Chapter 11 : Little Snap

Vampire Series 3362

*Author POV

Dilihat dari manapun situasi dan kondisi yang sedang terjadi antara Sacha dan David sangatlah akward. Terlebih lagi mereka sedang berada dalam suatu ruangan bersama yang dikunci.

Siapapun yang melihat kejadian ini dengan sebelah mata pasti akan segera memiliki pikiran dan pendapat yang berbeda. Jelaslah situasi saat ini sulit di jelaskan dengan kata-kata.

Sekarang Sacha benar-benar sungguh terjebak dengan situasi saat ini, ia berada dalam rasa bimbang yang luar biasa. Ntah dia harus mengikuti gejolak bisikan setan di telinganya ataupun mengikuti kewarasan hatinya yang masih begitu polos.

Siapa coba yang tak tergoyahkan ketika didepan kamu terletak sesosok malaikat tanpa sayap?

Terlebih lagi sang malaikat tersebut dalam keadaan yang sangat natural. Dimana setiap inci dari tubuhnya ter-expos keluar. Dapat dilihat, disentuh dan dirasakan oleh jari jemari kalian. Siapa yang sanggup menahan godaan sekaligus nikmat tuhan yang sedang ada didepanmu. Penampakan seperti ini jelaslah langkah bagi seorang Sacha.

Dengan meneguk ludah, Sacha berusaha menjernihkan pikirannya. Ia hanya sekedar membantu sang malaikat yang kini terbaring tak berdaya dihadapannya. Walau di dasar hatinya ada sedikit perasaan terbesit untuk menikmati karunia tuhan ini namun tetap ia berusaha berpikir positif dan tak mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini.

Padahal hasrat dalam dirinya benar-benar sangat menggejolak, baik itu insting vampir untuk memangsa buruan maupun instingnya sebagai seorang manusia yang begitu membutuhkan gairah dan nafsu.

***
(Beberapa waktu sebelumnya),

*David POV

Setelah aku selesaikan semua pekerjaanku hari ini, ku putuskan untuk segera balik. Dan disisa waktu luang ini aku ingin mengajak Sacha untuk jalan. Aku juga ingin tahu apa pendapatnya soal studio ini.

Tetapi ada seorang model yang sekitar 3 hari terakhir bekerja dengan kami. Aku diutus sebagai fotografer untuknya, yang ku lihat ia wanita yang fancy, cantik, sexy, dan berkelas. Namun aku merasa ada yang sedikit berbeda, soalnya sejak berkerja bersamanya ntah mengapa aku selalu merasa ia berusaha dekat padaku. Padahal aku sudah mencoba menjaga jarak di tiap langkahku, soalnya aku sungguh tak ingin memberi dia harapan apapun. Walau dapat ku sadari dia bersikap sangat lembut dan ramah padaku, tetapi ia tak bersikap seperti itu pada kru lainnya.
Setelah pekerjaanku selesai, aku hendak mengambil tasku untuk segera menemui Sacha, namun ia datang dan memohon pertolongan padaku. Aku hendak menolak tetapi aku tak tau mengapa aju justru akhirnya mengikuti keinginannya.
Dia mengajak masuk ke ruangannya, dia menutup pintu dan menyuruhku duduk di kursi riasnya. Tak tau mengapa aku mengikuti semua ucapannya, seolah aku sedang terhipnotis oleh setiap kata-katanya.

Aku tak begitu mengingat dengan jelas namun yang ku tahu ia segera duduk di pangkuanku, mencoba merayuku dan aku malay tak berdaya untuk melawannya. Dia memberanikan bibirnya menyentuhku, dan dapat kurasakan lidahnya bermain di bibirku hingga turun pada leherku. Aku begitu keras mencoba untuk melawan tapi ntah mengapa semakin lama aku merasa semakin tak berdaya, dan dia tetap melakukan aksinya tersebut. Dapat ku lihat ia membuka baju yang ku kenakan, lalu dia mendaratkan beberapa ciuman di dadaku. Dia terus mengecupku dari bibir hingga turun ke dadaku, dapat ku dengar ka berkata bahwa aku sangat sexy dan ia ingin mencicipi diriku.

Perlahan aku mulai kehilangan kesadaranku seolah semua energiku sedang terserap. Sekilas yang dapat kulihat ialah disela wanita ini melakukan aksi ciumannya pada diriku, dapat kurasakan ia mulai menyentuh area selangkangan ku dengan jari jemarinya secara perlahan dari luar celanaku. Sebelum aku sepenuhnya pingsan aku mendengar suara seorang wanita lain yang tiba-tiba masuk ke ruangan ini, namun tak dapat ku lihat siapa dirinya tetapi suaranya terdengar sangat familiar. Aku pun jatuh pingsan tak sadarkan diri, semua yang kulihat adalah kegelapan dan fakta bahwa seorang wanita sedang mencoba memperkosa diriku. Hal ini memang terdengar aneh namun inilah kenyataannya.

(Beberapa saat kemudian),

Kesadaran diriku perlahan kembali, yang kulihat saat aku perlahan membuka mata adalah dirinya, cewek yang saat ini sedang aku taksir. Dengan keadaan malu ia benar-benar memandangiku, namun perlahan aku melihat ia sedang menatap kearah selangkangan ku. Dapat ku lihat wajahnya yang penuh dengan rasa ketakutan dan kebimbangan. Aku pun perlahan menegurnya dan membuyarkan lamunannya.

Ia sontak terkejut dan mukanya memerah karena perasaan malu, aku pun perlahan ingat hal yang terjadi padaku sebelumnya. Aku menunduk kebawa dan kulihat diriku benar-benar terlihat bugil. Yang dapat kudengar adalah permohonan maaf Sacha, iapun mulai menjelaskan kronologi kondisinya padaku secara perlahan. Namun ditengah-tengah ia berbicara aku menyangga dirinya dengan menanyakan dimana pakaian ku? Tapi dari jawaban yang kudengar aku akhirnya dapat mengerti.

Namun ntah mengapa aku merasa ada keraguan dan kejanggalan dari penjelasan yang Sacha berikan. Aku perlahan bangun dari kondisiku yang dari tadi sudah berbaring cukup lama.

“Apa kau merasa tak apa melihatku seperti ini?” (Tanyaku padanya)

“Jujur aku sedikit tak nyaman, tapi karena hal ini diluar kehendak kita aku akan mencoba calm down” (Jawabanya dengan begitu polos)

“Sorry, you have to see this” (Kataku)


Saat merasa tenaga ku sudah cukup membaik aku segera berdiri dan menuju ke kamar mandi yang ada di ruangan ini. Aku ingin membersihkan setiap bekas kenajisan dari wanita tadi yang mencoba melakukan tindak senonoh padaku. Kini dapat ku lihat jelas di cermin kondisi diriku. Terdapat banyak bekas kebiruan di sepanjang dada dan leherku, ini pasti ulah wanita pelacur itu. Aku benar-benar merasa malu, terlebih lagi Sacha, orang yang kucintai saat ini harus melihat semua hal ini dengan mata kepalanya.

Seketika aku ingat ada beberapa kostum yang ada di set ruang outfit dan seingatku ada beberapa pakaian pria disana, lalu aku minta tolong pada sacha untuk mengambil pakaian itu. Setelah ku pakai, aku membawa pakaian ku yang basah tadi kedalam kantungan dan berjalan keluar perlahan dari studio ini.

Tentunya aku tak mau para teman kerjaku menanyakan hal ini padaku ataupun mendapati diriku yang sedang bersama Sacha. Aku juga tak mau ambil ribet dengan pertanyaan mereka nantinya tentang kenapa bajuku bisa terganti, bla bla dan pertanyaan lainnya.

Sacha sudah memesan taxi online sesuai instruksi dariku. Perlahan kami berjalan keluar dari studio ini melalui pintu belakang, karena aku salah satu yang sering bekerja di studio ini makanya aku punya kunci setiap pintu di bangunan ini. Setelah berhasil aku menutup kembali pintu tersebut dan memastikan bahwa itu tetap terkunci. Kami segera masuk ke dalam mobil taxi tersebut lalu segera pergi meninggalkan studio ini.

“Maaf yah, kau harus melakukan hal yang tak kau sukai hanya untuk menolongku” (Ucapku)

“Nggak papa, justru aku ingin berterima kasib karenamu aku dapat melihat sebagian keping dari dunia industri Hollywood ini” (Balasnya)

“Padahal tadi aku ingin mengajakmu makan dan jalan-jalan tapi kita malah berakhir seperti ini” (Ucapku)

“Sudahlah tak perlu dipikirkan, mungkin lain kali saja” (Balasnya)

Setelah sampai di apartemen, kami melihat banyak dekorasi dimana-mana.

“Ya ampun, aku lupa ternyata hari jni adalah acara tersebut yah, Perayaan yang diadakan oleh pemilik apartemen ini” (Tuturku)

“Iya benar dan setiap yang tinggal di apartemen ini juga mendapat undangan secara Cuma-Cuma untuk bergabung di pesta tersebut” (Katanya)

“Terus, apa kau bakal ikut?” (Tanyaku)

“Belum tau, aku bakal datang apa nggak!” (Balasnya)

“Mau aku temani untuk acara nanti malam?” (Tanyaku)

Namun ia sontak merespon dengan menutup bibirku dengan tangannya, dapat kulihat tingkah spontanitas nya itu.

“Maaf, tapi sepertinya kau tak harus ikut. Kau cukup istirahat saja untuk memulihkan dirimu, apalagi setelah kejadian yang baru kau alami tadi. Aku tak ingin kau keluyuran nanti malam, semua ini demi kesembuhan dirimu.” (Ucapnya)

Sontak mataku berbinar-binar mendengar perkataan yang terlontar dari mulutnya itu, aku benar-benar merasa kagum juga tersanjung ternyata dia mempedulikan aku sebegitu dalamnya.

“Baiklah, jika itu yang kau inginkan” (Balasku dengan senyuman)

Dia mengantarkan diriku sampai kedepan pintu kamar apartemenku, tak lupa kami saling mengucapkan kata “Bye”, aku juga mendengar kata “GWS” keluar dari bibir indahnya itu. Akupun perlahan masuk dan segera beristirahat.

----
*Sacha POV

Untung saja David mengerti dengan keadaan yang ada. Namun ntah mengapa dia sepertinya masih terlihat tak percaya dengan ceritaku tersebut. Yah aku mengatakan bahwa wanita itu mencampur sesuatu kedalam minuman David sehingga itulah dia jadi tak berdaya dan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dia benar-benar tak mempercayai ucapanku itu, dia terus mengatakan bahwa ia sedang tak makan ataupun minum apapun selama ia di studio jadi mana mungkin dia bisa diracuni lewat hak tersebut. Terpaksa aku harus menggunakan kemampuan Vampir milikku untuk memanipulasi pikirannya dan untung hal itu berjalan dengan lancar.

Well kalau dipikir-pikir lagi kondisi David yang tadi jelaslah sangat mempesona buatku, sampai-sampai aku dibuat salah tingkah olehnya.

“Aduh semoga saja ia tak berpikir bahwa aku adalah seorang cewek yang mesum” (Gumamku)

Saat hendak masuk kembali ke lift aku melihat Mark, sepertinya ia baru pulang sekolah. Saat aku melambaikan tangan ke arahnya, ia justru malah mempercepat langkahnya dan masuk kedalam lift. Sialnya aku terlambat mengejarnya, pintu liftnya sudah keburu tertutup rapat kembali. Tak mungkin kan aku memaksanya buka dengan kekuatan Vampir ku.

Namun tak kehabisan ide aku segera berlari menuju kearah lift lainnya, setelah terbuka akupun segera masuk. Aku langsung memencet lantai menuju kamarku.

Saat pintu liftku terbuka, aku lihat dia baru saja hendak membuka pintu apartemen nya, aku segera berlari dan lagi-lagi ia lebih cepat sepersekian detik dariku. Yah wajarlah toh dia naik lifnya duluan dari pada diriku. Jika aku menggunakan kekuatanku dan memaksa masuk ke dalam apartemennya pasti alaram keamanan akan segera menyala.

Sekarang aku berdiri di depan pintunya, aku meneriaki dirinya dari luar.

“Mark tolong buka pintunya!” (Teriakku)

“Aku hanya ingin berbicara padamu dan menyelesaikan masalah apapun yang kita mikiki” (Tambahku)

Aku terus menggedor pintu apartemen miliknya sampai ku dengar suara dari dalam yang mengatakan

“Hentikan ulahmu sekarang juga, kalau tidak akau akan melaporkan mu pada 911 sebagai upaya pembobolan rumah secara paksa dan aksi kriminalitas serupa. Aku juga akan melaporkan dirimu pada pihak apartment atas kelakuanmu yang buruk dan kerjamu yang terus mengusik tetangga sebelah mu” (Ucapnya dengan lantang)

“Jika tak ingin berurusan dengan polisi ataupun diusir dari sini maka persiapkanlah dirimu untuk menjaga jarak dirimu denganku” (Tambahnya)

“Sudah, sudah.. Dasar pria pengecut kamu tuan mark, ngga berani menghadapi dan menyelesaikan masalahmu sendiri” (Kataku)

Karena ancaman darinya aku akhirnya memutuskan untuk segera masuk ke apartemen milikku. Pria satu itu aneh banget, katanya aku bermasalah dan sekarang saat aku mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada ia malah dengan mudah menghindari aku seolah aku se-upil debu yang beterbangan.

“Pasti kasian deh gadis yang akan menjadi pacarnya, bukan karena apa tetapi karena harus menghadapi kepribadian buruk miliknya” (Pikirku)

Sesampainya di apartemen, aku segera mengganti baju dan memasak mie instan untuk makan siang. Soalnya aku sungguhlah lapar, hanya saja aku sedikit terpikir kenapa si Mark itu baru pulang, bukankah setahu aku kelas senior year hanya memiliki 3-4 kelas saja paling banyak dalam sehari.

“Apa mungkin dia habis makan diluar?, atau habis jalan-jalan soalnya kalau di bilang belanja, aku sama sekali tak melihat bahwa ada belanjaan yang nampak" (Gumamku)

Sudahlah aku tak ingin membebani pikiran ku dengan Mark terus-terusan. Mending aku bersiap-siap untuk mengikuti pesta nanti malam, lumayan lagi pestanya cukup berkeslas, mahal. Aku memilih pakaian terbaikku dan disisa waktu yang kumiliki sekarang aku harus segera bersiap-siap. Aku harus tampil secantik mungkin untuk malam ini, yup itu harus.

Setelah itu aku mulai bersiap-siap, waktu juga sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sedangkan acaranya di mulai jam 9. Tak lupa ku kenakan semua riasan terbaik milikku. Lalu aku segera turun ke tempat area pesta tersebut

***
*Mark POV

Sialnya, lagi-lagi Sacha mendapati diriku. Dan ntah mengapa walaupun sudah mendengar nasihat dan ucapan dokter aku tetap terus menghindari Sacha.

Sebenarnya apa yang ku takutkan dirinya?, Aku kan tidak menderita penyakit yang seperti aku pikirkan sebelumnya. Aku hanya mengalami hal-hal sederhana aja. Tapi kenapa ku tetap menghindar darinya?, Apa karena aku takut akan perasaan ini? Atau aku masih belum bisa percaya bahwa Sacha lah orang yang membuat jantungku berdegup dengan lebih kencang.

(Pertanyaan-pertanyaan itu terus menerus bermunculan di kepalaku)

Lagi pula kenapa dia baru pulang yah, bukannya aku mengintip dia lagi tetapi aku tadi melihat baju yang dia pakai itu adalah baju yang sama saat dia menegurku di sekolah. Berarti dia belum pulang sejak tadi, emang cewek itu bakal keluyuran kemana? Jangan bilang kalau dia sedang berduaan dengan cowok itu.

Kok memikirkannya saja sudah membuatku sangat kesal yah. Semoga saja ia tak melakukan hal yang macam-macam mengingat pergaulan dia cukup bebas.

“Sudahlah Mark, jangan kau ambil pusing. Daripada terus-menerus memikirkan tentangnya kenapa aku tak mencoba untuk membuat diriku bahagia saja” (Pikirku)

“YUP, aku akan pergi ke pesta yang akan diadakan nanti malam. Aku harus segera bersiap” (Gumamku)

(Beberapa saat kemudian,)

“Wah-wah lihatlah dirimu Mark, kau nampak sangat tampan, stylish, dan begitu elegan. Kau juga terlihat sangat berkelas. Kau pasti bisa mencari kebahagiaan dirimu sendiri, jawaban hatimu tak harus tentang sacha” (Ucap Mark didepan cermin)

Setelah merasa aku sudah cukup siap akupun segera turun menuju ke ruang dimana pesta itu akan berlangsung.

Wah wah, pesta ini sangatlah besar dan meriah. Sungguh luar biasa, desainnya indah, estetika warna dan konsepnya sangat menarik, dan hidangannya sangat complete.
Aku juga jadi banyak berkenalan dengan orang baru disini, banyak orang-orang hebat dan populer disini. Untung aku datang ke pesta ini.

Musik yang terus berlanjut dengan dahsyatnya dan semua orang benar-benar menari didalamnya. Ditambah ada beberapa musisi yang bahkan tampil live malam ini, sungguh ini hal yang luar biasa. Berasa mirip kayak Privat konser dah ini.

Jam tengah menunjukkan waktu tengah malam, namun ntah mengapa aku tak sedikitpun lelah. Kalau tak ingat aku harus masuk sekolah besok, maka percayalah aku takkan beranjak dari tempat ku ini.

Saat aku berjalan mencari pintu keluar, mataku tak sengaja tertuju pada seorang gadis yang ntah sedang tertidur atau pingsan di pojok sebelah sana. Dan aku melihat ada orang yang mencoba mendekat padanya untuk memanfaatkan kondisinya.

Tak tahan melihat hal tersebut ku segera mendekat ke arah sana, aku sangat kaget setelah melihat dengan kepala mataku bahwa itu adalah Sacha. Aku kini sedang membopong dia ke lift. Walau dia sering menyebalkan dan menganggu tapi aku tak bisa meninggalkan dirinya disana apalagi setelah melihat ada seseorang yang ingin memanfaatkan dirinya.

Tapi bau apa ini? Sepertinya ini bau alkohol. Hal itu mulai tercium saat Sacha sedang tak sadar membuka mulutnya.

“Ini kan bau alkohol! Apa cewek ini sudah gila yah. Dia mengkonsumsi alkohol jauh dibawah umurnya” (Pikirku)

Namun aku mencoba menjauhkan semua asumsi burukku tentangnya. Kan aku bisa menanyakan semuanya esok pagi.

Karena tak tau dimana kunci apartemen miliknya maka aku membawanya sia masuk ka apartemen milku. Aku langsung menaruh dirinya disofa, tetapi Bersamaan dengan hal itu aku syok berat. Dapat kurasakan dia baru saja mencium pipiku secara tak sadar, aku refleks berteriak. Lalu ia malah menutup mulutku dengan tangannya, lengan itu terus berjalan hingga akhirnya membelit leherku terus dapat kurasakan ia mencium diriku sekali lagi

Wtf?? Ya Tuhan apa yang sebenarnya barusan terjadi?
.
.
.
.
.
Bagaimana episode kali ini?
Sorry kalau ada kesalahan kata maupun kalimat
Jangan lupa terus dukung karya aku ini yah
___________
Next episode
Sial ciumannya begitu dalam, dapat kurasakan dia melumat bibirku perlahan. Oh kenikmatan apa ini? Lalu mengapa ku sekarang malah membalasnya balik?
.
.
TBC
Follow, Subscribe, Vote, Komen yah aku dan karya ini
See ya in the next episode!

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience