2

Drama Completed 691

"Vano kemana?" tanya Baim to the point.

"Ruang kepala sekolah, ribut sama Attaya di kantin sampe mangkok Mang Sabar pada pecah." jawab Stefanny dengan tampang lelahnya.

"Astaga Mang Sabar! Besok gue makan bakso pake piring dong? Atau sterofom? Atau jangan-jangan pakai daun pisang? Atau lagi pakai plastik? Atau suruh bawa dari rum--"

"Berisik Bai!" potong Stefanny yang mulai lelah dengan ocehan kawannya yang otaknya separuh itu.

"Kena omel lagi astaghfirullah."

[BEBERAPA MENIT LALU]

Vano mengedarkan pandangan ke segala penjuru kantin, fokusnya sekarang adalah mencari ketua geng motor yang sok jagoan menurutnya. Matanya menyorot sosok yang dicarinya, di pojok kantin bersama anggota geng motor sok jagoan lainnya. Vano tanpa rasa takut sedikitpun menyamperi si ketua geng motor abal-abalan itu.

"Lo apain si Ador?" tanya Vano to the point.

"Maksud lo pas dia dihukum sama Bu Hilda?"

"Iya! Jelasin cepetan!"

"Santai aja Bro, tadi gue lihat dia dihukum hormat bendera. Katannya belum sarapan, yaudah gue kasih aja roti." jawab Attaya enteng dan itu sontak membuat Vano membulatkan matanya.

"Iya-iya nggak usah terima kasih, roti cuma dua ribu kok. Gue bisa beliin cewek itu sama pabriknya." sambung Attaya dengan congkak setelah melihat ekspresi Vano. Itu sontak menyambut gelak tawa kawan-kawan Attaya.

Gerakan yang tanpa di duga, Vano menarik kerah baju Attaya hingga Attaya terseret ke atas meja dan dilemparkan begitu saja ke gerobak Mang Sabar. Sungguh mencengangkan bagi seisi kantin. Tak sedikit yang memfoto kejadian itu dan ada beberapa yang lapor ke guru.

"Lo apa-apaan sih?!" kesal Attaya sambil berdiri dari jatuhnya dan membersihkan bajunya. Sedangkan lawan bicarannya hanya menunduk serta mengepalkan tangan.

"Lo kasih Ador roti mocca?" tanya Vano sarkas yang membuat Athaya memutar bola matannya jengah.

"Apa pentingnya sih rasa dalam rot-"

"Lo kasih Ador roti mocca?!" tanya Vano penuh penekanan.

"Iya." jawab Attaya santai. Sedangkan Vano yang tadi menundukkan kepalanya sekarang mengadahkan kepalanya untuk melihat Athaya.

"Brengsek!" umpat Vano dan langsung menerjang Athaya. Pukulan mendarat di pipi, mata bahkan di hidung Athaya.

"Ador. Itu. Nggak. Bisa. Makan. Atau. Minum. Yang. Sejenis. Kopi!" kata Vano di sela pukulannya. "Sekarang. Dia. Di. UKS. Gara-gara. Lo!" sambung Vano lagi.

Attaya yang mendengar itu hanya mampu diam, tak bisa melawan karena pukulan Vano lebih kuat dari apapun.

"Vano! Attaya!" pekik pak Ridwan yang membuat Attaya bernafas lega, biarpun nakal, Vano paling anti melawan dengan guru ataupun perempuan.

"Maafkan saya Pak." kata Vano setelah berdiri dari memukuli Attaya seperti orang kerasukan .

"Kalian berdua ikut saya ke ruang kepala sekolah! Yang lain, BUBAR!" suruh Pak Ridwan yang membuat anak SMA ARJUNA ngacir kesana kemari. Tanpa sadar, ada Stefanny yang sedang menonton itu dari kejauhan.

***

"Dora!" pekik Baim yang membuat Stefanny sadar dari lamunannya.

"Heboh amat lo Bai," lirih Stefanny lalu memokuskan menatap Adora.

"Dor? Kenapa lo nggak nolak waktu Attaya ngasih roti mocca? Kan lo ngak bisa makan sejenis kopi atau apalah itu." tanya Stefanny lembut, baru saja Adora membuka mulutnya. Baim dengan jurus seribu bacotannya itupun segera menyelak.

"Lo kayak nggak tahu aja sih Fan, dia kan demen tuh sama si Attaya. Mana mungkin nolak sih." celetuk Baim yang hanya dibalas pukulan lemah oleh Adora.

"Gue paham lo suka sama si Attaya, tapi lo harus ngerti juga kondisi lo. Ngerti apa yang bener dan nggak bener buat lo. Nggak semua apa yang Attaya kasih jadi bener buat lo." saran Stefanny yang mendapat tepuk tangan dari Baim.

"Beeeh, mantap kali." sahut Baim masih dengan bertepuk tangan meledek.

"Belum aja pala kau ku putar." kesal Stefanny yang membuat Baim dan Adora tertawa. Tawa mereka terhenti ketika pintu UKS terbuka. 

"Vano!" panggil Adora antusias yang dibalas senyum manis dari Vano

"Makan dulu yuk." ajak Vano sambil mendekat dan mengulurkan tangan ke arah Adora.

"Mau makan bakso Mang Sabar." pinta Adora manja yang membuat Baim mencibir.

"Jangan, makan nasi uduk Mpok Siti aja. Bosen bakso mulu." kata Baim, tentu saja bukan muak dengan bakso Mang Sabar, itu tidak mungkin! Alasan utamanya adalah takut Adora tahu tentang pertengkaran Athaya dan Vano tadi.

Kali ini Vano dan Stefanny lega karena ternyata Baim punya sedikit otak.

"Oke." sahut Adora yang langsung turun dari ranjang UKS dan digendong oleh Vano ke warung nasi uduk Mpok Siti.

***

Pagi yang cerah, secerah senyuman gadis mungil dengan cepol asal-asalannya yang sedang berdiri di depan kelas XI MIPA 3 sembari menebar senyumnya.

Sudah hampir 30 menit ia berdiri namun seseorang yang ia cari tak kujung datang.

Ia menatap kotak makan miliknya, apakah ia harus kembali ke kelasnya saja? Karena bel akan berdering. Mungkin saja orang yang ia cari telat.

Baru melangkahkan kaki, ia dikejutkan dengan dua orang cowok yang menabraknya dari arah depan sehingga bekal yang ia bawa terjatuh, namun tak berceceran.

Ia terlalu sibuk memikirkan rencana memberi kotak makan itu sampai tak memperhatikan jika ada dua anak mamusia sedang terburu-buru karena telat.

"Sorry banget ya, kita nggak sengaja." ucap salah satunya yang memiliki kulit sawo matang yang Adora ketahui adalah cowok itu bagian dari POP.

POP adalah nama geng motor yang diketuai oleh Attaya. Adora sering melihat orang yang meminta maaf kepadanya saat menyusuri akun media sosial Attaya.

"Iya nggak apa-apa." jawab Adora yang langsung membereskan bekal bawaannya.

"Eh sini, gue bantu." ucap cowok berkulit sawo matang itu.

Adora berharap Attaya yang berkata seperti itu, namun pada kenyataannya. Attaya hanya diam bergeming, tak berniat mengatakan atau melakukan sesuatu.

Setelah selesai merapikan Adora menyodorkan kotak bekal itu kepada Attaya.

"Maaf ya tumpah, tapi ini buat lo." ucap Adora tak lupa dengan senyum manisnya.

Tanpa menjawab Attaya berjalan masuk ke kelasnya. Kaget diperlakukan seperti itu Adora hanya mematung. Meski biasanya Attaya tak menerima bekal pemberiannya itu, Attaya selalu memberi alasan, seperti. "Gue sudah makan." atau "Nggak lapar." tapi kali ini Attaya agak berbeda.

"Heyy, Atha emang begitu. Oh iya, itu boleh buat gue aja nggak? Kebetulan belum sarapan," cengir teman Attaya seraya menunjuk kotak bekal di tangan Adora.

Adora tersenyum lalu memberikan kotak itu. "Terimakasih. Oh iya kenalin nama gue Tirta."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience