ia lontarkan padaku sepuas hati mil

“Dia benar-benar sombong, aku tak tau apa yang Nn nya pikirkan untuk menjadikan wanita garang ini sebagai role model mereka” (Pikirku)

Yah kalau sekedar melihat fisiknya emang dia sungguh lumayan cantik dan juga sexy. Kemampuannya beratraksi didepan kamera juga sangat luar biasa.

“Ya Tuhan, kenapa aku justru malah memujinya padahal ia barusan menganggap ku remeh” (Pikirku)

Dapat kulihat dia menukikkan tatapan tajam nan mematikan itu dari matanya padaku. Aku benar-benar sungguh merasa tak nyaman akan hal itu.

Namun seiring waktu, aku tak suka melihat tingkah wanita itu. Ia menyentuh David sesuka hatinya. Awalnya aku biasa saja toh aku dan David juga hanya sebatas teman. Tetapi tak lama kemudian setelah jadwal David selesai aku masih tak melihat dirinya. Jangan kalian tanyakan dari mana aku tu jadwal David, pastinya aku menanyakan itu pada sesama tim kerjanya disini.

Akhirnya akupun berinisiatif mencari dirinya sendiri, perlahan aku menyusuri tiap ruang yang ada disini. Betapa terkejutnya diriku melihat apa yang ditangkap mata ini. Aku melihat David tak berdaya dengan posisi Shirtless dan wanita itu sedang menciumi leher dan dada David.

“Eew, apa ini?” (refleks ku sembari menutup mataku)

Tadinya aku berpikir David benar-benar sangat into (berhasrat) dalam permainan mereka, dan hal itu membuatku jijik. Bukannya karena aku menjudge perbuatan mereka tetapi karena apa yang di tangkap mataku ini sungguh tak pantas dan lagian mereka juga tak berhenti walau sudah tertangkap oleh mataku.

Peristiwa “caught walk on them” (mendapati orang lain sedang bermesraan) sangatlah membuatku merasa akward. Sampai aku sadari bahwa David tak sepenuhnya sadar dalam pelukan wanita yang terlihat super agresif itu padanya. Yup di wanita sombong yang sama yang tadi tak sengaja aku senggol.

Merasa ada yang tak beres aku semakin melangkahkan kakiku mendekati mereka. Instingku menyuruh untuk mendorong wanita itu dari atas David dan ntah keberanian dari mana yang sedang mengalir dalam diriku yang membuatku mewujudkan instingku itu.

Dan benar apa, aku langsung menyadari saat melihat mata wanita tersebut bersinar merah.

“Sial kau ternyata seorang Vampir” (kataku dengan tegas padanya)

“Berhenti jangan ganggu aku, biarkan aku mencicipi mangsaku” (Ucapnya)

“Sepertinya dilihat dari tingkahmu yang tak merasa asing melihat ku pasti kau sudah tau tentang kami para vampir bukan?” (Tanyanya)

Dan ntah bodo atau tolol atau mungkin terlalu bernafsu dia sampai berpikir bahwa aku adalah manusia yang sudah tau tentang keberadaan vampir.

Pemandangan apa ini didepanku dia menanggalkan baju David dan mulai menghisapnya kuat-kuat tiap bagian inci badannya.

“Ah sial dasar cewek gila” (Pikirku)

Aku pergi lari ke pantry, mataku melihat alkohol diatas meja, garam di laci dan bawang di talenan. Tanpa terkecuali aku segera mengambil semuanya lalu mengaduknya menjadi satu dalam segelas mangkok. Tak lupa aku juga menambahkan bubuk kayu yang aku lihat di basement tadi menjadi satu dengan bahan-bahan lain. Aku berhasil membuat ramuan anti Vampir yang walau terkenal jadul tetapi ini masih sungguh eksis di kalangan vampir OG. Aku sendiri tau semenjak tubuh vampir berevolusi hal seperti bawang maupun garam sudah takkan mempan digunakan untuk melawan Vampir. Tetapi beda jika kau mencampurkan semua bahan-bahan ini menjadi satu terus lafalkan ayat-ayat suci sembari kau mengaduknya. Biasanya hal ini masih cukup berguna dan berefek pada vampir. Namun seperti yang kukatakan tadi karena evolusi vampir hal ini kadang sudah kebal pada kami. Sehingga satu-satunya cara ialah melakukan serangan langsung dengan menggunakan kayu atau bambu yang telah diruncingkan. Hal ini dapat membunuh para vampir jika kau tau arah dimana kau harus menusuknya.

Aku hanya mencoba berharap pada keberuntunganku, ditambah ia juga tak berpikir bahwa aku seorang vampir, maka aku bisa memanfaatkan sitiasi ini.

Setelah ramuannya siap aku segera melesat kembali ke ruang dimana wanita gila itu sedang memangsa David. Takkan kubiarkan hal apapun terjadi padanya.

Betapa syoknya ketika baku melihat wanita itu benar-benar sangat liar, ia sudah hampir menelanjangi David seutuhnya, Tinggal underwear david yang masih terpasang dan sepertinya ia hendak melepaskan itu juga.

“Astaga Dasar wanita gila! Makanlah ini!” (Teriakku)

Aku segera menyirami ia dengan ramuan yang ku buat tadi, dan untung saja ramuan seperti ini masih bisa berekasi pada dirinya. Aku melihat sebagian kulitnya yang terkena ramuan itu mulai melepuh seperti baru saja tersiram air mendidih.

Ia nampak sangat geram padaku, ia tadi juga refleks teriak setelah melihat kulitnya melepuh akibat ulahku. Matanya semakin memerah, kini dia melangkah pelan kearah diriku.

“Kurangajar dirimu Manusia! Sudah kuberikan kau kesempatan untuk kabur dan tak menganggukku kini kau malah melakukan hal yang tak seharusnya kau perbuat” (Ucapnya)

Aku perlahan mundur semakin kebelakang. Aku meraba-raba sesuatu dengan tanganku sambil terus menjawab dirinya agar dapat menghalau konsentrasi nya

“Sudah cukup hentikan Vampir sialan! Jika kau berani mendekat akan kusiram dirimu dengan ramuan yang ada di botol ini” (Balasku)

Aku melihat ekspresinya sedikit takut dan muncul berbagai keraguan yang tercermin dari raut mukanya.

“Habis kau, jika tak ingin lebih melepuh dari itu aku sarankan kau pergi sekarang juga” (Ancamku)

Ternyata benar ia sungguh ketakutan dan langsung segera pergi dari sini.

“SYUKURLAH, ia terperdaya oleh trik tipuan aktingku. Padahal ini cuman botol alkohol biasa, jelas tidaklah sama dengan ramuan yang lertama aku siramkan padanya” (Gumamku)

Aku segera berusaha membangunkan David namun sepertinya ia sedang pingsan. Ia hampir saja sepenuhnya telanjang. Untung masih ada celana dalam jenis boxer yang melindungi dirinya. Tapi saat aku hendak memungut semua pakaian David, aku melihat pakaiannya menajadi basah semua.

“Sepertinya ini karena siraman ku tadi deh. Sekarang David jadi harus berpenampilan super sexy kayak gini.” (Pikirku)

Aku segera menutup ruang dressing room ini dan menguncinya dari dalam. Aku tak ingin ada orang lain yang mendapati diriku dengan David dalam keadaan seperti ini. Nanti apa yang bakal mereka pikirkan?

Aku berusaha mengangkat David untuk pindah ke sofa itu, habisnya dia bakal masuk angin jika terus terguling dilantai apalagi tanpa busana (almost).

Aku merasa kasian, melihat sekujur dadanya penuh dengan tanda kemerah-merahan sampai ke arah lehernya. Wanita tadi sungguhlah ganas, ia pasti sudah mengabiskan banyak energi dari David.

Well kalau di pandang-pandang David kelihatannya oke banget deh, udah tampan, sexy dan hot lagi terus baik hati serta tak sombong.

Aku mencoba mengangkat David, kali ini aku menggunakan tenaga vampir ku dan aku berhasil meletakkan dirinya disofa. Namun naasnya saat aku berbalik aku justru terpeleset dan malah jatu kebelakang. Kalian tak percaya apa yang kini sedang di pandang mataku.

“Sial, sial ini kan burung David” (tuturku)

Ntah bagaimana bisa aku jatuh terpeleset lalu bibirku tersungkur tepat di selangkangan David, dia area vitalnya.

“Oh no, aku baru saja menciumnya” (Gerutuku)

Bukan hanya itu, aku juga dapat melihat cetakan itu dengan jelas di underwear nya, bahkan aku tadi sempat mencium aroma kelaki-lakiannya.

Sontak aku segera bangkit dari sana, namun aku mendengar ada suara yng memanggil namaku.

“Astaga, tamatlah diriku. Sepertinya ada yang melihatku. Mereka sungguh akan mencap diriku sebagai perempuan tak tau malu” (Pikirku)
.
.
.
.
.
Bagaimana episode kali ini?
Jangan lupa follow, subscribe, vote, like dan juga komen yah.
_____
Next episode :
“Maaf aku sama sekali tak bermaksud begitu, aku tak ada niatan melakukannya. Semuanya terjadi secara tiba-tiba”
.
.
TBC
Sorry kalau ada kesalahan kata atau kalimat
Terima kasih telah membaca UNTOUCHABLE
See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience