1

Drama Completed 691

Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, namun jari-jari gadis cantik dengan rambut cepol asal-asalannya itu masih sibuk dengan ponsel pintar-nya.

"Bagus ya, kenapa masih disini?" tanya wanita paruh baya yang baru saja datang dengan wajah galak.

"Suka-suka gue lah," jawab gadis yang diketahui bernama lengkap Adora Najma Orlin yang masih sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Kurang ajar kamu ya?!" kesal wanita paruh baya tadi, terbukti dari wajahnya yang sudah memerah.

"Bodo amat," jawab Adora yang masih menatap layar ponselnya.

"Masuk kelas!"

"Nggak ah lo bau," sahut Adora.

"Berani ya kamu! Hormat bendera sekarang!"

"Bawel ya lo anj--" ucapan Adora terhenti ketika melihat siapa lawan bicaranya. "Eh Bu Hilda, duh cantik banget ya Bu hari ini, wangi lagi," kata Adora.

"Hormat bendera! Sampai istirahat!" suruh Bu Hilda final yang membuat Adora kalah telak dan segera ngacir ke lapangan untuk menjalankan hukuman yang didapatnya.

"Mampus kan lo Dor, udah dibilang jangan stalk Attaya yang mukanya mirip monyet peliharaan Mbak Nunung, masih aja lo stalk sampe bel aja nggak denger." ledek Baim, salah satu sahabat Adora.

"Bawel ya lo-" baru saja ia ingin melanjutkan kata-katanya. Namun ucapannya terhenti ketika melihat sosok di belakang Baim.

"Gue mirip monyet Mbak Nunung ya?" tanya suara dari belakang Baim dengan nada dingin.

"Eh Tha, bukan gitu. Maksudnya. Hmm, eh gue kebelet, ke kamar mandi dulu ya," ucap Baim gugup yang membuat Adora terkekeh, sedangkan Attaya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dihukum gara-gara gue?" tanya Attaya to the point.

"Eng... enggak kok." jawab Adora gugup.

"Udah sarapan?" tanya Attaya lagi.

"Belum."

"Yaudah," sahut Attaya lalu pergi begitu saja, Adora yang diperlakukan begitu hanya mampu menghela nafas panjang.

"Lo ngeyel sih Dor, dibilangin jangan suka sama balok es, masih aja suka!" Adora membatin.

"Nih makan!" suruh Attaya yang tiba-tiba ada di samping Adora sambil menyodorkan roti mocca.

"Ehm, gue lagi dihukum. Nggak boleh makan." tolak Adora halus.

"Lo nolak pemberian gue?"

"Enggak Tha, tapi... tapi. Eh gue kan hormat pakai tangan kanan. Nggak boleh makan pakai tangan kiri." elak Adora lagi, sambil sesekali melirik ngeri pada roti yang berada di tangan kanan Attaya.

"Gue suapin," kata Attaya lalu membuka bungkus roti yang dibelinya. Pria itu menyodorkan roti ke mulut Adora secara paksa, namun yang ingin disuapi tak kunjung membuka mulutnya.

"Makan!" suruh Attaya.

"Nggak boleh makan sambil berdiri," elak Adora lagi dan lagi.

"Kalo gitu duduk."

"Lagi dihukum."

Tak ingin repot-repot berbicara lagi, Attaya langsung mendorong tubuh Adora sampai tersungkur dan ia segera duduk di depannya. Adora yang diperlakukan seperti itu hanya pasrah sampai pada akhirnya Attaya memasukkan roti mocca ke mulut Adora secara paksa. Dan endingnya, Adora memakan roti itu dengan perasaan sangat ter-pak-sa.

"A... Attaya marah ya?" tanya Adora disela makannya lalu mendapat tatapan intens dari Attaya.

"Nggak."

"Gimana gue nggak baper kalo kelakuannya kayak gini. Nggak salah lo suka sama cowok kayak Attaya." batin Adora lagi.

***

Setelah bel istirahat berbunyi Adora segera berlari ke kamar mandi perempuan lalu memuntahkan semua isi perutnya. Saat ingin berjalan keluar toilet kepalanya sangat pusing dan jalannya mulai sempoyongan, pandangannya sudah buram. Sampai suara cempreng menjalar ke telinganya.

"Astaga Adora! OMG! Lo kenapa sih!" heboh cewek yang baru saja ingin memasuki kamar mandi.

"Anter gue ke UKS Fan," lirih Adora dan dengan sigap Stefanny membawa Adora ke UKS. Beruntunglah tubuh Adora lebih kecil dibandaingkan Stefanny, jadi Stefanny tak perlu bersusah payah membawa Adora.

Setelah tiba di UKS Stefanny sibuk dengan ponselnya. Sedangkan Adora, ia sudah tak sadarkan diri karena terlalu lemas.

Nada menyambungkan menggemuruh di ruang UKS. "Hallo, Vano? Gue di UKS nih sama si Adora. Oh oke. Iya ditunggu." selesai menelfon, gadis itu mematikan ponselnya lalu duduk di kursi sebelah ranjang UKS. Ia menggenggam tangan Adora. Dingin.

"Kenapa si Ador?" tanya seseorang yang membuka pintu UKS kasar dengan baju serta rambut berantakan, tak lupa juga wajah cemasnya.

Stefanny menatap cowok itu lalu berganti menatap Adora. "Gue nggak tau Van, tadi pas gue ke toilet dia udah gini," jawab Stefanny dengan wajah yang tak kalah cemas.

Sehabis percakapan singkat itu hanya ada hening diantara keduanya, cowok yang dipanggil Vano itu hanya mengusap rambut Adora lembut sejak tadi, sedangkan Stefanny sibuk memainkan ponselnya dan mencari kontak seseorang.

"Lo dimana? Sini ke UKS buru! Iya, iya. Iya ada si Vano juga. Oke gue tunggu." kata Stefanny pada lawan bicaranya. Vano yang melihat itu hanya melirik jengah sambil terus mengelus rambut Adora.

Tiba-tiba datanglah seorang cowok dengan kekuatan mahadahsyatnya. "Kenapa si Dora?!" heboh cowok dengan rambut klinisnya.

"Nggak tau," jawab Stefanny malas.

"Gue tadi keselek bakso Mang Sabar gile, lo sih Fan. Kaget banget gue," oceh cowok itu yang membuat wajah Vano memerah akibat kesal.

"Baim, lo bisa diam nggak? Kalo nggak bisa, silahkan keluar!" tegas Vano. Sedangkan Baim yang ditegasin hanya mengangguk lemah dan menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu UKS.

"Oh iya--"

"Baim!" ucap Vano dengan nada mengancam.

"Tapi ini penting Van!"

"Semua hal yang keluar dari mulut lo tuh nggak ada yang penting!" kesal Vano, terbukti dari suaranya yang naik satu oktaf. Baim yang mendengar itu hanya berdecak sebal, namun bukan Baim namannya jika ia menurut seperti anjing peliharaan.

"TadipagigueliatDoradihukumterusadaAttaya!" pekik Baim yang omongannya secepat kereta jurusan Jakarta-Yogyakarta.

"Ulangin," suruh Vano dengan tegas.

"Tadi aja gue diomelin." cibir Baim tak terima.

"ULANGIN BAIM!" suruh Vano yang membuat Baim tersentak, Fanny yang melihat itu hanya mampu diam, tak berani berbicara.

"Tadi pagi gue liat Dora dihukum terus ada si Attaya," lirih Baim yang membuat rahang Vano mengeras dan berlalu begitu saja.

"Lo serius Bai?" tanya Stefanny yang kaget mendengar ucapan baim.

"Udah gue bilang, jangan panggil gue Bai. Tinggal tambah huruf 'm' aja susah amat sih."

"JAWAB BAI!" seru Stefanny yang membuat Baim tersentak.

"Serius!" kesal Baim, hari ini sudah tiga kali ia kena omelan. Pertama omelan Ibu-nya soal selai coklat yang ia campur kerupuk kulit, kedua omelan Vano yang serem abis itu, ketiga omelan Stefanny. Haduh, kasihan.

"Oke." sahut Stefanny yang langsung ngacir seperti yang dilakukan Vano tadi.

"Lo kenapa sih Dora? Semua khawatir tau nggak? Lo diapain sama Attaya? Hah? Attaya?! Astaga! Mampus nih si Attaya kena bejek si Vano. Kenapa gue nggak mikir ke sana astaga." gumam Baim sendiri, baru saja ia ingin melangkah ke pintu. Sosok Stefanny sudah membuka pintu UKS dari luar dengan wajah lesu.

"Vano mana?" tanya Baim to the point.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience