19

Drama Completed 691

Saat berjalan menuju kantin lagi, Adora kembali melihat kejadian aneh. Attaya sedang baku hantam dengan Dio, temannya Baim.

Adora menghampiri mereka. Saat jarak semakin dekat, tak sengaja Adora terkena tinju dari Dio yang menyebabkan hidungnya mengeluarkan darah. Pertandingan berhenti dan seisi kantin dibuat heboh.

Adora menutupi hidungnya dengan tangan, namun darah mengalir begitu deras.

"Aduh, mampus gue." Dio kini sudah panik sendiri. Dio itu takut jika harus berurusan dengan Vano. Dan apa yang ia lakukan barusan pasti akan mengundang amarah Vano.

Dan benar saja, dengan gerakan cepat Vano menghampiri Attaya dan Dio. Wajah Dio berubah menjadi resah, ia takut jika Vano memukulnya. Bukannya pengecut, Dio memang sangat kapok berurusan dengan Vano.

"Kenapa nih?" tanya Vano. Sorotnya tajam melihat darah di tangan Adora. "Fan, bawa Ador ke UKS. Nanti gue nyusul."

Tak ada bantahan dari Stefanny. Adora segera dibawa ke UKS seperti perintah Vano. "Lo semua, mau apa? Ada yang lapor ke guru tentang kejadian ini, selesai lo sama gue," ancam Vano. Seketika, kerumunan berhamburan. Namun Vano masih bisa merasakan semua orang yang berada di area itu melihat kepadanya.

"Jadi, siapa yang bikin Ador kayak gitu?" tanya Vano dingin.

Keringat dingin sudah bercucuran di pelipis Dio. Ia sangat ngeri, bahkan untuk sekadar menatap Vano ia tak mampu.

"Dio yang ninju," jawab Attaya jujur. Dio tersentak.

Vano tak bicara, ia langsung mendekati Dio. Membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Dio bergetat hebat. Rasa-rasanya Dio sudah ingin pipis di celana jika begini.

Saat Vano berbalik ingin pergi, langkahnya berhenti saat Attaya memanggilnya. "Ada apa lagi bosgeng POP?" tanya Vano dengan nada meledek.

"Ini bukan salah Dio, cewek lo aja yang deket-deket. Udah tau lagi baku hantam. Kena sendiri kan, so jangan nyalahin orang karena salah dia sendiri. Lagipula, lo gimana sih jagain bayi itu? Kok bisa lepas?"

Seisi kantin tertegun mendengar tuturan Attaya. Baru pertama kali Attaya berbicara panjang dan baru pertama kali juga ada orang yang berkata bahwa Adora adalah kekasih Vano.

Vano menaikkan sebelah alisnya. "Lo jealous karena kemarin gue anter Ador pulang tanpa minta izin lo? Emangnya lo siapa?"

Pertanyaan Vano membuat seisi kantin kembali tercengang. Attaya sendiri merasa ada sesuatu yang aneh dengan hatinya. Rasa-rasanya ia pernah mengalami ini, dulu ... saat Adora pergi entah kemana.

"Udah-udah," lerai Baim, ia sebenarnya takut untuk bicara. Namun jika dibiarkan, perang ini akan terus berlanjut.

"Sebelum lo nyesel nih Tha, gue cuma mau bilang." Vano menjeda kalimatnya. "Kalo lo cinta sama dia. Lo perjuangin, jangan biarin dia berjuang sendirian sementara lo? Hanya diam tanpa gerak. Hidup nggak sedatar itu, jika kalian berjuang bersama, semua akan lebih mudah. Lo pasti nggak mau kehilangan dia buat yang kedua kali kan?"

Lagi-lagi seisi kantin tercengang, apa maksud Vano? Kehilangan dua kali? Apa mungkin Attaya dan Adora pernah menjalin kasih? Hmm.

"Gue duluan, kalo mau ke UKS buat Ador silahkan. Gue izinin," ucap Vano lalu benar-benar pergi diikuti Baim dan Vallen.

Saat sampai di UKS semua terlihat baik-baik saja. Vano bahkan melihat Adora tertawa lepas bersama Karina dan Stefanny.

"Hallo eperibadeh," sapa Baim yang langsung mendapati tatapan sinis dari Stefanny.

"Apa lo?" ketus Baim kepada Stefanny.

"Jijik gue lihat lo," jawab Stefanny.

"Ah iya, aku juga sayang kamu kok." Baim tak mau kalah.

Stefanny berdecak. "Ck. Iya, gue tau kok. Bego itu gratis, tapi jangan lo embat sendiri." ucap Stefanny yang membuat seisi ruangan tertawa.

Vano menghampiri Adora yang berada di ranjang UKS, sementara teman-temannya pergi ke luar. Memberikan waktu untuk Vano dan Adora berbicara. Hanya berdua.

"Dor, udah baikan?" tanya Vano.

Adora tersenyum. "Udah, tadi cuma kena bogem aja hehe."

Vano balik tersenyum. "Lain kali kalau ada orang berantem, jangan disamperin ya."

"Iya Vano," ucap Adora lalu memeluk Vano. Vano membalas lalu mengecup puncak kepala Adora.

Sedangkan di luar UKS, ke-empat anak manusia sibuk membicarakan kedekatan Adora dan Vano. Menurut mereka, tak wajar jika Adora dan Vano hanya sebatas sahabat.

"Baim, gue cabut kata-kata gue," ucap Stefanny.

Baim mengangguk. "Gue paham, lo tuh bukan jijik ngeliat gue. Tapi cinta."

Stefanny menyengrit. "Yee plastik bajigur! Maksud gue, gue tarik ucapan gue. Karena bego gratis, lo embat sendiri aja. Nggak usah kasih ke Vano. Oke?"

Baim mencebikkan bibir kesal. "Cih, nanti juga lo jatuh kepelukan gue Fan."

"Tunggu Mamang Bajigur jadi artis Hollywood dulu."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience